Tentang seorang pria yang tidak sengaja masuk ke kehidupanku, memberiku penawaran aneh beberapa detik sebelum aku menyerahkan nyawa pada sungai berbatu dibawah sana
"Selama sebulan, hiduplah denganku. Jika aku tak bisa mengembalikan semangat hidupmu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku melangkah lemah kearah bangku terdekat. Leherku sakit, tulang belakangku terasa ingin meloloskan diri dari jalurnya. Semalam aku tertidur dengan kepala yang menelungkup diatas meja, dan pria itu ㅡpria yang tengah sibuk dengan objek fotonya, membiarkanku tidur dalam posisi yang mematikan "Ahh, leherku" Aku merutuk pelan dengan sedikit memberi pijatan pada tengkuk. Walaupun begitu, akhirnya aku bisa mengingatkan Jaehyun agar tak mengganti pelapis sofanya lagi, Aku bangun begitu ia mengubah posisi sofa yang ada di belakangku. Mungkin aku harus bangun lebih pagi mulai dari sekarang
Punggungku meluruh ㅡmembiarkan tengkukku beristirahat pada sandaran bangku tempatku menunggu Jaehyun menyelesaikan tugasnya. Hari ini tak secerah hari biasanya, burung-burung juga terbang tak terlalu tinggi, kata ayah, jika burung-burung terbang rendah tandanya akan turun hujan. Sontak aku mengedarkan pandangan, perlukah aku membeli payung? Ada supermarket di sebelah sana, sepertinya Jaehyun juga belum tertarik untuk pulang. Baiklah
Aku bangkit, sedikit berlari menuju supermarket yang ku maksud. Dengan menggunakan sisa uang yang ku curi dari Jepang, aku membeli sebuah payung dan satu pack vitamin untuk Jaehyun. Aku akan kembali ke tempatku ㅡsebelum aku melihat seseorang yang dua hari lalu ku temui. Bukan Yuta, tapi para anak buahnya. Dengan sigap aku menggunakan payung yang kubawa untuk menutupi wajahku. Sesampainya aku dibangku, Jaehyun tak lagi disini, ketakutanku semakin menjadi. Kearah mana aku pulang? "Jaehyun-ssi.." aku ingin meneriakkan namanya, supaya pria itu mendengarku. Tapi kerongkonganku tercekat, bagaimana jika makhluk berbadan kekar dan berbaju hitam di sebelah sana menyadari kehadiranku?
Aku melangkah terburu, berjalan kearah mana saja jalan, yang tak terjangkau oleh pantauan para anak buah Yuta "Tenang, aku harus tenang" bahkan sepertinya sudah tak ada jarak antara payung dan ujung kepalaku. Beberapa kali aku merasakan benda ini membentur pelan kepalaku, tapi tak apa, jika dibandingkan dengan kemungkinan bahwa mereka dapat melihatku
Hujan mulai turun, belum deras, tapi cukup mengganggu pengelihatan. Aku baru tau jika Daegu akan se-berkabut ini jika hujan. Langkahku terhenti disalah satu halte terdekat dengan bangku yang terakhir kali ku duduki setelah berjalan melewati gang-gang sempit didalam sana. Dikeadaan seperti ini, aku yakin orang-orang itu sudah peegi. Aku duduk diam sembari mengamati sekitar berharap menemukan sosok Jung Jaehyun yang sedang mencariku, dan juga, dengan tak hentinya memohon, agar jangan ada petir atau semacamnya dihujan kali ini. Atau aku akan kehilangan kewarasanku
Sampai seseorang menyentuh bagian sisi lain payungku, aku mengubah arah pandang sebelum bangkit. Namun setelahnya, tubuhku mematung dan entah sejak kapan pria ini berdiri disini. Dia Seo Johnny, kaki tangan ayahku. Ya, ayahku yang tidak memiliki hati "Nona, Tuan Kim ingin kau kembali" Aku menggeleng tak lama setelah pria itu diam "Jangan harap," air muka pria itu berubah, perlahan aku menjauhi pria bermarga Seo itu, hampir saja aku membalikkan tubuh dan berlari meninggalkannya, sebelum tangan kekar miliknya berhasil meraih lenganku