1. Sudah biasa aku bangun di siang hari. Keluargaku sudah sibuk mulai dari pagi hari. Ayah dan ibuku bekerja. Sedangkan adikku berangkat ke Sekolah Menengah Akhir diantar oleh ayahku.
2. Perutku keroncongan, tanpa komando aku beranjak ke dapur untuk mengambil makanan yang sudah disiapkan ibuku pagi buta tadi
3. Setengah sadar, aku menginjak sebuah surat yang terselip di bawah pintu utama.
4. sudah tak asing lagi aku mendapatkan surat itu. Surat ini sudah yang ketiga kalinya dalam sebulan.
5. Di surat itu tertulis nama tetanggaku yang tinggal 3 petak dari rumahku. Seorang yang dulu sering akrab bermain walau usia kita terbentang jauh, sekitar 15 tahunan.
6. Aku ingin sekali mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya. Tapi sayang, aku terjerat rutinitas yang tak bisa kuelakkan.
7. Rutinitasku membuat lupa akan banyak hal. Tapi aku hanya bisa berpikir positif kalau rutinitasku ini dapat membahagiakan keluargaku.
8. Selang sepekan, kebetulan aku bangun pagi. Salah satu keluargaku tak bernafas. Semuanya terdiam
9. Sempat berpikir bahwa tuhan pasti sedang bercanda hari ini. Rutinitas dengan tujuan membahagiakan dia sia sia sudah.
10. Hatiku layu saat ini. Tapi, yang terjadi biarlah terjadi. Tugasku hari ini menyebarkan surat lelayu yang keempat di bulan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Budi Mengerti
Short StoryIni Budi. Nama panjang Budi adalah Budi mengerti. Budi mengerti karena belajar. Belajar dari pengalaman. Tapi sayang, Budi tak pernah Belajar (Cerita ini adalah CERITA FIKSI. Seluruh kesamaan Nama, Tempat, dan Peristiwa adalah bukan disengaja!)