Wednesday/ May 2, 2012.
Aku terseok-seok, merangkak. Berusaha sekuat tenaga menarik kakiku yang tak lagi berdaya hanya untuk menjauh dari tempat sialan ini. Dingin yang mencekam, kegelapan, jeritan reranting serta nyanyian malam yang serupa tangisan wanita membuatku semakin kalut, aku ketakutan ! Kepalaku berdenyut-denyut, mataku berkunang-kunang langit mendung seolah-olah ikut berkabung.
Apa yang kualami dan kulihat tadi benar-benar membuatku, shock !
Darah berceceran. Wanita itu menjerit, menangis, memberontak. Ia mencoba bertahan tetapi kekuatannya tak sebanding dengan 3 lelaki kekar itu.Dengan sisa kekuatannya ia ambil botol dari keranjang jamunya lalu memukul kepala salah satu lelaki biadab itu, lelaki itu meringis menahan sakit, lelaki yang lain langsung menampar muka wanita itu, darah mengucur dari sudut bibirnya. Aku bergidik.
Terdengar robekan kain disusul jerit memilukan, aku tak ingin tahu tapi aku rasa pagar ayunya telah direnggut oleh para manusia bengis itu, manusia yang telah diperbudak iblis ! Aku geram. Aku menangis, ya menangis karena ketidakberdayaanku menolong wanita itu. Aku hanya bisa diam, diam begitu lama dibalik ilalang yang kurasa ikut menangis menyaksikan tragedi itu.
Wanita itu mungkin telah dijemput “Izrail”.
Terdengar langkah kaki, semakin mendekat kearahku, bulu romaku meremang, tanpa berpikir panjang aku berlari sekuat tenaga, yang kumaksudkan berlari adalah merangkak secepat-cepatnya tak tentu arah, aku mendengar gemericik air begitu dekat aku terkejut air itu membasahi mukaku.
Pelan-pelan mataku terbuka. Tubuhku lemah tak mampu bergerak,suaraku tercekat di kerongkongan, kamarku serasa berputar-putar dan berubah-ubah menjadi gudang kemudian sekolah lalu kamarku lagi,menjadi begitu gelap kemudian terang. PLAK !
Tepukan keras dipahaku membuatku kaget, aku tersentak bangun lalu duduk. Sial !
Kulirik jam, 06.34.
“Astaghfirullah”. . .aku mendesah frustasi, bahkan aku belum mandi ataupun sarapan.
Bola mataku berputar, aku melihat Yumi teman sekosku, mengeringkan rambutnya diatasku.
“Pantas saja”gumamku lemah mengingat akhir mimpiku tadi dan kulihat Risthy temanku satunya lagi, dia sudah sibuk dengan kacanya.
“Kenapa kalian tidak membangunkanku !”aku memprotes.
“Hei! Bahkan aku sudah bolak-balik dari kamar mandi hanya untuk membangunkanmu.” Yumi membela diri.
“Huh sudahlah !”sungutku kesal.
Aku menyaut handuk dengan cepat dan langsung menuju kamar mandi, karena tergesa-gesa aku terpeleset.“Aaaaaa. . . !”suaraku yang melengking bak 'kucing terjepit' julukan dari teman-temanku terdengar sampai kamar membuat Yumi dan Risthy berlarian mendekat.
“Kenapa El ?”Tanya Risthy dengan khawatir.
“Hehe, eungh. . .nggak apa-apa kok.” kilahku sambil meringis memegangi pinggangku yang serasa copot.
Mereka saling tatap lalu menggeleng-geleng, aku mengabaikannya.
“Ya sudah kami berangkat duluan nggak apa - apa kan?” pamit mereka serempak.
“Iya.”aku menjawab sekenanya.
Seusai mandi aku bergegas mencari seragamku, mula-mula di kamarku tapi tak ada. Lemari sudah aku obrak-abrik bahkan kardus tempat menyimpan pakaian sehari-hari telah aku bongkar, tetap saja hasilnya nihil. Tidak ada! Aku baru teringat, kemarin aku melemparkannya begitu saja disudut kamar Yumi. Aku bergegas kesana tapi pintunya dikunci, pasti dibawa yang empunya. Aku coba mendobrak pintu itu, tak sedikitpun bergerak malah perutku yang berkerucuk. Aku tersadar belum sarapan, aku terisak, hari ini ada ujian! Aku semakin menangis sejadi-jadinya.
Lamat-lamat kudengar suara orang mengetuk pintu, aku buka ternyata kak Trisa, tetangga kos sebelah yang setahun lalu sudah lulus SMA. Cepat-cepat kuhapus butiran air di sudut mataku, aku tidak mau kalau sampai ketahuan menangis hanya gara-gara seragam. Memalukan!
“Loh, Elea kok belum berangkat ke sekolah?” tanyanya.
“Nggak ada seragam kak, terkunci dikamar Mayumi.”
“Eh punya kakak masih ada kayaknya.. ,”
“Benar kak ? Pinjam!" Sautku cepat sebelum ia menyelesaikan perkataannya
“Sebentar kakak ambil.” katanya sambil lalu.
Dengan seragam yang sedikit kedodoran dan sedikit kumal tentu saja karena tidak sempat disetrika, aku bersiap-siap berangkat.
“Ya rabbku !” aku baru ingat aku belum mengganti buku pelajaranku yang kemarin, cepat-cepat aku kembali kekamar dan dengan serampangan memasukkan buku pelajaran hari ini ke tas mungilku.
Saat berjalan keluar, sekilas aku melihat jam, 07.21. Jarak rumah kosku kesekolah hanya sekitar 50 meter. Kulihat Guruku mulai menutup gerbang pelan-pelan tapi bagiku sangat cepat, aku berlari sekencang-kencangnya berlomba dengan gerbang yang terus berjalan tapi teeettt ! Aku terlambat, gerbang tertutup sepenuhnya.
Guruku memandang sinis, menunjuk ke jamnya seakan menyindir keterlambatanku, menohok hatiku. Gerbang itu berderit, aku melihatnya seakan menyeringai padaku dan berkata “Hukuman bagi pemalas !”
Aku menatap nanar.
-Ern-