Prolog

39 0 0
                                    


Gadis itu duduk termenung sambil menyeruput cappuccino yang terletak diatas meja makannya. Malam itu, cafetaria yang berada di sudut kota New York sedang ramai didatangi oleh pengunjung. Ada yang datang berdua, mungkin bersama sahabat atau kekasih, ada yang datang beramai-ramai, mungkin sedang merayakan sesuatu, tetapi ada juga yang datang sendirian. Apakah dia memang menyukai ketenangan didalam kesendirian? Atau ia tidak ingin sendiri akan tetapi keadaan yang menuntut akan hal itu.

Mungkin ada seorang gadis yang bisa menjawab pertanyaan tersebut, ia sedang duduk di sudut paling kanan cafe didekat jendela yang mengarah keluar, memperlihatkan pemandangan jalan setapak yang dilalui orang-orang untuk berpergian melewati cafetaria tersebut.

Oh, aku hanya ingin waktu sedikit saja tanpa harus memikirkan hal itu lagi.

Cappuccino diatas meja itu menjadi saksi bisu atas kata-kata yang tidak sengaja digumamkan oleh gadis itu. Tanpa ia sadari, sedari tadi alunan musik mengalir indah dan mengisi kekosongannya pada malam hari ini. Tentu saja ia tak sadar, fikirnya pun sedang melayang-layang terhadap satu hal.

Hanya satu permintaan. Sekali ini saja sayang, karena ini untuk kebaikanmu.

Kata-kata itu seolah berputar didalam kepalanya. Ia terus berfikir dan berfikir untuk menyanggah pernyataan tersebut, tapi apa yang terjadi? Ia tak bisa. Karena apa yang ada di dalam perkataan tersebut semuanya benar, tidak ada satu kesalahanpun didalam ucapan itu.

Gadis itu menaikkan dagunya dan menopang dagu tersebut dengan satu tangannya. Ia menoleh kearah luar melihat mereka yang melintas melewati cafe. Satu musik indah mengalihkan perhatiannya. Tidak ada suara penyanyi terdengar, hanya suara instrumen saja yang mengalun dan dimainkan dengan menggunakan piano beserta alunan violin mengiringi lantunan melody piano tersebut.

Indah sekali, cukup untuk membuatku merasa nyaman setelah beberapa jam berada disini. Terimakasih.

Ternyata cukup membuat Shella jatuh hati hanya dengan mendengarkan instrumen lagu Migikata yang sesungguhnya milik Atsuko Maeda itu. Ia menyukai setiap detik di cafetaria tersebut selama tiga menit dengan adanya iringan musik itu. Shella sangat menyukai piano. Sejak kecil, ia sudah sangat tertarik dengan piano dan bahkan sampai sekarang, piano adalah satu-satunya alat musik yang bisa dimainkan olehnya.

Setelah lantunan musik selesai. Ada seseorang yang sepertinya ingin berbicara didepan, ia terlihat serius, seperti ingin menyampaikan sesuatu yang penting kepada salah satu pengunjung cafe malam itu. Ia adalah lelaki pemain piano, yang telah memainkannya dengan sepenuh hati karena memang alunan musik tersebut ditujukan kepada seseorang yang ia anggap spesial. Pastinya seseorang itu berada di salah satu kursi cafe. Seseorang yang datang sendiri, duduk di sudut paling kanan cafe dan matanya sedang teralih melihat jendela cafe yang berada tepat di sampingnya. Ia sedang melihat pemandangan luar dan matanya tidak sedikitpun melihat kearah panggung cafe. Sampai satu suara membungkam mulutnya dan sontak membuatnya menoleh secara spontan ke arah tersebut.

I still remember, even now...

of that summer when I realised of love...

On this street where it's flooding

with blue passion flowers in the sun

Seperti itulah arti bait pertama lagu yang ku mainkan tadi. Aku tau, mungkin kesan pertamamu terhadapku sangat buruk. Aku tau, aku adalah orang yang menabur pahit diantara banyaknya hal manis di masa lalumu. Sehingga kau mungkin selalu mengingatku tetapi dalam keadaan yang sebenarnya tidak aku inginkan.

Tapi, satu hal yang perlu kau tahu. Saat itu adalah saat terbodohku dan aku sangat menyesalinya. Bait pertama lagu ini kuungkapkan kepadamu sebagai apa yang benar-benar ingin ku ungkapkan. Aku tidak bohong. Saat itu benar-benar pertama selama aku hidup. Dan saat itu adalah saat pertama juga dimana aku melakukan kebodohan yang tidak sesuai dengan apa yang hatiku mau.

Musim panas datang lagi. Bukan yang kedua atau ketiga setelah musim panas itu. Tapi sudah beberapa musim terlewati, namun bagiku musim panas tahun ini adalah kesempatan kedua.

Aku melihatmu sekarang, Shella.
Dan aku menyukaimu.

Seketika, malam itu juga, Shella tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia tidak tahu apa yang dia rasakan sekarang. Semua mata di cafe itu tertuju padanya. Senang ataukah ia malu? Sepertinya, wajah yang merah merona seperti kepiting rebus itu bisa menjawabnya.

Apa yang ia lakukan? Ia membuatku malu berada disini!

Laki-laki itu turun dari panggung dan berjalan menuju ke tempat dimana Shella duduk. Shella terpaku, diam, bingung harus melakukan apa. Semakin dekat, sampai tepat ketika laki-laki itu ada didepannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Shella sambil mengernyitkan dahi. Ia masih bingung dengan apa yang sedang laki-laki ini lakukan.

Laki-laki itu menyodorkan sesuatu, "Aku hanya ingin memberimu ini." Ia memberikan sebuah buku.

Buku diary bergambar kupu-kupu.






Hallo semua!!
Aku mau minta pendapat hehehe, menurut kalian gimana prolog nya?, aneh gak? wkwkw.
Kalo aneh wajar ya, aku penulis pemula soalnya.
Thanks yang udah mau baca sampe sini.
Ditunggu ya saran dan masukannya.

Salam hangat,
Rachel

Summer Plan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang