Bel tanda pergantian jam berbunyi nyaring. Seluruh siswa kelas XII IPA langsung mengeluarkan jas lab masing-masing, karena sebentar lagi giliran mereka untuk ujian praktikum Biologi di labolatorium sekolah. Disaat beberapa anak sudah berjalan keluar kelas bersama buku dan alat tulis, Firman yang masih didalam kelas, menoleh ke arah teman sebangkunya yang masih tertidur dengan tangan sebagai bantal. Hal itu membuat Firman berdecak kesal.
"Lo lagi tidur apa mati sih? Bangun woy!" Firman menendang keras kursi temannya itu.
"Hm?" sepertinya temannya itu masih belum sadar juga.
"Yaelah.. kalo lo kebanyakan ham-hem gini, nanti Pak Asep keburu nyusulin kita bego!" Firman menggoyang-goyangkan bahu temannya itu.
"Tama! Kalo Dedek Tama gak mau bangun, Abang Firman kasih ciuman maut nih!" mendengar ucapan geli yang keluar dari mulut Firman, Tama langsung membuka mata dan memberi tatapan sinis pada Firman.
"HOMO LO!" maki Tama, sedangkan Firman sudah tergelak.
Tama yang masih marah karena tidurnya diganggu, langsung mengeluarkan jas lab beserta buku dan alat tulis, kemudian melangkah lebih dulu keluar kelas, meninggalkan Firman yang meneriakkan namanya sambil masih tetap tertawa.
***
BUGH!
Tara tidak peduli jika ia bisa saja menghancurkan kepala gadis berkacamata didepannya ini. Gadis kutu buku yang bernama Risa ini, sudah berani menumpahkan jus mangga pada seragamnya dan Tara tidak akan mengampuni tindakan itu. Masa skors-nya sudah habis, tapi ia malah disambut dengan nasib sial seperti ini. Tanpa kenal ampun, Tara semakin mengeratkan cengkramannya pada leher Risa, sehingga wajah gadis itu memerah karena mulai kesulitan bernafas.
"To—tolong, sa—ya" Risa merasa lehernya sesak. Kedua tangannya yang dingin berusaha melepaskan tangan Tara dari lehernya. Tapi semua itu sia-sia, karena kekuatannya tidak sebanding dengan Tara.
Begitu Risa merasa ia akan pingsan, tiba-tiba dua orang pemuda langsung mendobrak pintu WC dan salah satu diantara mereka menarik tubuh Tara ke belakang, sehingga cengkraman gadis itu terlepas dari leher Risa. Ketika Risa merasa ia akan menghantam lantai, dua buah tangan langsung menangkap tubuhnya. Dalam keadaan lemah, Risa berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk menghilangkan rasa sesak akibat tercekik tadi.
"Lo gila ya?!" seru pemuda yang menarik baju Tara tadi. Ia menatap Tara dengan sangat tajam.
Tara benar-benar muak dengan dua orang asing yang berani mencampuri urusannya ini. Dengan amarah yang sudah diujung rambut, Tara langsung bangkit berdiri dan melayangkan satu pukulan yang menghantam wajah pemuda yang menyebutnya 'gila' itu. Akibatnya pemuda itu terhuyung dan jatuh tersungkur dilantai. Tara dengan cepat menyambar tasnya dan berjalan keluar tanpa berniat bicara satu kata pun.
"Tama! Lo gak pa-pa?" Tanya Firman. Disaat yang bersamaan dia berusaha menenangkan Risa yang terlihat gemetaran didekapannya.
Tapi Tama tidak menjawab dan lebih memilih mengusap darah pada sudut bibirnya. Ia masih tidak menyangka, bahwa ia telah dipukul oleh seorang perempuan sampai ambruk dilantai seperti ini. Bagaimana cara ia menatap marah pada Tama dan melayangkan sebuah pukulan, membuat pemuda itu diserang banyak pertanyaan.
"Tama!" seruan dari Firman membuat Tama tersadar. Pemuda itu langsung bangkit berdiri dan menghampiri temannya.
"Kita harus ke UKS!" Tama hanya mengangguk dan membantu Firman mengangkat tubuh Risa yang sudah tak sadarkan diri.
YOU ARE READING
STONE
RomancePerasaan yang lo sebut itu hanya untuk orang-orang idiot! Dan gue masih cukup waras untuk memilih tidak merasakan apa yang lo rasain sekarang. - (Atara Aslan) Saya gak peduli apa kata orang tentang kamu. mereka bisa bilang kalau kamu itu sombon...