Ayah...
Kini aku sudah beranjak dewasa.
Sebentar lagi mungkin aku akan menjadi milik orang lain.
Sebentar lagi mungkin aku akan menjadi seorang wanita yang memiliki keluarga sendiri
19 tahun aku lewati tanpamu ayah.
19 tahun aku lewati tanpa kasih sayang darimu
19 tahun aku lewati tanpa bisa berbagi cerita, keluh kesah bersamamu.
Aku tak tau, harus merangkai kata seindah apa, untuk menunjukkan kerinduan dan kasih sayangku padamu.
Aku tak tau, harus menuliskan puisi seperti apa untuk menggambarkan sosokmu yang akan selalu menjadi cinta pertamaku.
Ayah...
Hari hari aku lewati penuh dengan air mati dan cacian
Hari hari aku lewati penuh perjuangan.
Bahkan, waktupun seakan enggan untuk membagi hal bahagia dan menyenangkan denganku.
Waktu seolah memberitahuku bahwa aku tak pantas memiliki waktu untuk itu.
Tak apa ayah.
Sungguh.
Aku tak apa, hanya saja aku merindukanmu.
Merindukan dipeluk olehmu.
Bukankah anak perempuan selalu lebih dekat dengan ayahnya?
Jadi, Boleh kan ayah jika aku merindukan pelukmu?
A
KAMU SEDANG MEMBACA
diary hati
Alteleaku mengekspresikan apa yg kulihat melalui tulisan. karna kadang, tak semua hal bisa untuk diucapkan tapi semua hal bisa untuk ditulis. Itu menurutku