hari kedua, bertemu.

17.9K 652 15
                                    

Di dalam kelas, pukul 07:50.

"Bu Mira mana ya, kok belum masuk juga." Ujar Rose.

"P dikit lagi elah, kaya gatau aja lo, dia kan suka banget dandan di toilet sebelum ngajar." Jawab Elena santay, sembari mengemut permen coklat susu di mulutnya.

"Iyaa iyaa"

"Oh ya Rose, btw abang gue, beneran suka sama lo tau ga." Kata Elena, dengan muka yang berusaha meyakinkan.

"Perasaan itu mulu yang lo bahas, mending bener, cerita ngada-ngada aja di bahas mulu"

"Lah gue ga ngada ngada, gue ngomong mulu karna lo ga pernah percaya, lagian apa untungnya gue boong"

"Terserah lo elenaaa"

Ketika sedang memperdebatkan hal sepele tersebut, tiba-tiba ada sesosok laki-laki yang menghampiri mereka berdua dan langsung duduk di meja yang ada di hadapan Rose.

"Hey!" sapanya.

"...., ngapain lo ke sini" jawab Rose, dengan penuh keraguan, karena takut.

"Kenapa cantik, engga boleh?"

"Kalo gue bilang iya, engga, gimana?"

"Terserah gue dong, kan itu menurut gue?"

"....., mending lo pergi deh, bu Mira sedikit lagi masuk kelas." Ucap Rose dengan penuh ketegangan di hati.

"Gamau sayang, maunya di sini" jawab jimin dengan nada yang sengaja di bikin manja. Dan, di sambung dengan Jimin yang mulai mengelus rambut Rose.

Namun, rose langsung menepis tangan jimin dengan sigap.

"Wih di tepis"

"Mending lo pergi, kalo engga -" ucapnya terpotong.

"Kalo engga apa? mau lapor? laporin aja sayang, engga bikin gue geter"

Sekali lagi, Jimin mengelus rambut rose dengan sikap yang tidak sama sekali merasa bersalah.

"Udah cukup!" tegas rose.

"emang gue apaan, seenaknya lo nyentuh-nyentuh kaya gini."

Ketika melihat reaksi Rose yang meledak-ledak seperti itu, bukannya membuat Jimin mengurungkan niatnya untuk melakukan hal-hal yang lain, malah membuat dirinya semakin tertarik menggoda Rose.

"Kenapa si sayang?" kini jimin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Rose yang ada di hadapannya.
"Biasa aja jangan kasar, kalo kamu pelan aku bakal lebih pelan mainnya." Lanjut jimin.

Jimin memegang pinggang Rose, dan mereka semakin dekat satu sama lain.

"(*deggg*)" hati rose yang kacau tidak karuan.

"Jangan kasar ya, aku engga suka." Ucap Jimin di tengah-tengah nafas mereka saling beradu.

Ketika sudah sangat di rasa tidak wajar dan menjengkelkan bagi Rose, Rose langsung mendorong Jimin sampai Jimin terpental sedikit jauh dari dirinya.

"Shit." Gumam Jimin kesal.
"Ngapain lo dorong gue"

"lo sama sekali ga sopan, emangnya gue apaan, bisa seenaknya lo perlakuin kaya tadi!" tegas Rose.

"ELO CALON PEMUAS GUE"

Mendengar ucapan Jimin barusan, Rose bahkan seisi kelas yang mendengarnya, sontak menjadi diam. Kini, Rose benar-benar kesal.

"Lo emang udah gila ya!"

"Lo itu kakak kelas di sini, ga seharusnya lo begitu, urat malu lo udah putus ya!?"

"Terserah gue mau ngelakuin apa."

"STOP!" teriak laki-laki yang baru saja mendatangi kelas Rose. Dia, kakak dari Elena, Dante.

"Dant?" Ucap Jimin.

Dengan reflek rose langsung bersembunyi di belakang dante, seperti orang yang lagi berusaha berlindung.

"Kak, rose takut"

"Dont worry, okay?"

"i-iyaa"

Melihat tingkah rose yang seolah-olah meminta perlindungan kepada Dante, membuat Jimin merasa sangat kesal.

"Lo apain rose?" tanya Dante kepada jimin.

"Gue?"

"Ya siapa lagi, ada orang lain?"

"Gue ga apa-apain, itu cewe aja yang lebay"

"Ga mungkin, lo pikir gue buta?" tegas Dante.

"Gue duluan." ucap jimin yang sembari mengambil langkahnya untuk pergi.

Di ketahui, Jimin kesal dengan melihat Rose yang berdekatan dengan Dante. Jadi, fokusnya buyar, dan tidak ada lagi keinginan untuk banyak bicara.

"Lo ga kenapa-kenapa?" tanya Dante kepada Rose.

"Engg, gapapa kok"

"Yaudah bagus deh, gue balik ke kelas kalo gitu ya"

"Iya kak, by the way terimakasih banyak"

"Iya sama-sama." Dante pergi, dengan menunjukan senyum hangatnya kepada Rose.

"Selamett selamettt" ucap rose lega.

"Btw Elena kemana ya, perasaan tadi disini, kok gue di tinggalin gitu aja"

"Ah... dia kan takut sama jimin, biarin deh nanti juga balik"

JIROSE [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang