TOO MORNING

39 6 9
                                    

24/3

Kenzo's POV

Jauh di atas sana dapat kulihat, sisa awan-awan jingga bercampur biru laut, tengah bersikukuh membelit binar matahari yang memaksa muncul untuk meninggalkan peraduannya. Hembusan angin pagi yang masih segar pun dapat kurasakan saat ini.

Ini memang masih terlalu pagi bagi seorang siswa atau siswi untuk menginjakkan kaki mereka di sekolah. Tapi saat ini, deritan pagar berkarat, barisan lantai persegi yang dingin dan bulir-bulir embun yang teratur di kaca jendela setiap kelas, bersedia menjadi saksi kedatanganku.

Kali ini tekad ku untuk datang pagi ke sekolah berhasil terealisasikan, buktinya saat ini aku telah menyandarkan punggung ku dengan nyaman di kursi kayu yang biasa aku tempati. Menyesapi setiap angin sejuk yang melintas kemudian menghembuskanya dengan teratur ke permukaan.

Kulihat arloji yang tersemat di pergelangan tangan kiri ku, 5.30 a.m tertulis jelas di atas nya. Pantas saja, hanya kesunyian dan deru baling-baling kipas angin tua lah yang menemaniku saat ini.

Saat aku melangkahkan kakiku di gerbang tadi, Pak Juned, tukang kebun sekolah yang saat itu sedang menyapu halaman, tiba-tiba terhenti dari aktifitasnya dan memandangku aneh. Lalu sesaat kemudian, ia melontarkan potongan kalimat padaku, yang intinya berupa keheranan karena ada siswa yang sudah datang sepagi ini.

Aku yang ditanyai pun juga bingung harus menjawab apa, dan berakhir dengan seulas senyum andalan yang ku keluarkan untuk membalas rentetan pertanyaan Pak Juned. Setelah basa-basi itu berakhir, kubawa diriku menuju ruang kelas yang keberadaannya di paling ujung koridor lantai, dekat dengan kawasan lapangan basket sekolah.

Bukan tanpa alasan aku berangkat sepagi ini. Karena perbuatan ku kali ini didasari oleh kecerobohan yang Kaesang lakukan di akhir pekan kemarin, ya meskipun dibumbui sedikit oleh keputusan finalku.

Masih ingatkan dengan "ketidak sengajaan" yang Kaesang lakukan padaku kemarin? Iya, tepukan kasar tangan Kaesang pada pundak ku waktu itu, membuat ku kaget dan dengan tidak sengaja pula jari tanganku yang sedang bermain di atas ponsel saat itu, memberi like pada akun Instagram seorang perempuan bernama "Niken".

Sungguh menurutku itu akan membuat image dingin ku ini akan memudar. Demi apa pun, aku tidak pernah memberi like pada postingan gadis manapun.

Dan apa yang terjadi kemarin? Bahkan aku akan ketahuan kalau sedang menelusuri akun gadis itu secara sembunyi-sembunyi, ini semua karena tanda like itu. Berlebihan memang, tapi ini lah aku, pria yang sangat awam jika berkaitan dengan seorang perempuan.

Saat sampai di rumah pun aku masih memikirkan tentang hal itu. Akhirnya aku memutuskan untuk memberikan like pada semua postingan Instagram Niken. Aku hanya berpikir, kalau sudah ketahuan kenapa tidak ku teruskan saja "ketahuan" ku itu dengan memberi like pada semua postingannya.

" Bodo ah . Like aja semuanya, sekalian follow . Berteman apa salahnya. Lagipula nggak kenal juga." Itulah deretan kata-kata yang ku pikirkan saat itu.

Tapi belum sampai semenit usai memberikan like, aku tersadar dan sangat menyesal. Bukankah jika aku memberi like pada semua postingannya, aku akan terlihat seperti sangat ingin mengetahui sosok Niken ini? Kupikir aku seperti pria yang agresif yang sangat ingin dekat dengannya, bahkan saling mengenal pun tidak. Ah sungguh frustasi aku dibuatnya.

Jadi sudah tau bukan kenapa aku berada di kelas sepagi ini? Tentu saja, karena aku tidak ingin bertemu dengan Niken yang kelasnya tepat bersebelahan dengan kelasku. Aku hanya khawatir dia akan mengenali akun Instagram dengan username KENZOWARAP yang memberinya puluhan like dengan waktu bersamaan di akhir pekan kemarin. Lebih buruknya lagi, bagaimana bila ia mengenaliku sebagai pemilik dari akun tersebut? Mau diletakkan dimana mukaku nanti?

24/3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang