hari ini adalah hari kelima chan dan woojin menghabiskan waktu bersama. biasanya chan selalu menunggu pria itu di depan kantor dengan senyum lebar dan lesung pipi yang dalam dan selalu sama hangatnya. sekarang chan selalu bertanya woojin ingin camilan apa sebelum mereka melaju ke studionya. lalu woojin masih tertawa pada lelucon lama milik chan, agaknya membuat hari-hari bang chan jadi menyenangkan.
"woojin, mungkin hari ini atau besok lagunya bisa selesai." chan mengucap dengan pelan, tak rela kalau yang jadi alasannya bertemu woojin lima hari ini tak bisa ia pakai lagi. perjalanan sore ini mendadak jadi tak sehangat biasanya. chan mencoba fokus menyetir, walau hatinya resah menunggu tanggapan woojin.
pria dengan kulit sewarna madu itu tersenyum. "oh itu bagus, setidaknya kau bisa fokus pada projekmu yang lebih penting."
tidak, woojin, itu sungguh tidak bagus. raut muka chan berubah, tak secerah biasanya. apa woojin memang tak merasakan hal yang sama dengannya? perasaan tak rela saat projek mereka selesai? oh, chan merasa mulai patah hati.
woojin yang menyadari aura tak menyenangkan dari chan bersuara, "tapi kita masih bisa bertemu, chan. tentu dengan mempertimbangkan kesibukan masing-masing dan kau yang tak perlu menjemputku."
chan melirik sedikit ke woojin, masih tak menanggapi. ia masih tak suka ide untuk tidak menjemput woojin. oh ayolah, urusan menjemput ini jadi hal penting untuk chan agar ia bisa punya waktu lebih lama dengan woojin.
"bisakah bagian 'menjemput' juga tetap ada? aku lebih nyaman jika aku menjemputmu saat kita hendak bertemu, woojin."
woojin melihat raut wajah chan menjadi serius yang cenderung seperti merajuk di matanya. lelaki yang wajahnya mirip beruang itu tertawa gemas hingga matanya tinggal segaris. yah, kalau begini sih jadi bang chan yang gemas.
"kenapa tertawa? aku serius," ucap chan masih dengan wajah datar walau dalam hati ia setengah mati menahan perasaan gemas.
tawa woojin mereda, namun senyum lebarnya masih terpampang. "kau lucu sekali, chris! baiklah baiklah, urusan menjemput aku serahkan padamu. tapi kalau kau tak bisa, jangan dipaksakan ya?"
akhirnya chan bisa tersenyum dengan sangat lebar. "ya, tentu saja."
"oh ada satu hal lagi woojin."
woojin lagi-lagi menoleh ke arah chan yang kini tengah menatapnya.
"aku suka saat kamu memanggilku chris, terdengar hangat saat itu suaramu."
senyum woojin sangat lembut kali ini, sesuai dengan keadaan hatinya.
♩
saat sampai di studio, chan dan woojin mendapati dua pemuda terduduk di sofa dan tengah sibuk mengotak-atik laptopnya masing-masing dengan headphone yang terpasang. pemuda dengan garis rahang yang tegas menyadari keadaan itu dan segera melepas headphonenya.
"oh, chan hyung kau sudah datang?"
chan hanya mengangguk. laki-laki dengan pipi yang lucu masih asik dengan dunianya sendiri sampai pundaknya ditepuk agak keras oleh temannya.
"aw! sakit! kenapa harus pukul-pukul sih?!"
lelaki itu merengut dan baru menyadari kehadiran dua orang yang masih berada di dekat pintu. matanya langsung membulat dan memandangi chan juga woojin secara bergantian. lalu ia menoleh ke temannya untuk meminta penjelasan lewat pandangan. namun ia hanya mendapat gidikan bahu.
"changbin, jisung, ini woojin. orang yang kuajak rekaman waktu itu." akhirnya chan bersuara.
woojin tersenyum hangat dan mengulurkan tangannya sambil berkata, "halo, aku woojin."

YOU ARE READING
voice. [ woochan ]
Fanfictionchan pernah jatuh cinta, hanya dengan suara. ----- warn; lowercase, bxb.