Tail 9 (END)

11.3K 1.1K 155
                                    


Rembulan telah berubah warna. Sepasang mata kelam menoleh ke arah ranjang, sebelum pandangan menatap langit berhiaskan bulan berwarna putih. Purnama telah berlalu sejak beberapa jam yang lalu. Sebentar lagi pagi akan menampakan diri.

Sesi bercintanya dengan sang istri juga telah berhenti. Lebih tepatnya ia berhenti karena menemukan kejanggalan saat dirinya klimaks beberapa kali. 

Ia baru menyadari jika tato yang tak pernah ia lihat, kembali muncul saat dirinya sampai pada ujung pertahanannya dengan motif yang berbeda. Ia takut sedang membuat kesalahan fatal pada pasangannya.

Memang setelah menandai Naruto, ia mulai merasakan simpul mate mereka terikat semakin kuat dari sebelumnya. Melanggar janji dengan Minato pun dilakukan bukan tanpa alasan. 

Jika tidak melakukannya, Naruto akan kembali menghilang tanpa jejak. Ia ingin berbagi rasa sakit yang dirasakan oleh pemuda yang sedang bergumam tak jelas di balik selimut.

Ia tak mengira bangsa kitsune dapat menghilangkan auranya meski sudah dalam keadaan terikat simpul mate. Setelah sang dominant menandai matenya maka, sang dominant dapat merasakan di mana pun matenya berada. Bahkan detak jantung mereka berdetak seirama. Dan sekarang ia dapat merasakan detak jantungnya menjadi lebih berirama. Menenangkan sekaligus kuat secara bersamaan. Mungkin detak jantungnya adalah perpaduan dirinya dengan Naruto.

Dan ia tidak tahu harus mengatakan apa pada Minato. Pasalnya satu ekor tubuh di sela-sela percintaan mereka. Dan ekor itu memiliki warna yang berbeda. “Ah! Sial!” Menyesali keputusan pun peecuma. Semua sudah terjadi. Mungkin nanti Ia akan menemui sang mertua dan menjelaskannya dengan baik.

🦊🦊🦊

Pria berambut pirang cerah tersenyum meremehkan lawan di depannya. Saat ini ia sedang menikmati acara berduel dengan lawan yang tangguh. Sudah sejam mereka adu kekuatan, tapi tak satu pun serangan lawan menggores kulitnya. "Ada apa dengan semangat mudamu, wahai menantu durhaka?"

Rasanya sang menantu ingin sekali saja memberi bogem mentah di wajah tampan itu.

Sayang, mata Uchihanya tidak berguna untuk menghadapi kecepatan sang pria paruh baya berstatus mertua itu. Setelah pengakuannya, Minato langsung mengamuk dan mulai dengan acara duel yang membuatnya kewalahan. 

Sial! Sasuke merasa sang mertua sedang naik permadani sedangkan dirinya lari maraton dalam ajang lomba siapa lebih cepat sampai tujuan.

Napasnya sudah tersenggal, tapi  lawannya masih saja santai bersandar di sebuah pohon dengan senyum meremehkan seolah ia orang paling bodoh di sini. Menoleh sejenak ke arah mulut gua, di sana ada Naruto yang sedang bercanda ria dengan ibunya dan menganggap seolah-olah tidak terjadi apa pun dengan suami tampannya.

"Hai anak muda, ke mana matamu berlabuh!? Lawanmu di sini bukan di sana!"

Pandangan kembali teralihkan. Menatap tajam pria sok keren di depannya dengan mata merahnya. Ia tak menyangka untuk melayangkan satu pukulan saja tidak bisa. Bahkan tenaganya hampir habis, karena terlalu lama menggunakan kekuatan matanya. "Mertua, bisakah kita duduk menikmati secangkir teh hangat?"

Mata biru memicing tajam.

Enak saja, anaknya dilecehkan dan si pelaku ingin diperlakukan bak tamu?

Mengorek lubang telinga dengan jari kelingking, Minato memastikan tidak ada kotoran bertengger di sana. "Kau membahayakan putraku dan kau minta dijamu? Dalam mimpimu Uchiha!"

Sasuke bersedekap, memutar bola matanya malas.

Demi Tuhan! Ayahnya yang kelihatan sangar saja tidak pernah adu jotos dengannya jika susah diatur, tapi, ya ampun! 

My Lovely Raspberry (Versi PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang