BAB I: "ATARA"

48 10 8
                                    

Siang itu, disaat kelas XII IPA sibuk mendengarkan penjelasan guru, Tara lebih memilih memejamkan mata dibangku belakang. Kedua telinganya sudah disumbat dengan headset, sehingga ia tidak perlu mendengarkan apa pun yang sedang dijelaskan Bu Septi didepan.

Beginilah Tara ketika jam pelajaran. Ia paling tidak suka mendengarkan penjelasan guru yang menurutnya membosankan itu. Bisa saja, dia mengambil tasnya dan pulang, tapi ada seseorang dirumah yang saat ini tidak ingin ia temui. Jadi dia lebih memilih tidur dikelas bersama lagu dari Banda Neira yang memenuhi pendengarannya.

Untuk sesaat, Tara sudah masuk ke dalam dunianya. Dunia mimpi yang ia ciptakan khusus untuk dirinya saja. Tempat dimana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu memikirkan pendapat orang lain. Tempat dimana ia bisa melepas beban untuk sementara waktu, sebelum akhirnya harus kembali menghadapi kenyataan yang lebih mirip mimpi buruk itu.

Mungkin banyak orang bertanya kenapa ia tidak berhenti sekolah saja? Tapi tidak ada yang mau bertanya hal itu pada seorang Atara Aslan. Karena jawaban Tara hanya ada dua; ia akan langsung memukul orang yang bertanya atau orang itu akan dianggap angin lalu. Tara memang gadis misterius dan kasar. Satu-satunya alasan semua guru mempertahankannya adalah karena nilai ulangannya yang selalu sempurna.

"ATARA!" Tara sontak membuka kedua matanya dan menatap Bu Septi yang sudah berkacak pinggang didepan kelas. "Berani sekali kamu tidur di jam pelajaran saya?!"

Tara tidak menjawab. Dia mulai memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dan melepaskan headset yang menutupi telinganya.

"Atara! Kamu dengar ibu bilang apa?" Bu Septi seperti ingin meledak marah. "Kamu pikir ini sekolah Ayah kamu ha? KELUAR KAMU!!!"

Gerakan Tara seketika berhenti mendengar ucapan Bu Septi. Emosinya mulai tersulut, tapi ia tahan karena mengingat didepannya ini adalah seorang guru. Jika saja orang lain, mungkin Tara akan langsung melayangkan bertubi-tubi pukulan karena sudah berani menyebut seseorang yang paling ia benci dikehidupannya. Dengan cepat, Tara langsung menyambar tasnya dan berjalan ke arah pintu. Namun, saat di ambang pintu, ia berbalik dan menatap tajam Bu Septi.

"Ibu menyebut diri ibu ini guru ya? Cih! Memalukan!" Rasa hormat Tara sudah hilang sepenuhnya pada Bu Septi. Setelah mengatakan itu, ia langsung berbalik pergi, meninggalkan teman-teman dan Bu Septi yang masih terkejut mendengar ucapan Tara yang kurang ajar itu.

***

Setelah mengganti rok sekolahnya dengan jins hitam ketat, Tara langsung berjalan ke parkiran sekolah untuk mengambil motornya. Jika kebanyakan gadis seumurnya menaiki motor matic atau pun mobil mini cooper, maka Tara lebih memilih sebuah motor Kawasaki Ninja 250 hitam yang biasa dipakai oleh para lelaki.

Tara tentu saja punya alasan kenapa memilih motor besar seperti itu. Salah satunya karena ia begitu mencintai kecepatan dan menurutnya motor ini sangat cocok dengannya karena dapat menghasilkan kecepatan diatas 100 km/jam. Ditambah lagi, motor ini memiliki dua mesin sejajar dengan kapasitas 150cc. Tara juga menyukai konsep desain sporty pada motor ini. Dengan banyaknya keunggulan pada motor ini, Tara memutuskan untuk membeli motor tersebut 2 tahun yang lalu.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
STONEWhere stories live. Discover now