09

3.7K 625 122
                                    

HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN VOTE DAN COMMENT!

Layar interkom menyala. Suara tombol password yang ditekan berulang-ulang membuat wanita yang tertidur di sofa ruang tengah mulai terganggu. Wanita itu menegakkan tubuhnya lalu menghampiri pintu. Membuka dari dalam dan sedikit terkejut melihat tamu yang datang begitu larut. Jika tidak Irene yang mempersilahkan masuk mungkin Taeyong akan tetap berdiri diam diluar.

"Kau sedang berkunjung atau Jaehyun yang membawamu?" Kaki telanjang Irene berjalan menuju bar, dia mengambilkan segelas lemonade untuk Taeyong yang kini terengah-engah.

"Dia yang menyeretku kemari" Irene hanya mengangguk-angguk mengerti.

"Maafkan Jaehyun, dia selalu seperti itu"

Setelah meninggalkan Taeyong didepan pintu, Jaehyun melenggang pergi keatas dengan raut serius tak terbaca. Irene menghela nafas kesekian kali untuk hari ini. Jaehyun menjadi seorang moody yang parah sejak Ford Martin mengalami masalah dengan proyek baru. Itu sudah berlangsung lama dan Jaehyun mendadak depresi berkepanjangan.

"Aku tidak seharusnya mengganggu malam kalian. Jadi aku akan pergi" Irene menahan tangan Taeyong saat dia akan beranjak.

"Apa maksudmu dengan mengganggu malamku dan Jaehyun. Dia membawamu kemari jadi menginaplah"

"Itu akan sangat canggung jika aku menginap disini dengan sepasang suami-istri" Saat mengatakannya kiranya tidak salah menyinggung itu karena yang Taeyong tau Irene dan Jaehyun sudah menikah. Tapi dari raut wajah Irene yang nampak terkejut, mendadak dia jadi ragu.

Suara tawa lembut keluar setelahnya, dari bibir wanita yang selalu Taeyong puji cantik itu "Aku belum menikah Tae, bagaimana bisa aku dan Jaehyun menjadi suami-istri. Pasti Jaehyun membohongimu"

"Aku tinggal bersamanya karena Ayah Jaehyun menyuruhku merawat putranya. Kita memang sepasang kekasih tapi kupikir Jaehyun memiliki orang lain yang disukainya belakangan ini" Taeyong tertegun dengan pernyataan Irene, wanita itu terlalu baik untuk Jaehyun. Taeyong ingin mengatakan yang sebenarnya jika Jaehyun tak sebaik diluarnya. Tidakkah itu terdengar kejam?.

"Dia menakutiku" Taeyong berkata jujur dan Irene membalasnya dengan senyuman kecil. "Jaehyun mengidap depresi, suasana hatinya selalu berubah-ubah dan terkadang saat dimana dia begitu jatuh lalu menangis di kamarnya. Aku ingin kau memahami keadaanya, dia terlalu bekerja keras sejak kecil"

"Tak ada yang menyuruhnya berhenti untuk beristirahat semenjak ibunya meninggal. Dia perfeksionis yang mengerikan" Lanjut Irene.

Tanpa sadar Taeyong menguap hingga Irene terkekeh dibuatnya. Irene menarik Taeyong untuk mengikutinya kelantai atas.

"Kau bisa tidur disini, jika ada sesuatu yang kau inginkan panggil aku. Selamat malam Tae" Tangan kecil milik Irene memutar kenop mempersilahkan Taeyong untuk masuk kedalam kamar disamping kamar Jaehyun.

Jujur saja Taeyong tidak ada niat untuk menginap tapi Irene terlalu baik untuk ditolak. Dia wanita yang berhasil menarik perhatian Taeyong selama di Salvik. Mungkin sampai detik ini ketertarikan itu tetap sama.

°•™•°

Di pagi buta saat udara masih menyentuh minus rendah, Taeyong terbangun untuk mandi. Sejenak terdiam di bawah shower saat tangannya ragu untuk menekan tombol mana yang harus dipilih untuk air hangatnya. Dia berteriak kecil saat shower mengeluarkan air dingin yang sialnya sangat dingin. Alat modern tidak pernah cocok untuknya, sungguh. Taeyong tak tertolong dengan kualitas ketinggalan jaman yang masih melekat padanya.

[ᴇɴᴅ] ꜱᴀʟᴠɪᴋTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang