Hujan yang lebat memberikan keindahan di sore hari, suasana pesantren sangat damai dengan lantunan ayat-ayat Al-qur'an yang di bacakan oleh para santri dan santriwan yang sedang muroja'ah.
Medina duduk mengamati sekeliling pesantren, ia merasa dirinya akan kehilangan suasana indah hidup di sana yang selama ini membawa dirinya ke jalan yang benar dan mengajarkan ilmu-ilmu agama.
Hari ini adalah hari terakhir medina di pesantren karena mulai besok ia akan kembali menjalani kehidupannya di rumah tidak lagi di pesantren.
Tidak terasa, sudah 3 tahun medina menjalani hidup di pesantren. Dan sekarang ia sudah di wisuda dan menjadi wisudawan 30 juz.
"Ka Medina!" Panggil seorang santriwan kecil berumur 12 tahun lalu langsung memeluknya.
Dia adalah Wiwin Permata, seorang santriwan kecil yang baru sekitar 2 bulan di pesantren dan tidur satu kamar bersama Medina.
Karena Wiwin masih kecil, ia sangat manja pada Medina yang jauh lebih tua darinya. Medina pun sudah menganggap ia sebagai adiknya maka Medina dengan senang hati memanjakannya tapi tetap dalam batasan agar dia menjadi mandiri.
"Iya cantiknya Kakak!" Saut Medina dengan membalas pelukan adik kecilnya lalu mencubit pipi imutnya.
Medina anak sematawayang, jadi tidak heran kalo dia menyayangi anak kecil.
"Kakak lagi ngapain duduk di sini, liat hujan yah Kak?" Tanya Wiwin.
"Bukan!" Jawab Medina.
"Terus ngapain dong?"
"Lagi nunggu pangeran berpeci hehe!" Canda Medina tersenyum lalu tertawa kecil.
Tidak disangka, Fahri datang dari kejauahan bersama Farhan seorang alumni santri di Ponpes Al-Jannah yang sekarang sedang kuliah di Uin, mereka memakai sarung yang berwarna hitam kotak-kotak dan peci hitam dikepalanya sehingga memancarkan ketenangan dan ketampanan yang menggelegar bagi siapa saja yang melihat, tidak terkecuali Medina dan Wiwin.
Mereka berdua tersontak kaget melihat pria-pria sholeh nan tampan ini menghampirinya.
"Jadi ini pangeran berpeci yang Kak Medi maksud?" Ucap Wiwin membuat Medina salting dengan ucapannya.
"Eh, bukan-bukan. Kakak cuma becanda!" Ujar Medi salah tingkah karena Fahri berada tepat di depannya dan menatapi dirinya dengan wajah ekspresi datar namun tetap terlihat tampan.
"Pangeran berpeci? siapa yang pangeran berpeci, Dek?" Tanya Fahri pada Wiwin yang sedang membolak-balikan buku ditangannya.
"Ka Fahri sama Kak Farhan kan pangeran berpeci. Sama-sama pake peci dan tampan!" Jawab Wiwin, "Kok, Kak Medi diem ajah? pangeran berpecinya udah dateng nih, Kak." Ucap Wiwin pada Medina yang sedang membetulkan khimarnya padahal sudah rapih.
"Apaan sih Wiwin, kakak cuma becanda kali." Ujar medina dengan wajah memerah dan kedua tangannya melipat ke bawah dadanya, menandakan ia kedinginan.
"Ini!" Ucap Fahri dan Farhan sambil menyodorkan jaket nya kepada Medina bersamaan.
"Keliatanya kamu kedinginan." Ucap Fahri yang masih menyodorkan jaketnya pada Medina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Makmum
Ficțiune adolescențiAssalamu'alaikum gays! Jannah Islam Medina itu anak tunggal dari seorang ustadz dan ustadzah pemilik pesantren. Ia seorang santri cantik, kalem dan menawan. Ia sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang Makmum yang terbaik untuk suaminya menuru...