Naruto melirik kesana-kemari, tak ada siapapun?
'Teme kau dimana?'
Dia mengirim pesan pada sahabatnya,
'Dimana? tentu saja aku sedang dilokasi syuting. memang kenapa?'
Tunggu. lalu siapa yang mengirm dia pesan atas nama Sasuke yang meminta bertemu di kuil ini?
Dia terlalu ceroboh,
Dia harus segera pulang,
Firasatnya mengatakan jika ini tak akan baik.
.
Baru saja satu langkah dia menuruni tangga terasa sebuah tangan mendorongnya hingga kehilangan keseimbangan.
Ahh... tidak.
Jangan jatuh. Dia bisa bayangkan jika jatuh dari tangga tinggi ini.
.
Tak pernah ada dalam benaknya jika hari dimana dia pergi ke kuil untuk bertemu sahabatnya malah berakhir dengan begitu menyedihkan.
Didorong dari tangga hingga berguling,
Dapat dirasakan darah yang mengalir dari kepalanya, tapi rasa sakit belum juga terasa. adrenaline kah? Benar. dia masih dalam kondisi belum merasakan rasa sakit.
Dia menatap arah tangga paling atas, meski matanya tak fokus tapi dia dapat mengenali orang itu.
Ahh... jadi orang itu yang mendorongnya, tapi kenapa? Apa dia berbuat salah pada orang itu?
'Aku akan mati dengan menyedihkan tanpa bisa mengatakan jika aku mencintaimu teme?' batinya miris.
Rasanya begitu menyedihkan.
Mati tanpa ada orang yang menyayanginya ada disampingnya.
.
Sasuke menatap pesan teks itu khawatir, firasatnya mengatakan jika ada hal buruk terjadi.
"Iruka apa Naru bersamamu?" tanya Sasuke dari seberang telepon,
'Bukankah kalian janjian bertemu?'
"Apa kau tahu dimana kami harus bertemu?"
'Ehh... Memang kenapa?' suara Iruka balik bertanya dari seberang telepon,
"Sudah beritahu saja!!" teriak Sasuke hilang kesabaran.
Beberapa pasang mata menatap Sasuke terkejut, mereka baru kali ini melihat aktor itu berteriak seperti itu, keculai saat sedang syuting tentunya.
Yang orang tahu Sasuke memiliki sifat yang begitu tenang dan tak banyak ekspresi atau berbicara, dia hanya berbicara saat diperlukan.
'Kuil, tepatnya kuil mana aku tak tahu.'
Dan Sasuke menutup panggilannya, bergegas pergi dari lokasi syuting tanpa peduli kelanjutan pekerjaannya. Hilang satu, dua pekerjaan tak akan membuatnya jatuh.
.
Dan hanya satu kuil yang curigai,
'Apa ini hari dimana mereka bertukar tempat? Apa aku terlalu ceroboh hingga melupakan fakta jika mereka bertukar tempat? Bagaimana bisa aku melupakan hal penting seperti ini?' batin Sasuke khawatir.
.
Dan benar saja, Sasuke dapat melihat orang-orang berkumpul disana, ambulans bahkan wartawan.
Dia langsung turun dari mobil dan berlari menghampiri blankar yang membawa Naruto.
"Naru!!" seru Sasuke penuh kekhawatiran,
Kesadaran sahabatnya sudah hilang. Mungkinkah sudah bertukar tempat?
"Tidak kumohon jangan, jangan bertukar, jangan pergi kesana." bisik Sasuke khawatir menggengam jemari Naruto, mengikuti blankar itu ampai memasuki ambulans.
Dia tak peduli kamera yang terus mengambil gambarnya, dia harus ikut ke rumah sakit.
Narutonya... Orang yang dia cintai tengah diambang kematian.
.
.
.
Menjadi putri raja mungkin adalah impian banyak anak-anak kerajaan Api, tapi tidak untuknya,
Tujuh belas tahun dia hidup diluar istana dan smtiga tahun lalu kembali ke istana membuatnya harus banyak beradaptasi.
Dan tiga tahun terakhir ini dia sudah terlalu lelah dengan banyak hal yang ada di istana,
Para saudaranya yang sangat tak menghormatinya hingga ayahnya yang tak peduli padanya,
Untuk apa dia dipanggil ke istana jika kehidupan luar istana begitu indah?
Dengan tekad kuat, malam ini dia akan pergi keluar istana, dia lebih memilih melarikan diri, dia akan pergi menemui ibunya yang ada di kuil mengasingkan diri.
Tak akan ada yang dirugikan disini, dia lebih baik melepas gelarnya sebagai putri raja jika terus terikat seperti ini.
.
Dengan langkah hati-hati dia menaiki dinding istana,
Tinggi memang tapi dari jauh-jauh hari dia sudah menyiapkan tangga.
Dia memang putri raja yang diwajibkan bersikap anggun, tapi tujuh belas tahun diluar istana dia sudah terbiasa dengan sikap sedikit barbar miliknya.
"Terimakasih atas tiga tahun yang Ayahanda berikan padaku. Mulai sekarang aku akan bersama Ibunda, aku lelah... Maaf berbuat seperti ini." gumam Naruto membungkuk hormat pada istana setelah sampai di dinding luar istana dengan selamat.
.
Tapi Naruto yang inipun sama cerobohnya, tak tahu jika bahaya tengah mengintai,
Malam hari seorang gadis seorang diri menuju kuil yang ada di gunung, terlebih dia seorang putri raja, sudah pasti menjadi sasaran empuk bagi orang-orang yang membenci anggota keluarga kerajaan.
Dan benar saja, saat dia memasuki daerah pemukiman kumuh siluet seseorang menghampirinya dan langsung menusuk dadanya dengan cepat,
Tubuhnya langsung ambruk,
Tak apa, dengan dirinya mati dia sudah tak memiliki beban lagi bukan?
Dengan dia terbunuh mulai sekarang tak akan ada orang yang menuntutnya sempurna lagi bukan?
Tak apa bukan dia mati terlebih dahulu? ayahnya tak akan sedih, saudaranya juga begitu, mungkin yang dia sesali adalah dia belum bertemu ibunya.
Tak apa dia mati, toh orang yang ditunggunya tak kunjung datang, orang yang memiliki janji dengannya sudah melupakannya.
Dia akan mati dalam kesepian ini seorang diri.
'Maafkan aku Ibunda.'
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Slip (SasuFemNaru)
FanfictionJiwa keduanya ditukar karena kondisi yang tak memungkinkan, Naruto yang seorang aktris kini berperan sebagai Putri Naruto. Agar bisa kembali ke masanya dia harus membuat Putri Naruto yang tak menginginkan kehidupan kembali untuk hidup, Tapi dimasa i...