Bab 2 : Nasib (2)

1.9K 254 16
                                    

Sudah satu minggu ini Naruto tak keluar kamarnya, dia hanya makan saat benar-benar dirasa lapar itupun hanya sedikit, berbicara seperlunya saat memang diperlukan.

Dia tak mempercayai siapapun. Orang yang mengaku ayahnya bahkan menatapnya dingin, ibunya yang saat itu menemaninya sudah pergi, kembali ke kuil yang ada di bukit pegunungan, permaisuri yang juga datang melihat keadaannya hanya menatapnya dengan pandangan benci, adapun saudara-saudaranya hanya melihat dia sekilas tak peduli, hanya formalitas agar terlihat peduli satu sama lain, tapi sebenarnya tidak.

Mungkin hanya Ayame yang terlihat normal dibanding orang lain, setidaknya dayang pribadinya ini cukup enak untuk dijadikan teman berbincang.

"Yang Mulia, ini ramuan Anda." dengan hati-hati Ayame menyodorkan cawan berisi ramuan yang sudah seminggu ini rutin diminum Naruto,

Bisa dibilang ramuan ini ajaib, luka menganga didadanya tertutup dan mengering cepat, dia baru tahu ada pengobatan seperti ini dijaman kerajaan.

"Ayame, kau belum bercerita padaku soal kenapa aku bisa terluka dibagian dadaku, aku ini putri seorang raja bukan? aku tentu memiliki penjaga bukan? kenapa aku bisa begitu terluka parah?" tanya Naruto yang memang selama seminggu ini terus berpikir darimana luka tusukan yang ada didada Putri Naruto.

"Ka-kalau itu..."

"Ayame, aku memerintahkanmu berbicara yang jujur."

"Malam saat kejadian, Anda kabur dari istana, kami semua panik saat tahu jika Anda tak berada di kamar. Lalu diperintahkanlah prajurit untuk mencari Anda dan akhirnya Anda ditemukan didaerah pemukiman kumuh dengan luka serius di bagian dada. Anda benar-benar tak mengingat hal itu?"

"Untuk apa aku kabur dari istana? bahkan ada di pemukiman kumuh?"

"Banyak dari kami berpendapat jika Anda kabur untuk menemui Yang Mulia Selir Agung di kuil kaki gunung, karena jalur yang Anda ambil menuju tempat itu."

"Lalu apa kalian menduga alasan aku kabur?"

Ayame langsung diam seribu bahasa. Dia tak mungkin membahas hal ini dengan kondisi Naruto yang kehilangan ingatan bukan? Bagaimana jika nanti ada kesalahpahaman?

"Ayame aku menunggu jawabanmu. Kau tak boleh bohong padaku atau aku akan menghukummu."

Ayame terdiam, tak tahu harus menjawab apa, salah-salah ucapkan selamat tinggal pada kepalanya.

"A-anda... Anda membenci keluarga kerajaan." bisik Ayame hati-hati,

"Lalu?"

Ayame bingung. reaksi macam apa itu?! Kenapa terkesan biasa?

"Da-dan Anda ingin pergi dari istana karena hal itu."

"Tentu saja, jika aku membenci keluarga kerajaan tentu aku akan kabur dari istana. Kau yakin hanya karena itu?"

"Anda hidup diluar istana selama 17 tahun ini dan tiga tahun lalu baru tinggal di istana."

"Jelaskan lebih rinci dan jangan banyak dijeda atau aku benar-benar akan menghukummu."

"Anda dilahirkan di kuil kaki gunung dan selama itu Anda tinggal di perbatasan kerajaan Angin dan kerajaan Api dengan keluarga Selir Agung, tapi tiga tahun lalu terjadi pemberontakan dan membuat keluarga Selir Agung menjadi korban, beruntung Anda dapat di evakuasi dengan cepat dan setelah itu karena alasan keselamatan Anda dipanggil kembali ke istana untuk menerima perlindungan dari Yang Mulia Raja Minato."

"Tentu saja aku harus dilindungi, aku seorang putri Raja." dengus Naruto,

"Lalu kenapa ibuku diluar istana dan memilih menjadi seorang penjaga kuil? apa yang sebenarnya terjadi?"

Time Slip (SasuFemNaru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang