Bel pulang berbunyi berbarengan dengan titik-titik air yang mulai berjatuhan ke bumi.

Gadis berambut panjang itu, menatap kaca kelasnya dengan melamun.

Mau sampai kapan gue kaya gini? Nahan semuanya. Gue udah capek, capek nahan kaya gini batinnya sambil terus menatap embun yang berada di kaca itu.

"Nat"

Gadis itu menengok dan menatap pria yang memanggil namanya.

Dia hanya menaikkan satu alisnya.

"Besok kan hari minggu. Kita jalan-jalan yuk. Sama Adit. Lo ada waktu?"

Nata hanya menjawab dengan deheman sebagai jawaban.

"Oke, besok gue jemput ya sama Adit. Rumah lo dimana?"

"Jalan Anggrek. No. 23" jawabnya singkat.

Stefan mengangguk dan kembali merapikan bukunya untuk bersiap pulang.

"Gak pulang?" tanya Stefan lagi

"Pulang"

Nata langsung bangkit dan melegang pergi meninggalkan Stefan

Stefan hanya memandang Nata dalam diam.

Kenapa gue ngerasain sakit setiap ngeliat mata sayu lo Nat batinnya dan langsung pergi menyusul Nata.

***********

Hari Minggu

Anattha'POV

Hari minggu adalah dimana hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang. Tapi bagiku tidak, kenapa? Karna bagiku hari minggu adalah hari yang paling menyakitkan, dimana aku tidak bisa meluapkan semua kepedihanku.

Dimana aku hanya bisa menahannya.

Ting tong ting tong ting tong

Ayolah kenapa setiap manusia tidak memiliki rasa sabar? Seharusnya berasabarnya sedikit.

Arrghh...

Aku berjalan ke arah pintu membukanya dan......

"Hai.... Putri essss.....!!!!!"

Oh... Ayolah... Dimana-mana kenapa harus ada dua iblis ini.

"Belum mandi ya lo?"

'Belom' itulah jawaban milikku.

"Mandi sonoh! Gue tau lo belum mandi" ucap Adit lalu mendorongku

Yang benar saja.

"Mandi sana!" ucap keduanya dan langsung masuk seenak jidatnya.

Dengan rasa kesal aku menaiki lantai dua dan mandi.

***********

Author'POV

Nata turun dengan menggunakan sweter putih, celana jeans yang diikat dengan jaket, dan sepatu snikersnya.

Adit dan Stefan yang sedang rebutan remot tv pun langsung menoleh kearah Nata.

Nata hanya menatap keduanya datar.

Dan tak lama setelah itu, pintu rumah Nata terbuka menampakkan sosok wanita paruh baya dengan anak remaja yang tak jauh cantiknya dengan Nata. Dan Nata hanya menatap keduanya dengan tatapan sama seperti biasa.

Adit dan Stefan langsung bangkit dan sopan menatap keduanya.

Ibu Nata hanya melewati Nata tanpa menatap ataupun meliriknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Satu Bulan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang