Tentang seorang pria yang tidak sengaja masuk ke kehidupanku, memberiku penawaran aneh beberapa detik sebelum aku menyerahkan nyawa pada sungai berbatu dibawah sana
"Selama sebulan, hiduplah denganku. Jika aku tak bisa mengembalikan semangat hidupmu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara itu mengusik tidurku, seperti hari-hari sebelumnya, pasti Jaehyun sedang membenahi sesuatu. Perlahan aku membuka mata, membiarkan kedua kornea ku terbiasa dengan sinar matahari yang menyusup masuk melalui celah jendela kamar berukuran tak terlalu lebar ini. Sementara itu, kedua tanganku meraba setiap sudut tempat tidur untuk mencari ponsel ㅡnamun tiba-tiba aku teringat akan sesuatu "Jangan menggunakan benda ini lagi," Malam tadi, Jaehyun me-non aktifkan ponselku, dan merendamnya dalam air. Aku tau, Yuta bisa melacak keberadaanku melalui ponsel yang baru saja ku nyalakan sejak aku tinggal disini
Suasana pagiku sedikit rusak jika mengingat apa yang terjadi padaku beberapa jam yang lalu. Hembusan nafas menjelma menjadi helaan berat, aku dapat merasakan mataku sedikit sembab sekarang, sepertinya aku terlalu banyak mengeluarkan air mata tadi malam
Aku mulai bangkit dan mengikat surai hitam sebahuku menjadi ekor kuda, membiarkan bagian poninya jatuh tak beraturan, mengusap mata beberapa kali guna mengumpulkan semua kesadaran dan mulai berjalan keluar rumah. Jaehyun yang sedang mengganti kain pelapis sofa, menjadi pemandangan pembuka selama empat hari berturut-turut. Apa dia terbiasa mengganti pelapis sofanya setiap hari? "Jaehyun-ssi, Kau menggantinya lagi?" ucapku setelah aku berdiri tepat disampingnya. Jaehyun yang sedaritadi sibuk dengan pekerjaannya mengalihkan pandangan padaku. Dengan tatapan yang sama pula setiap pagi. Apa aku masih terlihat seperti orang asing baginya? Kenapa ia selalu memberiku tatapan seperti itu?
Aku diam. Begitu pula Jaehyun. Sebelum pada akhirnya ia beranjak masuk kekamarnya, sedangkan aku tak mau terlalu memikirkan apa yang sedang ia lakukan. Aku berjalan kedapur untuk membuat teh hijau seduh dengan melirik ke arah jam dinding tua yang berada diruang utama "Jam tujuh?" aku bertanya pada diriku sendiri. Oh iya, aku dengar, teh hijau baik untuk pagi yang buruk. Satu untukku, dan satu lagi untuk pria yang baru saja kembali keluar, berkutat dengan sofanya. Aku membawa kedua cangkir teh dan memberikan satu pada Jaehyun "Untukmu," pria itu menatapku sekilas "Terimakasih," ucapnya saat ia berhasil memasang pelapis sofanya dengan sempurna, aku mengangguk dan duduk disampingnya. Aku dapat melihat mobil-mobil sibuk yang berjalan beraturan di jalanan lurus didepan sana, sekitar tiga atau empat kilo meter dari sini, mungkin. Aku penghitung yang buruk. Mobil-mobil itu terlihat seperti mainan yang berjalan. Apa mereka dapat melihatku juga? Mungkin aku terlihat seperti semut yang sedang meminum teh dari sana. hahaha
Mengalihkan pandanganku dari mobil-mobil itu, aku kembali memusatkan perhatian pada tumpukan tong yang mulai berkarat "Apa isinya?" aku bertanya pada Jaehyun yang tengah sibuk merapikan peralatannya, ia memberi perhatian sekilas "Tidak ada," lalu aku mengangguk paham, mungkin dulu tempat ini gudang penyimpanan minyak? Imajinasiku mulai mengambil alih
Pria itu sudah membawa sofanya masuk, sedangkan aku masih disini menikmati angin musim semi ㅡnamun masih terasa dingin, ditemani dengan burung yang sesekali turun dan melompat didekatku. Aku penasaran, apa mobil-mobil tua itu masih bisa digunakan? Aku rindu berkendara, Ah, maksudnya, tentu saja Jaehyun yang mengendarai, aku tidak pernah bisa mengendarai mobil