8. Glass Flower

122 12 0
                                    


Cielizzy Week Day 8 (bonus): Theories

Headcanon - Hurt/Comfort

.

.

.

"Orang-orang berbondong pergi ke teater, mencari hiburan dengan menonton drama, padahal itu semua fiktif, hasil rekaan aktor dan aktris yang lihai, tapi kenapa mereka menyukainya?"

"Lizzy?"

"Hmm?"

"Kau tanya ini?"

"Loh, memangnya kenapa? Aku tidak boleh tanya seperti ini?"

"Ini bukan dirimu sekali."

"Pertanyaan selintas sih. Ciel, ayo jawab donk. Aku ingin tahu pendapatmu."

"Karena kenyataan seringkali bertabrakan dengan mimpi-mimpi manusia, Lizzy. Kau lihat sendiri, drama itu, cuma skenario fiktif, tapi mereka justru menyukainya. Menurutmu kenapa?"

Lizzy terdiam sejenak. Heran kenapa Ciel malah membalik pertanyaannya sendiri? Namun kemudian menjawab: "Manusia lebih menyukai yang palsu daripada menerima realita."

"Karena kepalsuan adalah pelarian terbaik." Ciel menimpali.

"Dan realita seringkali menyakitkan. Mereka berharap kepalsuan itu menghibur mereka, sesuatu yang tidak diberikan oleh realita."

"Lizzy, kalau suatu saat nanti, kau harus memilih: antara menyukai yang palsu atau menerima yang nyata, mana yang akan kaupilih?"

"Aku tidak tahu karena aku belum mengalaminya."

"Semoga saja kau tidak benar-benar mengalaminya."

"Aku harap begitu. Tapi siapa tahu apa yang akan terjadi?"

#

Itu adalah momen yang sangat melekat dalam ingatan Lizzy. Kala itu mereka menonton teater bersama. Drama Shakespeare. Jauh hari sebelum tragedi kedustaan Ciel yang terkuak, dan kepalsuannya terbongkar.

Lizzy tengah membolak-balik badan di ranjang dan memandangi langit-langit kamar yang kosong. Bulan sabit bertengger di luar jendela dan auman burung hantu memecah kesunyian malam. Lizzy mengingat-ingat, di antara memorinya yang tumpang tindih itu, lorong-lorong jalanan London yang riuh dan lampu-lampunya yang tak pernah padam, aroma wangi yang terperangkap dalam aula, wajah-wajah sumringah penonton, wajah-wajah aktor dengan kostum mereka di atas panggung, lalu musik orkestra dan lantunan lagu-lagu. Semua yang diingatnya hari itu, berikut pusat kebahagiaannya; seseorang yang duduk di sisinya seraya menggenggam tangannya.

Lizzy memikirkan situasi rumit yang melibatkan dua orang terdekatnya ini: Ciel━atau orang yang selama ini disangkanya sebagai Ciel asli━baru saja dijebak dan ditangkap pihak keamanan berkat bantuannya sendiri. Seharusnya Lizzy senang melihat penipunya itu sudah dijatuhkan. Namun kenapa ia justru cemas dan gelisah? Bimbang. Tak yakin. Ia merasa bersalah. Melihat raut wajah Ciel, ekspresi ketakutan, dan tatapan mengiba yang sempat ditunjukkan padanya saat mereka bertemu pandang. Rasanya seperti ia baru saja melakukan dosa besar. Bukankah Lizzy yakin Ciel berhak mendapatkan hukuman? Mengapa sekarang, ia merasa perlu berpindah haluan dan memihak pada si pemalsu?

Apakah aku sudah melakukan yang benar? Lizzy bertanya-tanya tapi tak ingin dijawab━tak ada jawaban yang bisa meyakinkannya.

Lizzy kembali mengingat lagi, momen ketika mereka pulang menonton teater bersama. Tidak biasanya Lizzy mengangkat topik yang begitu dewasa dan sulit dipahami. Lizzy ingat senyum misterius Ciel, yang tersungging sebelum dirinya turun dari kereta. Lalu pertanyaannya: antara menyukai kepalsuan atau memercayai kenyataan, kau pilih mana?

Rainbow Gate | Cielizzy WeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang