-Jessy POV
Hari sudah pagi dan cahaya matahari yang menembus kamarku lewat jendela membuatku harus membuka mataku. "ugh sudah pagi saja." Kesalku. Lalu aku melihat Austin masih tertidur dengan posisi memelukku. "Hey, tin. Bangun." Aku pun membangunkan Austin dengan menepuk pipinya pelan. "Hey, kau sudah bangun rupanya. Good morning princess." Ucapnya dengan nada khas bangun tidur sambil tersenyum padaku. "Good morning, Austin." Balasku. "Sarapan yuk, aku lapar nih." Kata Austin. "Kamu ih..... baru bangun udah minta sarapan aja. Ya udah, tapi gendong aku ya." Candaku. "Haha baiklah." Austin pun berdiri dari posisi tidurnya dan mengendongku ala bridal style.
"Austin, turunkan aku. Aku hanya bercanda tau." Ujarku. "Ga ah." Sahutnya sambil menjulurkan lidah ke arahku. "Dasar.... tin, turunkan aku ga ?" Paksaku. "Aku akan turunin kamu cuma kamu harus cium aku dulu." Candanya. "Ih ogah aku cium kamu. Dasar Austin genit." Ucapku.
-skip selesai sarapan dan mandi-
-Di ruang musik-
"Jess, mau latihan ga ?" Tanya Austin padaku. "Iya. Bentar lagi deh." Jawabku. "Ayolah. Kamu mau penampilan kita ga sempurna ?" Tanyanya lagi. "Iya iya, aku latihan dah." Jawabku dengan nada malas. "Okay deh." Kata Austin bersemangat. Aku pun memainkan pianoku dan Austin bermain gitar akustiknya.
I remember what you wore on the first day
You came into my life and I thought hey
You know, this could be something
'Cause everything you do and words you say
You know that it all takes my breath away
And now I'm left with nothing
So maybe it's true that I can't live without you
And maybe two is better than one
But there's so much time to figure out the best of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking two is better than one
I remember every look upon your face
The way you roll your eyes, the way you taste
You make it hard for breathing
'Cause when I close my eyes and drift away
I think of you and everything's okay
I'm finally now believing
Then maybe it's true that I can't live without you
And maybe two is better than one
But there's so much time to figure out the best of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking two is better than one
I remember what you wore on the first day
You came into my life and I thought, hey (hey, hey)
Maybe it's true that I can't live without you
Maybe two is better than one
There's so much time to figure out the best of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking, ooh, I can't live without you
'Cause, baby, two is better than one
There's so much time to figure out the best of my life
But I'll figure out with all that's said and done
Two is better than one, two is better than one
Aku menyelesaikan permainan pianoku setelah aku dan Austin selesai bernyanyi. "Lumayan bagus suaramu tin." Pujiku pada Austin. "Terima kasih Jessy atas pujiannya. Aku jadi terharu nih." Kata Austin dengan lebaynya. "Aku tarik lagi ucapanku yang tadi." Candaku dengan suara yang sedikit serius. "Jessy....... kau kok jahat banget sih......." Kata Austin dengan nada kecewa. "Biar saja. Sekali kali jadi jahat kan bosen kalau jadi baik terus." Kataku sambil tertawa.
Segera, Austin mengendongku lagi dan membawaku ke sofa. Austin berada di atasku dan beruntung aku tidak di tindih olehnya. "Kau harus menerima hukuman dariku Jess." Kata Austin sambil menatap tepat di mataku. "Sampai kapanpun, aku berani dengan hukumanmu, Austin Mahone." Ucapku. "Oh iya, bagaimana kalau hukumannya ini ?" Tanya Austin sebelum aku merasakan bibir Austin terpaut dengan bibirku dengan lembut. Aku pun terkejut dan tak menyangka bahwa Austin se agresif ini. Dia merebut first kissku dan sekarang aku tau semua perasaannya terhadapku lewat ciuman ini. Austin menyukaiku. Tapi sampai kapan pun, aku tak bakal suka dengannya.
Austin pun melepas ciumannya. "Sekarang kau tau kan perasaanku terhadapmu ?" Tanya Austin dan aku hanya mengangguk. "Tapi, aku sudah jujur padamu kan kalau aku tidak suka kamu ?" Tanyaku balik. "Sudah ku bilang, akan ku buat kau mencintaiku." Jawabnya meyakinkanku. "Sampai kapanpun aku tak bakal suka padamu." Ucapku meyakinkannya kalau aku tak bakal jatuh cinta pada Austin. Jangankan Austin, Justin pun aku tak sudi. "Ternyata kau keras kepala juga ya." Ucapnya lalu pergi meninggalkanku di sofa.
-To be Continued-
Hi hi hi. Akhirnya aku update juga Triangle Lovenya xoxo. Sorry ya aku lama ga update, soalnya aku sibuk sama urusan sekolah dan yang lain lain. Ini aku dedikasikan buat seseorang *asekk wkwkwk* Gara gara dia, aku semangat buat nulis lagi. Jangan lupa Vote + Comment ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Love
FanfictionJessy Victoria Jane cewek yang disukai sama dua orang yaitu Justin sama Austin. Sayangnya Jessy tidak suka dengan dua orang cowok itu. Justin dan Austin harus berusaha untuk mendapat cinta Jessy. Apakah mereka berhasil ? Temukan jawabannya disini [A...