Hallo holla, gue back. Aduh lama ya, maapkeun. Buat kalian yang udah lupa sama part sebelumnya gue saranin baca ulang yah hehe
"AW shhh. Pelan-pelan njing." Rintih Taehyung saat lebam di wajahnya ditekan kasar.
"Dasar lemah. Suruh siapa main tonjok-tonjokan." Ucap seorang gadis yang kini tengah mengompres lebam Taehyung itu. Taehyung merengut.
"Kan reflek. Aghh, pelan-pelan. Lo kakak gue bukan sih." Pekik Taehyung. Si gadis yang sedang mengompres Taehyung semakin menekan lebam itu.
Taehyung mendorong gadis tersebut "udah udah. Udah Jis nanti muka gue nggak ganteng lagi." Ucap Taehyung pada Jisoo.
"Tuh." Kesal Jisoo sambil melempar kompresan ke wajah Taehyung. "Suruh siapa sama kakak sendiri nggak sopan." Ucap Jisoo.
"Yaelah, tahunnya sama juga." Kata Taehyung.
Jadi, Jisoo itu kakak kandung Taehyung. Mereka sama-sama lahir tahun 1995 tapi Jisoo tanggal 3 Januari sementara Taehyung 30 Desember. Intinya orang tua mereka produktif banget . Makanya Jisoo bantet soalnya asi nya banyakan Taehyung.
"Ya sama aja. Gue keluar duluan." Bela Jisoo. Taehyung hanya mengangguk mengiyakan.
"Lo kapan ke Jepang lagi sih. Ganggu banget tau nggak." Kata Taehyung sambil berdiri menuju dapur.
"Gue di sini dua Minggu dong." Ucap Jisoo. Taehyung cemberut. "Ah, nggak seru ada Lo." Ucap Taehyung yang dibalas pelototan dari Jisoo.
"Eh btw, muka Lo kenapa bisa bonyok gitu sih?" Tanya Jisoo yang sedang mengambil cemilan yang jatuh di bawah meja.
"Jijik banget Lo. Udah jatuh juga masih diambil." Ucap Taehyung jijik. Jisoo cengengesan "belum lima menit, masih enak dimakan." Balas Jisoo.
Taehyung menggeleng. "Eh Lo belum jawab." Kata Jisoo.
"Gue melindungi bidadari biar nggak terluka." Ucap Taehyung. Jisoo memandang Taehyung jijik. Sejak kapan adiknya ini berubah jadi gila seperti ini.
"Bidadari apaan. Bidadari kan gue." Kata Jisoo dengan PD nya. Taehyung berakting seolah-olah ingin muntah karena mendengar ucapan Jisoo.
Jisoo yang kesal melempar cemilan yang ada di tangannya ke arah Taehyung "sialan Lo." Umpat Jisoo.
Sementara Taehyung sudah pergi dahulu menuju kamarnya, sebelum ia mendengar ceramah dari Jisoo.
.
.
.
.Jennie kini tengah duduk di kursi menghadap kaca yang mengarah pada padatnya ibu kota. Pandangannya kosong. Dirinya tidak bisa fokus sekarang. Ia masih memikirkan kejadian tadi sepulang sekolah.
Flashback on
"Tae..." Pekik Jennie
Jennie buru-buru menghampiri dua orang yang tengah adu jotos itu. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Jika ia mendekat, tidak menutup kemungkinan dirinya akan terkena tonjokan. Ia memilih cari aman.
Di edarkan pandangannya ke sekitar. Dan yah, ia ada ide. Diambilnya 2batu kecil lalu dilempar ke arah dua orang yang sedang berkelahi itu.
Tuk
Tuk"Aghh." Pekik keduanya memegang belakang kepala.
"Jen." Rengek keduanya
Jennie bingung. Apa yang harus ia lakukan. Seharusnya tadi ia biarkan dua orang ini bertengkar saja.
Jennie berdehem pelan. "Jangan seperti anak kecil deh." Ucap Jennie.
Dua orang itu mendekat ke arah Jennie. Jennie gugup bukan main. Sekarang dirinya sendiri bersama dua orang pria tampan. Ahh, ngomong-ngomong Miyeon sudah pergi sejak pertengkaran tadi. Jennie kesal padanya.
"Sakit." Ucap keduanya lirih lalu menatap Jennie dengan pandangan memelas. Jennie mendengus kesal.
Jennie menarik salah satu pria itu. "Sialan." Terdengar umpatan dari arah belakang. Ia yakin itu pria yang tadi membelanya. Jennie merasa bersalah. Tapi, ada hal yang ingin Jennie luruskan di sini.
"Duduk." Perintah Jennie pada si pria. Yang di perintah hanya menurut saja. Jennie segera mengambil kotak p3k kecil yang selalu ia bawa kemana mana. Diobatinya luka pria itu dengan telaten.
Pria tadi menatap Jennie kagum. "Ada apa?" Tanya Jennie.
Si pria menggeleng "hanya. Kamu cantik." Ucap si pria.
"Tae. Kita udahan." Ucap Jennie saat selesai memasang plester di wajah pria itu.
Yang diajak bicara mengerutkan dahinya bingung. "yaudah, kalau udah pulang yuk." Ajak pria itu lalu berdiri sambil menarik Jennie.
Saat dirasa Jennie tidak menurutinya. Pria tadi menoleh. "Bukan itu. Gue rasa Lo paham apa maksud gue." Kata Jennie datar.
Pria tadi menghembuskan nafas kasar. "Beri aku alasan." Ucap pria tadi.
Jennie tersenyum sinis. "Gue tahu semua kelakuan Lo. Selama ini gue coba buat nggak peduli dan beranggapan kalau Lo nggak sengaja. Tapi gue terlalu naif. Padahal gue tahu, kalau Lo udah bosen kan sama gue." Kata Jennie
Pria tadi mengusap wajahnya kasar. Oke dia tidak tahu kalau Jennie tahu apa yang ia perbuat selama ini. Tapi dia nggak mau putus sama Jennie.
"Gue harap Lo bisa cari pacar yang lebih baik dari gue. Yang bisa ngertiin lo. Yang nggak egois kayak gue." Kata Jennie sambil tersenyum manis.
Pria tadi menggeleng. "Aku sayang sama kamu Jen. Aku - aku khilaf Jen. Maafin aku. Beri aku kesempatan ya Jen." Kata pria tadi sambil memohon pada Jennie.
Jennie mengalihkan pandangannya. Ia tidak mau lemah hanya karena permohonan pria ini. Ia harus bisa kuat.
"Ya. Lo khilaf." Ucap Jennie sambil tersenyum, tapi senyum kecewa "khilaf yang berulang-ulang. Lo khilaf nggak tau tempat. Dan terakhir Lo khilaf sama kak Seulgi. Temen gue sendiri, di sini. Sebenernya Lo anggep gue apa? Hah?" Ucap Jennie menggebu-gebu.
Pria itu diam. Tidak tahu harus bilang apa. Ini salahnya. Ia memang pria bajingan yang nggak bersyukur punya pacar sebaik dan sesempurna Jennie.
"Mulai hari ini Taeyong bukan pacar Jennie lagi. Jadi Lo bebas mau lakuin apa pun itu." Ucap Jennie lalu pergi dari sana.
Flashback off
Jennie menangis. Bukan. Bukan karena menyesal telah memutuskan Taeyong. Tapi menyesal ia sudah mencintai orang yang salah.
Taeyong cinta pertamanya, Kekasih pertamanya, sudah berubah. Taeyongnya berubah.
"Jen?" Panggil seseorang dari belakang. Jennie menghapus air matanya, lalu berdiri dan membalikkan badannya. Dan berlari ke arah sang pemanggil.
"MUEL" pekik Jennie lalu memeluk pria itu.
.
.
.
.Jangan hujat saya. Karena belum apa apa udah pada bonyok😂😂