PB 3

1.4K 228 25
                                    

Holla saya kembali, ehe. Ada yang kangen sama cerita ini nggak?

Oh iya btw kalian tuh sebenernya suka baca author note nggak sih, soalnya kebanyakan dari kalian suka komen 'next' padahal gue nggak terlalu suka. Tapi yaudah lah nggak papa.

Lagian gue up juga karena part 1 udah hampir 100 vote. Gue mohon author note dibaca zeyenk.  Bakal lanjut kalau vote udah tembus 65

.
.
.
.
.

Seorang siswi tengah membereskan alat tulisnya untuk dimasukkan ke dalam tas miliknya. Bel pulang baru saja berbunyi. Teman-teman sekelasnya juga satu per satu mulai meninggalkan ruang kelas itu.

"Eh Jen, untung belum pulang. Anak PMR hari ini kumpul." Ucap seseorang dari ambang pintu kelas itu. Ya, siswi tadi namanya Jennie. Dan yang berada di pintu itu Miyeon.

"Kok mendadak?" Tanya Jennie sambil menggendong tasnya dan berjalan ke arah Miyeon.

Miyeon malah cengengesan. "Semalem Lo udah gue line tapi Lo nya nggak respon sih. Tadi gue juga udah cari Lo ke UKS nggak ketemu. Padahal Lo yang jaga kan." Ucap Miyeon.

Jennie mengangguk "oh gitu. Sorry ya semalem gue tidur lebih awal. Hari ini hp gue juga ketinggalan di rumah." Jelas Jennie.

"Terus tadi Lo kemana? Kok nggak ada di UKS?" Tanya Miyeon sambil berjalan menyusul Jennie.

"Gue ke ruang guru sebentar. Ngumpulin tugas." Kata Jennie. Miyeon mengangguk faham. Jennie memang anak teladan.

Saat dalam perjalanan menuju aula, Jennie melihat seseorang yang nampak familiar sedang berdiri di samping motor sambil mencium bibir seorang siswi.

"Eh Jen Lo dengerin gue nggak sih?" Tanya Miyeon yang sama sekali tidak mendapat respon dari Jennie. Miyeon mengikuti arah pandangan Jennie dan gotcha Miyeon melotot. Buru-buru gadis itu berdiri di depan Jennie, berusaha menutupi pandangan Jennie.

"Eh Jen emm, yuk anu itu anu ke aula yuk buruan." Kata Miyeon gelagapan. Jennie merotasikan bola matanya.

"Bangsat." Ucap Jennie lirih penuh dengan penekanan. Gadis itu seperti tidak memedulikan keberadaan Miyeon, ia melengos pergi lebih dulu.

Miyeon berdiri mematung. Ia tahu umpatan tadi bukan untuknya. Tapi tetap saja dirinya takut. Ia belum pernah melihat Jennie marah. Akhirnya Miyeon berlari menyusul Jennie ke aula.

.
.
.
.
.

Selama rapat PMR, Jennie tidak bisa fokus. Pikirannya melayang ke kejadian saat ia melihat dua sejoli yang sedang berciuman tadi. Aura di sekitarnya sangat gelap. Ekspresinya masam belum lagi bibirnya itu sesekali mengumpat lirih. Membuat Miyeon yang ada di sampingnya terus menyenggol Jennie pelan.

"Kayaknya sampai sini saja rapat hari ini." Ucap Miyeon "oh iya. Yer jangan lupa hasilnya tadi di catet terus besok serahin ke gue atau Jennie. Buat yang lain siapin diri kalian masing-masing dan jaga kesehatan." Tambah Miyeon

Jennie segera beranjak dari duduknya untuk keluar aula. "Hati-hati ya pulangnya. Gue sama Jennie duluan." Ucap Miyeon lalu pergi menyusul Jennie. Anak-anak yang melihat itu menatap kepergian mereka sambil menggelengkan kepala.

"Woy Jen tunggu napa." Teriak Miyeon sambil berlari menyusul Jennie. Dan tanpa disangka Jennie berhenti "aduh Jen kaki Lo pendek tapi kok jalannya bisa cepet gitu sih." Kata Miyeon ngos-ngosan lalu menunduk.

Saat dirasa Jennie tidak menjawab bahkan tidak melanjutkan jalannya. Miyeon mengangkat kepalanya. Bola matanya membulat.

Di depan mereka kini ada seorang laki-laki tengah menatap Jennie dengan tersenyum lebar. Memang sih tampan. Tapi itu memuakkan untuk Jennie.

Jennie memilih berbalik. Saat ia hendak pergi, lengannya di tarik laki-laki tadi. "Mau kemana?" Tanya laki-laki tadi lembut.

Jennie berdecak. "Bukan urusan Lo." Ketus Jennie sambil berusaha melepaskan genggaman laki-laki tadi.

"Kok pake lo gue sih." Ucap Laki-laki tadi heran. Jennie menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu kenapa sih?" Tanya laki laki tadi. "Udah di bilang bukan urusan Lo masih aja banyak bacot." Ucap Jennie dengan sedikit menaikkan nada suaranya.

Laki-laki tadi terlihat marah. Nampak sekali dengan senyumannya yang perlahan menghilang dan cengkraman di lengan Jennie yang semakin kencang.

Jennie meringis. Sungguh, sakit. "Aw. Sakit bangsat." Pekik Jennie sambil berusaha melepaskan cengkraman itu. Miyeon yang ada di samping Jennie tak bisa berbuat apa-apa. Ingin membantu tapi takut kena damprat si laki-laki itu.

"Heh lepasin. Cowok kok beraninya main kasar sama cewek." Ucap seseorang dari belakang laki-laki itu.  Laki-laki itu menoleh "nggak usah ikut campur." Katanya sambil mencengkeram Jennie lebih erat. Jennie meringis bahkan mengaduh kesakitan.

Bugh

"Tae..." Pekik Jennie

.
.
.
.

Pls vote and comment luv you

PERVERT BOY (very Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang