5. cakwe lagi jangan?

287 53 3
                                    

fotbar nder

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

fotbar nder. 👍🏻
ANYWAYS UDH LAMA BANGET GA UPDATEEEEEE HEHEHEH🤘🏻

-

apakah Nadin nangis beneran setelah jalan bareng sama Gilang?

tentu saja.

dijalan pulang, Gilang sesekali ngeledekin Nadin dengan megang tangan nya. atau mainin jarinya. GIMANA GAK TAMBAH NANGIS NADIN NYA.

pusing banget, Nadin capek. setelah sampai kawasan apartemen, Nadin langsung turun tanpa bilang banyak omong.

"pusing banget gua, Nadin pulang." ujarnya sambil membuka pintu apartemen. "oh hai Adwan. baru selesai kelas?" ucapnya kembali setelah melihat Felix, sedang tiduran di sofa.

"dosen nya gimana?" tanya Nadin kembali sambil mengambil air es di kulkas. dia menghampiri Felix lalu menyuruh laki-laki itu untuk duduk. agar Nadin bisa duduk disebelahnya.

"kelas apaan?" sahut Felix kembali. tangannya menyaut botol air es yang berada ditangan Nadin. meminumnya cepat, lalu lanjut menidurkan diri diatas paha Nadin.

"lah tadi kata Gilang, Adwan ada kelas pagi,"

"ah halu banget Gilang mah. dia tadi nawarin jemput aja, kan kelar shift pagi di café yang biasa Nadin tongkrongin itu dia."

bolehkah Nadin geer?

TENTU SAJA BOLEH, KARENA SEHABIS ITU GILANG SELALU JEMPUT NADIN.

Nadin lagi di café depan fakultas seperti biasa, tangan nya sudah bercipratan banyak cat air. tiba-tiba Gilang datang membawa gelas berisi es kopi miliknya.

"hai Nadin," sahutnya tiba-tiba sambil menarik kursi dihadapan nya.

tidak kunjung mendapat jawaban, Gilang melanjutkan ucapan nya. "tumben sendirian,"

Nadin hanya meliriknya ganas, orang ini kenapa selalu dihadapan nya sih. padahal mereka kan akan pulang bareng beberapa jam lagi.

iya, sehabis kejadian itu. Gilang selalu menjemputnya. tanpa ucapan. lebih kearah tiba-tiba datang. ah orang ini tidak pernah jelas ya.

"Nadin, kemarin saya ketemu tukang cakwe enak." ucap Gilang random tiba-tiba.

mendengar kata cakwe, Nadin menolehkan pandangan nya cepat. ia mengerutkan keningnya, Nadin menjawab. "dimana?" nadanya tertarik.

"jauh sih. tapi kamu mau kesana?"

"jauh kayak gimana,"

"jauh sekali,"

"ah, saya mau. tapi ijin Adwan dulu deh ya?" Nadin meraih ponsel dihadapan nya. izin dari Felix itu penting. walaupun dia jarang pulang kerumah, ya yang penting kan mengabari?

mengetik cepat, berharap Felix menjawab pesan nya cepat. mungkin anak ini sedang mendapat kelas. ah tapi tadi Felix menaruh sticky note di kulkasnya, katanya dia pergi main hari ini.

"kata Adwan boleh." putusnya. kalau menunggu jawaban dari Felix pasti akan sangat lama. lagipula jika bersama Gilang pasti akan dibolehkan, betul?

Gilang tersenyum. ia mengambil kopinya, lalu meminumnya. "yaudah, nanti saya tunggu di mobil ya?"

tidak ada jawaban lagi. Gilang sudah terlalu sering didiamkan kok oleh Nadin. dia bahkan sering menitip salam kepada teman-temannya Nadin, tapi tidak pernah mendapat salaman balik dari Nadin nya sendiri.

sedih? memang. lagipula Gilang suka perasaan ini kok.

"kamu mau dibantuin?"

"tidak usah,"

"oh oke, saya beres beres kafe dulu ya," Gilang beranjak dari kursi tersebut. "nanti sehabis ini saya tunggu di mobil ya, Nadin."

Nadin melirik kursi tersebut. ah hatinya tidak aman sekali jika selalu seperti ini.

selepas Gilang pergi, ia membanting kuasnya. melepaskan segala kepenatan nya selama berhadapan dengan Gilang tadi.

wah memang benar-benar ya, berpura-pura tidak perduli sesulit itu.

Gilang menoleh, "udah selesai?" dia sedang bermain game di ponselnya, tiba-tiba Nadin datang. mengejutkan.

mengangguk tanpa menjawab, Nadin segera memakai safety beltnya. Gilang juga tanpa berbicara langsung menjalankan mobilnya.

tangan nya menggapai kabel aux di mobil Gilang, memasukan nya kedalam lubang ponsel miliknya. Nadin memilih lagu. mengusir semua keheningan.

"tadi gimana?" memutuskan untuk berbicara terlebih dahulu, Nadin bertanya.

"gimana apanya?"

"café nya. lancar?"

"lancar sih. apalagi ada kamu,"

wah ini sih sudah dilewat batas.

Nadin sudah terlalu sering malu oleh sikap Gilang yang selalu menggombal. dia sudah hampir muak sekarang. oleh karena itu dia hanya diam tanpa menjawab perkataan Gilang.

suara Oliver Riot mengalun lembut dimobil itu. mengiringi jalanan Jakarta yang hari ini terlihat lenggang karena sudah hampir malam, motor motor sudah mulai menepi. hari ini rasanya lenggang sekali.

"hm, itu." Nadin berucap, jemarinya memainkan alas dashbord dihadapan nya.

"kenapa Din?"

"saya lapar," Gilang tertawa. Nadin memang selucu itu ya, dia bisa berubah-rubah sesuai kemauan nya. lucunya tidak dibuat buat. "iya nanti kita makan ya, sehabis beli cakwe. oke?"

bergantian penyanyi, Kunto Aji juga turut meramaikan mobil itu dengan suara indahnya. "iya, kalau bisa pecel ayam aja ya Gilang. disamping rumah ku saja."

sederhana sekali ya. lucunya.

YOOOOOO✊🏻

jangan lupa bahagia ya. hari ini aku lanjutin aja semuanya ok!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

journal • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang