🍃Seperti Tak Asing🍃

13 4 0
                                    


"Woyy...woyy.. ada yang berantem tuh di kantin." seru Doni-teman sekelasku di ambang pintu kelas dengan napas tak beraturan.

"Siapa yang berantem?" tanyaku pada Salwa yang asik dengan telefon genggamnya.

"Halahh paling si Arka,siapa lagi kalo bukan dia." jawab Salwa yang masih sibuk bermain handphone.

"Liat yuk..aku mau liat mukanya si Arka kayak gimana."

"Kepo banget Bukk kayaknya."

"Iyalah,yang buat gue kepokan lo sendiri,lo tukang kepo,gue jadi ikutan ketularan keponya."

"Yodah yok kita liat,mumpung belum bubar." ucapnya berdiri sambil menggenggam tanganku.

"Yok"

*Kantin*

Suasan kantin benar-benar kacau,bangku yang seharusnya di duduki kini malah di injak oleh seseorang yang tak ku ketahui siapa namanya.

"Sekali lagi lo gangguin dia,mati lo gue buat." ucapnya kepada lawannya dengan penuh emosi sambil menunjuk ke arah lawannya yang sudah terkulai lemas.

"Asal lo tau ya cewek lo itu yang kegatelan,dia yang deketin gue duluan." ucap yang satunya lagi terduduk di lantai dengan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Dasar banci lo." ucap seorang cewek sambil menunjuk ke arah cowok yang terduduk di lantai.

Pertengkaran ini mungkin karena cewek,persis yang pernah Bunga bilang kepadaku tentang pertengkaran yang dilakukan oleh Arka adalah berkaitan dengan hal-hal yang sepele termasuk rebutan cewek atau semacamnya.Tapi masalahnya sampai sekarang aku masih belum tahu siapa Arka,yang berdiri di atas kursi atau yang terduduk lemah tak berdaya?

Aku melihat kasihan ke arah cowok yang terduduk di lantai,mata sebelahnya terlihat biru membengkak,sudut bibirnya mengeluarkan darah,dahinya lebam hingga bengkak.
Sungguh naas nasibnya-pikirku.
Ku rasa dia tidak salah,mungkin saja apa yang dia bilang itu benar,bahwa cewek itulah yang telah mendekatinya terlebih dahulu.Aku kenal dengan cewek itu,namanya Rika,dia teman sekelasku waktu aku masih SMP.Orangnya cantik tapi sifatnya membuatku benci kepadanya,angkuh,sombong,pokoknya sifatnya itu jauh dari kata 'baik'.

"Sal..jadi si Arka yang mana orangnya." ucapku celingukan sambil berjinjit karena terhalang oleh orang-orang yang tinggi di depanku.

"Itu yang naik ke atas kursi." tunjuknya dengan dagunya ke arah orang yang sedang berdiri di atas kursi.

"Ooo,kok kayaknya mukanya nggak asing ya,kayak pernah gue liat sebelumnya."

"Ya pernah lah,namanya juga satu sekolah,ya pasti pernah liat."

"Iya juga sih..."

"Balik yok ke kelas,bosen gue di sini,tontonannya gini-gini doang."

"Yok..."

*Kelas*

"Mikirin apa sih sampe ngelamun gitu?" ucap Salwa sambil mencubit pipku gemas dan duduk di kursinya.

"Nggak kok,gue nggak mikirin apa-apa."

"Yakin nihh."

"Iya Salwa cantikkkkk."

"Ahh lo mah bisa aja.Gimana nyokap-bokap lo,udah balik dari Malaysia?"

"Belum,katanya sih seminggu lagi baliknya."

"Buset dah lama bener.Kesepian dong lo,cup..cup..cup.." ucanya sambil menepuk-nepuk kepalaku pelan.

"Gue bukan bayi kali,lagiankan gue udah biasa sendiri di rumah,ehh bukan, gue nggak sendiri kok,ada Bik Inah,ada Mang Jajang juga."

"Tapi... emang bisa di ajak ngobrol?"

"Ya bisa sekali-sekali.Ah udah ah.. jangan bahas itu lagi,bahas apa kek yang enak di bahas gitu."

"Mau bahas apa neng?"

"Seterah buk"

"Terserah kaleee,ngomong aja masih celat lu bocah." ucapnya dengan sedikit kekehan di bibirnya.

"Iya terserah." ucapku juga sambil terkekeh.

"Udah taukan Arkan yang mana orangnya?"

"Udah...,dan gue ngerasa kek pernah liat dia sebelumnya." ucapku sambil menyilangkan tanganku di depan dadaku.

"Kan gue udah bilang tadi,namanya juga satu sekolah,ya pasti pernah liat lah."

"Nggak Sal,bukan gitu maksdu gue,maksud gue gini lo..kayaknya gue pernah berurusan sama dia,tapi gue nggak inget."

"Coba di inget-inget lagi deh,,tapi kalo beneran pernah berurusan sama lo,kok lo mau sih berurusan sama dia,gue mah ogah." ucapnya sambil bergidik ngeri.

"Dip...Dipa... dipanggil Bu Sri tuh di ruang guru,ada urusan katanya." ucap Tasya yang baru saja masuk ke dalam kelas,dan secara spontan aku dan Salwa langsung melihat ke arahnya.

"DIVA...D-I-V-A,DIVA PAKE V BUKAN P." ucapku mengeja namaku sendiri.

"Aelah... makanya punya nama jangan ribet-ribet."  ucap Tasya.

"Serah deh." ucapku sedikit agak kesal.

"Udah sana cepetan,lo udah ditungguin Bu Sri tuh di ruang guru." ucap Salwa.

"Eh... iya lupa gue."

*Ruang Guru*

"Permisi.." ucapku sambil mengetuk pintu.

"Iya masuk." ucap Bu Sri

"Ibu manggil saya?"

"Iya saya panggil kamu."

"Ada apa ya Bu?"

"Tolong kamu ke gudang belakang,ambilin data-data murid kelas XII."

"Siap Bu." ucapku kemudian pergi keluar ruang guru dan berjalan menuju ke gudang belakang sekolah.

Bruk...

"Aww...." seseorang menabrakku.

"Eh... sorry ya." ucapnya kemudian pergi begitu saja.

"Woyyy." teriakku.

"Apa?" dia berbalik dengan wajah tanpa dosanya.

"Kalo jalan hati-hati dong."

"Ok,lain kali gue hati-hati,gue duluan ya." dia pergi,dannn kalian tau siapa dia? Dia Arka,aku sempat jantungan saat berhadapan dengannya,aku takut nyawaku hanya akan sampai hari ini saja,tapi aku tak mau terlihat lemah dan terlihat takut,hingga aku belik melawan ucapannya.

"Dasar ya,nggak sopan banget jadi orang." ucapku bangkit dari keterjatuhanku dan kemudian membersihkan rokku yang sedikit kotor karena terkena debu yanga ada di lantai.

Aku kembali berjalan menuju ke gudang,hingga saat aku sampai aku mencium bau yang sangat tidak aku sukai,yaitu bau asap rokok.Aku mengipas-ngipaskan tanganku di udara guna menyingkirkan asap rokok tersebut.

"Kok ada asep rokok sih,padahal gudang,kan nggak ada orang." pikiranku melayang,aku mengira bahwa itu bukan asap rokok melainkan asapa jin atau semacamnya.

"Ada orang nggak,jangan setan dong,setan jangan ganggu ya,gue cuma mau ambil data-data yang di suruh Bu Sri kok,jangan ganggu gue ya,ganggu aja Bu Sri karena Bu Sri yang nyuruh gue ke sini." ucapku sambil berjalan mengelilingi gudang untuk mencari data-data yang dimaksud Bu Sri.

"Pergi dari sini..."  terdengar suara menyerupai suara perempuan.

"Mama..." aku terjongkok menangis sambil memeluk lututku,dan wajahku ku kutenggelamkan di antara lutut dan tanganku.Jujur aku sangat takut dengan hantu atau semacamnya.Dan saat aku merasa takut aku selalu memanggil Mama ataupun Papa untuk meredakan rasa takutku.

"Aduh... mampus gue,dia nangis,gimana ni." sekarang terdengar suara laki-laki,aku semakin takut,badanku bergetar,jantungku sudah tak dapat dikontrol.

"Eh.. nggak kok,disini nggak ada hantu kok,itu gue,gue manusia,maaf ya." tangan seseorang menyentuh pundakku,aku mendongak ke atas melihat ke arah orang tersebut,aku terduduk lemas saat aku mengetahu siapa dia.

"Ehe.... maaf ya" ucapnya sambil menyengir dengan wajah tanpa dosa.

To Be Better {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang