Bagian V

640 91 3
                                    

Bagi Sakura Haruno tersendiri tidak ada hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya selain hari ini. Wajah cantiknya tak berhenti tersenyum memandang pantulan dirinya di cermin.

Bahkan dirinya sendiri terpana.

"Kau cantik, Ra."

Sakura menoleh dan wajahnya berbinar senang, "Kak, Sara?" panggilnya.

"Hei, akhirnya keinginan kamu tercapai, hm?" Sara mendekatkan dirinya dan menepuk pundak Sakura, "Bahagia selalu ya."

Sakura mengangguk pelan, "Makasih Kak."

Sara tersenyum, ia ikut bahagia jika adiknya bahagia.

"Ibu sudah kesini?"

Sakura mengangguk lagi.

"Uuu, jangan nangis dong. Jadi jelek tuh, nanti kalo mempelai pria pingsan gimana?" ledek Sara sambil tertawa kecil.

Sakura merengut dan bersidekap. "Dia gak begitu, Kak!"

"Baiklah-baiklah." Sara mengalah. Tangannya terulur mengambil tiara di atas meja rias dan meletakkannya di atas kepala Sakura. "Nah, sempurna," gumam wanita itu pelan.

"Ayo kita keluar, Ayah sudah menunggu." ajak wanita itu lagi sambil menggandeng tangan Sakura yang berkeringan dingin.

.

Berawal dari sebuah kebetulan dan berakhir menjadi kisah manis tidak terduga.

Siapa sangka jika pujaan hati juga menyimpan perasaan yang sama? Begitulah fikir, Sakura.

.

Suara iringan piano terdengar mengalun merdu, tamu yang di undang sudah memenuhi kursi yang sudah disediakan.

Sasuke melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri ke sebelah kanan pendeta. Senyum penuh pesonanya tidak pernah pudar sejak kedatangannya di tempat ini.

Mereka mengunakan tema Wedding Garden. Para tamu akan di sajikan keindahan luar yang serba hijau.

Cantik sekaligus segar.

Sasuke mengunakan kemeja putih dan setelan jas berwarna abu-abu. Sangat tampan, bagai pangeran dalam negeri dongeng.

Pria itu tertegun hampir kehilangan nafasnya ketika Sakura datang bersama Ayahnya. Namun bukan itu yang membuat Sasuke seperti itu, bukan.

Tetapi karena gadisnya, Sakura terlihat begitu cantik dan manis secara bersamaan dengan gaun yang dipakainya—merah muda. Sasuke ingat, bahwa Sakura mengatakan akan mengunakan gaun pengantin bewarna merah muda di pernikahannya nanti. Sasuke tidak menduga jika gaun tersebut akan begitu sempurna untuk gadisnya.

Buket bunga yang di genggam gadis itu pun sangat cocok dan kontras dengan warna bajunya. Ketika Sakura tersenyum malu karena Sasuke menatapnya tanpa berkedip. Rasanya membahagiakan, dan—

—Lucu sekali.

"Jaga anakku dengan baik." ucapan Ayah Sakura menyadarkan Sasuke. Pria itu bahkan tidak sadar jika Sakura sudah di sampingnya.

"Iya, Ayah." Sasuke menanggapi kemudian.

"Sasuke terlihat tampan ya," bisik Sakura pelan, senyum merekah dibibirnya.

Sasuke mengangguk. Oniks-nya tidak berhenti memandang wajah Sakura.

Sampai akhirnya Sasuke mengabaikan ucapan sang pendeta. Dia menjawab namun tidak fokus.

Jantung mereka berdetak cepat, wajah mereka memerah, ditatap sang pujaan hati memang bisa membuat lupa diri.

"Dan, sekarang kalian resmi menjadi sepasang suami-istri. Silahkan pasangkan cincin di jari mempelai satu sama lain."

Sasuke yang pertama menyisipkan cincin di jari manis Sakura, kemudian Sakura juga menyisipkan cincin di jari manis Sasuke.

"Mempelai pria boleh mencium pengantin wanitanya." Sang pendeta kembali berujar.

Membuat pipi Sakura memerah. Sasuke menyeringai pelan dan mendekatkan tubuhnya. Menghabiskan semua jarak diantara mereka berdua, "Tenanglah." bisiknya pelan.

Sakura berkeringat. Gadis itu belum pernah berciuman sebelumnya!

Sasuke menangkap raut cemas di wajah Sakura, memiringkan sedikit kepalanya dan bibir mereka bertemu. Bukan ciuman panas, hanya sekadar menempel dan sedikit melumat mungkin?

Tidak ada yang tahu.

Para tamu yang melihat itu berseru kencang dan bertepuk tangan. Gaara yang melihatnya tidak bisa menyembunyikan senyum puasnya.

"Akhirnya, dia praktek juga setelah sekian lama teori."

-END-

Note: Terimakasih untuk pembaca yg mengikuti sampai akhir♡

COFFEE SHOP[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang