Dua

2 1 2
                                    

Berdiam diri di kamar adalah hal yang paling menyenangkan menurut Kinta. Namun saat ini ia mulai merasa bosan dengan kamar yang bernuansa pink putih itu. Hari masih sangat pagi, ini hari minggu.

"Arghh bosaaan," keluh Kinta sambil menggeliat di kasur empuknya. Satu ide terlintas di otak gadis manis berkulit putih itu. Dia segera bersiap mengganti baju nya dan pergi entah kemana. Dia memutuskan untuk pergi sendiri tanpa ditemani Kiara seperti biasa.

Kinta turun dari motor besarnya dan membawa satu bucket bunga ditangannya. Tujuannya saat ini adalah makam Bima.
Kinta telah sampai didepan makam Bima, dia meneteskan air mata tanpa sebab.

"Bim, apa kabar? Gue kangen," gumam Kinta masih dengan air mata yang menetes membasahi pipi gembulnya. "Bim, tunggu gue ya disana. Lu jangan selingkuh sama bidadari yang pasti lebih cantik dari gue," ucap Kinta diselingi kekehan dari bibir manisnya.

Dari jauh ada seseorang yang memperhatikan gerak-gerik gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ternyata dia," gumam orang yang dari tadi mengamati gerak-gerik Kinta.

Kinta melihat jam tangan yang melingkar dipergelangannya, 08.31 yang artinya sudah dua jam Kinta berada ditempat sepi yang ditinggali oleh manusia tak bernyawa yang disebut kuburan ini. Memutuskan untuk pulang karena ia harus mengerjakan PR yang menumpuk.

"Bim gue pulang ya, jaga diri lo baik-baik. Lo tetep ada dihati gue," pamit Kinta lalu mencium nisan yang bertuliskan nama Bima Mahendra.

Laki-laki yang sedari tadi menguntit itupun berlari duluan untuk sembunyi agar tidak ketahuan oleh Kinta. Setelah dirasa Kinta sudah keluar dari tempat itu, cowok itupun menghampiri makam Bima.

"Dia cantik bro, gue bakal jaga dia untuk lo sesuai permintaan lo," ucap cowok itu mantap.

...

"Kin, PR kimia dong," pinta Kiara sambil menunjukkan puppy eyes nya yang bukannya terlihat imut tapi lebih terlihat menjijikkan dimata Kinta. Gadis itu menyodorkan buku tulis kimia yang isinya hasil kerja keras yang ia kerjakan hingga larut malam.

"Nyontek aja tau lo!" Ejek Kinta.

"Bukannya gitu Kin, lo kan tau gue ini sibuk," bela Kiara. Kinta hanya memutar bola matanya malas. Ia melirik jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangannya kontras dengan warna kulit yang ia miliki, sebentar lagi bel masuk berbunyi.

"Huh dah selesai nih, makasih Kintakun, eh kok kaya merk sprei ya?" Pikir Kiara.

"Udah diem, tuh pak gemblong dateng," ucap Kinta. Kelas kimia pun dimulai. Pelajaran yang paling membosankan menurut Kinta dan Kiara.

...

The Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang