Tail 5

11.5K 1.3K 29
                                    


Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, merasa hari ini akan turun hujan, meski matahari bersinar terik di luar sana. Telinganya berdengung hingga membuat ubun-ubunnya berdetak lebih cepat saat mendengar permintaan putranya. "Sasuke, Ibu mohon."

Merengkuh tubuh sang Ibu,  sesekali ekor matanya mencuri pandang ke arah sesuatu yang menarik perhatiannya di balik pintu utama kediaman Uchiha.

Sesekali sang objek mengintip malu-malu ke arah dirinya. "Ibu Aku berjanji hanya sebentar saja."

Melerai pelukan sang putra, menatap kesal pada wajah datar di depannya. "Baiklah! Jaga Naru Chan untukku!"

Tersenyum tipis, satu kecupan di kening sang Ibu diberikan sebagai tanda perpisahan. "Aku tidak akan membawanya pergi Ibu."

"Ibu tidak menjamin Naru Chan akan diam saja melihat istrinya berkelana sendirian."

"Ibu!"

Mikoto terkikik geli melihat raut wajah sang putra yang memerah.

"Aku pergi Ibu." Akhirnya Sasuke mengatakan kata keramatnya. Jika tidak, kemungkinan ibunya akan menggodanya habis-habisan.

"Hati-hati Sasuke."

Kali ini Sasuke tidak akan membuang-buang waktu dengan berjalan. Dua sayap kokohnya siap membawanya terbang kembali ke tempat tujuan.

Selain untuk menghemat waktu, tujuan lainnya agar Naruto tidak mampu mengejarnya.

Namun perkiraan Sasuke salah besar. Saat melayang di udara, di atas lebatnya hutan Konoha, sekilas  mata kelamnya melihat bayangan helaian pirang berkimono merah muda sedang melompat di antara pepohonan. Sejak empat bulan yang lalu ibunya memutuskan memberi Naruto kimono yang didesain sendiri. Kimono itu sangat sederhana. Berlengan pendek dan panjangnya hanya sebatas lutut, dan diikat sederhana di bagian pinggang. Ekornya sedikit menyembul di bawah.

Seharusnya ibunya mendesain kimono dengan sedikit celah di bagian belakang, supaya ia bisa melihat ekor itu meliuk-liuk cantik di depan matanya. Jika perlu Naruto tidak usah memakai kimono. Bagaimana kalau Naruto memakai baju seperti saat  masih kecil? Pasti akan terlihat menggiurkan.

Menggelengkan kepala, Sasuke berusaha mengusir pikiran tak senonohnya. Sekali lagi pandangannya mengarah ke bawah, memastikan Naruto masih mengikutinya. Dan saat  siluet si pirang terlihat, Sasuke memutuskan untuk turun ke bawah dan menyembunyikan kembali sayap di balik punggungnya.

Menghela napas sejenak, Sasuke melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Ia tidak ingin Naruto tersesat saat membuntutinya. Saat ini ia sedang melakukan perjalanan ke kediamannya di tengah hutan.

Saat sarapan, ia mengutarakan niatnya untuk pergi sebentar. Namun sang Ibu melarangnya dengan alasan kesepian tanpa Naruto. Ibunya berpendapat jika dirinya pergi, maka Naruto tidak akan membiarkannya sendirian. Dan perkataan sang ibu terbukti, Naruto mengikuti kepergiannya.

🦊🦊🦊

Bangunan besar berlantai dua dengan tembok kokoh, menjulang di hadapan Sasuke. Pria itu tak menyangka, jika kepergiannya selama bertahun-tahun akan membuat  bangunan di depannya terlihat suram. Mendekati pintu utama, membuka pintu kayu perlahan.

Kriet!

Suara besi tua bergesekkan pun terdengar, seiring terbukanya pintu. Hal pertama yang dirasakan adalah bau amis menyengat menyapa indra penciumannya. Menelisik setiap sudut ruangan, namun tidak ada pergerakan yang mencurigakan.

"Mizudeppo Nicho!"

CRAAASH!

BRAK!

Sebuah tembakan air dengan volume besar hampir saja mengenainya,  jika saja saat ini ia masih berdiri di tempatnya. Jantung berdebar tak karuan, namun ia berusaha untuk tetap bersikap tenang. Wajah cantik yang tak lagi asing di matanya berada begitu dekat dengan wajahnya. Mata biru jernih itu menatapnya dengan pandangan seolah sedang mengajaknya  terbang melintasi langit musim panas. Menenangkan, menyenangkan dan ...

My Lovely Raspberry (Versi PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang