Chintia dan Anis berjalan dipinggir lapangan, masing masing tangan mereka memegang botol air mineral yang awalnya mereka beli dikantin setelah bel istirahat berbunyi.
"duduk sini aja, Nis" ajak Chintia menarik pergelangan tangan Anis untuk duduk dipinggir lapangan.
Anis menurut dan duduk disebelah Chintia mereka memandang ketengah lapangan yang terdapat beberapa siswa laki laki kelas mereka tengah bermain bola, termasuk Berlino.
Jujur Chintia mengakui ketika ia melihat raga Berlino saja badannya terasa tersetrum sekarang, apa lagi saat berhadapan langsung.
Perasaan aneh ini terus menyerang Chintia sejak seminggu terakhir ini, apa benar? Ia menyukai laki laki itu. Entahlah Chintia masih ragu mengakuinya.
Kenapa harus aku yang duluan begini? Apa cuma aku yang merasa. Kenapa? Astaga Chintia sadar!
"Chin.. Hey! " ucap Anis mencoba menyadarkan lamunan Chintia.
"eh i-iya? " jawab Anis sedikit tersentak.
"lo gak apa kan? " tanya Anis ragu.
Chintia mengangguk meyakinkan Anis, kemudian mata Chintia beralih lagi ketengah lapangan, disana Berlino masih bermain dengan santainya.
Rupa lelaki itu tak menarik atau benerang dimata, bodynya sedikit gemuk, hidung juga tak terlalu mancung,wajahnya juga bulat. Sungguh simple namun hanya ada satu pengakuan. Dia manis!
Bisa dipastikan, wujud seorang Berlino hanya biasa saja, tidak begitu tampan atau pun menarik perhatian kaum hawa, benar benar biasa bahkan pas-pasan. Hal itu yang membuat Chintia berlaga kebingungan akan rasa itu.
"Chin, lo suka Lino? " tanya Anis tiba tiba.
"enggak kok" balas Chintia cepat.
"ngapain kamu ngeliatin dia terus? " selidik Anis.
"emang gak boleh? Apa kamu yang suka? " tanya Chintia balik menyelidik.
"sembarangan mending aku suka sama Diego Dora lagi" ucap Anis dengan polosnya.
Chintia mengangguk anggukan kepalanya setuju. Benar juga bahkan lebih bagus rupa wajah kartun itu dari Berlino, kalian harus tau.
Lalu apa yang bisa membuat Chintia tertarik padanya? Sikapnya?Perkataannya? Perlakuannya? Kepeduliannya?Atau bahkan
Tidak ada alasan. Mustahil! Pasti ada sesuatu!.Berlino selama ini juga biasa saja sikapnya, namun memang sikapnya sedikit mambaik layak kawan biasanya, ingat kawan biasanya!, semenjak mereka sekelompok beberapa minggu lalu.
"Chin kalo lo beneran suka, cerita aja mulut gue gak akan jebol demi lo" ucap Anis meyakinkan.
Chintia mengangguk mengiyakan.
"gak tau Nis, gue juga bingung ini aneh banget sumpah"Rasa gusar, aneh, tidak pasti yang bersatu menjadi sebuah keraguan tentang perasaan ini, but. It's first love of Chintia kalian harus tau, setelah selama ini dia hanya sebatas menyukai dan mengaggumi saja.
"GWS ya Chin....hehehe" ucap Anis terkekeh.
"bukan ngasih saran atau nasehat malah ngetawain dasar" keluh Chintia.
"gue dukung lo aja kalo emang gitu" ucap Anis.
"Selamat berjuang say" ucap Anis terkekeh.Chintia berdengus kesal, ia hanya memalingkan wajahnya dari Anis.
"Chintia ya?" suara cukup familiar yang Chintia ketahui tiba tiba memanggil namanya.
Chintia dan Anis refleks menoleh kebelakanng mereka, ternyata Shafira. Dia adalah sepupu Berlino yang satu sekolah dengan Chintia sejak dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Tergapai
Teen FictionKau tau apa yang aku harapkan? Yang ingin aku gapai? Yang aku inginkan? Yang aku doakan kepada tuhan? Yang selalu membuatku tersenyum dan menangis? Apa kau tau siapa? Itu adalah dirimu Ini antara posisiku, posisimu, dan posisinya. Dimana kita pe...