Chapternya lumayan panjang.
So happy reading💕Sore ini Kinta berjalan sendiri sambil menunduk lemas. Bagaimana tidak? Hari sudah semakin malam tapi tidak ada satupun kendaraan umum yang lewat untuk dia tumpangi. Kinta merasa menyesal karena tidak membawa kendaraan pribadi saat pergi ke makam Bima. Dari kejauhan Kinta melihat ada keramaian yang berhasil membuatnya penasaran, dia berjalan lebih cepat untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata ada balapan liar.
Kinta melihat balapan tersebut hingga malam, balapan telah selesai dan dia kembali bingung bagaimana cara untuk pulang? Sedangkan ini sudah jam sembilan malam. Kinta memilih berjalan hingga kejalanan raya yang lebih ramai. Dia berjalan sambil menatap kosong kearah depan hingga tidak sadar ada batu yang membuatnya terjatuh. Ternyata dia masih saja ceroboh.
"Duh kaki gue," keluh Kinta. Kinta terkaget karena tiba-tiba ada yang mengulurkan tangan kearahnya. Kinta mendongak dan melihat pemilik tangan tersebut, ternyata tangan itu milik seorang laki-laki yang memakai helm full face sehingga yang terlihat hanya mata hijaunya. Kinta semakin kaget dan kemudian tertawa. Laki-laki itu mengerutkan keningnya meskipun tak terlihat oleh Kinta.
"Lo laki atau bukan sih? Laki kok pake soplen," sindir Kinta masih dengan tawa yang tak bisa berhenti.
Laki-laki itu menarik tangan Kinta lalu dengan isyarat tangan, dia nenyuruh Kinta untuk menaiki motornya. Kinta naik tanpa rasa curiga toh kalo diculik dia juga pasrah. Dasar Kinta.
"Rumah lo dimana?" tanya laki-laki itu. Kinta mengatakan alamat rumahnya lalu cowok itu mengangguk, sepersekian detik kemudian motor itu melaju, sangat laju hingga refleks tangan Kinta memeluk tubuh cowok bermata hijau tersebut.
Kinta turun dari motor hitam tersebut. Belum sempat mengucapkan terima kasih motor itu telah melaju.
"Aelah tuh cowok, belum juga gue ngucap makasih ke dia udah main kabur aja," gumam Kinta.
...
Pagi ini Kinta berangkat kesekolah dengan menggunakan motor besar miliknya. Entah sejak kapan dia bisa mengendarai motor besar, padahal naik sepedapun dia tidak bisa.
SMA MELATI adalah sekolah impian Bima dan Kinta, sayang nya hanya Kinta yang bisa bersekolah disini.
Kinta menuruni motor besarnya lalu bergegas untuk masuk ke kelasnya yang terletak di lantai dua. Sesampainya dikelas, Kinta langsung duduk dikursi paling belakang. Disana sudah ada Onet sahabat Kinta dari SMP. Sebenarnya nama gadis itu adalah Kiara tapi Kinta lebih suka memanggilnya dengan sebutan Onet entah nyambung dari mana.
"Kin lo tau ga?" tanya Kiara asal.
"Enggak," jawab Kinta.
Mereka berdua tiba-tiba tertawa tanpa sebab. Kiara dan Kinta memang sangat dekat, Kiara mengerti semua permasalahan hidup Kinta. Kiara memang sahabat yang terbaik.
"Kin, gue kangen deh sama bang Soni," curhat Kiara. Soni adalah abangnya Kiara yang sedang bertugas diluar kota.
"Net, gue kangen deh sama Bima," balas Kinta sambil menatap kearah luar jendela. Kiara menoleh pada Kinta lalu mengusap punggung sahabatnya tersebut.
"Sabar Kin, pasti Bima udah tenang disana," jawab Kiara menenangkan. Kinta hanya mengangguk sebagai jawaban.
Istirahat adalah momen yang ditunggu-tunggu bagi semua siswa dan siswi tak terkecuali Kinta dan Kiara yang sudah menahan lapar dari tadi. Mereka langsung bergegas kekantin dan memesan makanan.
Wajah Kinta mulai lesu karena tadi harus dihadapkan oleh matematika yang membuatnya harus berfikir keras. Tak jauh berbeda, Kiara juga menunjukkan ekspresi yang sama tapi ini bukan karena matematika tapi karena kakak kelas yang ia gebet akhir-akhir ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Boyfriend
Teen FictionBenar kata orang, first love memang sangat sulit untuk dilupakan. Kinta adalah bukti nyata dari pernyataan tersebut. Usaha seorang gadis yang terjebak masa lalu dengan seseorang yang telah pergi untuk selamanya. Tidak mudah untuk melupakannya begitu...