Bagian II

517 84 2
                                    

"Kau baik-baik saja?"

Ya, tapi tidak dengan jantungku Sasuke!

"Ya, tentu saja." aku mengangguk pelan dan melangkah mundur, berdekatan dengannya memang sangat tidak baik untuk kesehatan jantungku.

Sasuke menghampiri buket bunga yang tergeletak di aspal. Karena terlalu terkejut, aku tanpa sadar meleparkan bunga itu dari tanganku.

"Jalanan disini memang sempit, kamu harus hati-hati dengan motor yang lewat." dia berujar cepat, "Berbahaya, biar saya yang bawa ini ya." pintanya lagi.

"Tidak, tidak apa-apa kok." aku menjawab cepat sambil membantunya mengambil beberapa bunga yang berantakan.

"Baiklah, kalau begitu berbagi saja ya." Sasuke berdiri dan menggenggam satu buket bunga, begitu pula denganku.

Aku dan Sasuke kembali melanjutkan pejalanan kami yang sempat tertunda karena kecerobohanku. Kini Sasuke berjalan di sampingku.

Ah, Ini sangat luar biasa.

Jantungku berdebar sangat kencang.

******

"Aku sudah kembali." Sasuke tersenyum samar, memberitahu Gaara.

"Kau sudah beli bunganya?" Gaara menoleh dan sedikit terkejut ketika melihat kami berdua, "Oh, kenapa kalian datang bersama-sama?"

Ayolah, Gaara jangan berbicara seperti itu. Tidak lihatkah kamu mengacaukan momen ini?

"Kami tidak sengaja bertemu di depan toko." kenapa kau jujur sekali, Sasuke.

Gaara hanya mengangguk dan kembali mengelap jendela.

.
.

3880.

Aku menatap Sasuke yang masih sibuk melayani pelanggan dari pantulan jendela di hadapanku.

"Kelinci ke dua puluh." lagi lagi aku mendesah lelah.

"Gagal lagi menyatakan perasaanku, silahkan saja ejek aku," ucapku pelan menatap tisu kelinci bewarna biru, dan kembali meletakkannya ke meja.

"Sudah mau pulang?" lagi lagi Chef Sasori menghampiriku.

"Ya, terimakasih," jawabku pelan dan berlalu begitu saja.

Mungkin aku gagal menyatakan perasaanku hari ini, tapi...

... Aku tidak akan mencuci tanganku selama seminggu! Yeah!

******

Pagi ini hujan turun deras membasahi kota. Rencana hari ini adalah mengambil buku di rumah teman, udara yang cukup dingin membuatku mengunakan jaket tebal berbulu bewarna soft pink.

Kini aku berada di penyebrangan jalan.
Sebentar lagi lampu itu akan bewarna hijau, aku menoleh ke kiri dan kanan lalu tanpa di duga aku melihatnya. Dia disana, jaraknya hanya terpaut tujuh orang dariku.

Apa aku sedang bermimpi? Setiap hari, menjadi keburuntunganku sekarang!

Tapi, mau kemana dia?

Dia kembali berjalan dan aku memutuskan untuk mengikuti langkahnya dari belakang dengan sembunyi-sembunyi, biarlah hari ini aku menjadi agen detektif seperti drama yang pernah aku tonton di televisi!

COFFEE SHOP[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang