"Hey!" Panggil cowok yang sedari tadi mengikuti Kinta dari belakang. Untungnya Kinta tidak menyadari hal itu. Saat ini Kinta ingin pergi ke minimarket yang berada agak jauh dari rumahnya. Kinta menoleh ke sumber suara dan mendapati cowok yang sedang berlari menujunya.
"Lo Kinta kan?" Tanya cowok itu memastikan. Kinta hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Gue Rey," kata cowok bernama Rey itu sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
Tak ada respon dari Kinta, ia hanya menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Rey aneh.
"Mata asli?" Tanya spontan dari bibir gadis manis itu. Rey langsung ternganga mendengar pertanyaan dari gadis lugu yang dari tadi ia ikuti. Bagaimana bisa saat Rey memberanikan diri untuk berkenalan, Kinta malah menanyakan soal matanya yang berwarna hijau itu.
"Menurut lo?" Tanya Rey balik.
"Soflens?"
"Nope!"
"Asli?" Tanya Kinta sambil terkaget-kaget.
"Gue disini ngajak kenalan bukan mau bahas soal bola mata gue!" Cercah Rey.
"Dih maksa!" Setelahnya Kinta langsung pergi dari halaman minimarket. Sudah tidak ada mood untuk membeli es krim kesukaannya karena laki-laki menyebalkan yang baru saja ia temui tadi.
"Ish siapa sih tuh cowok?" Tanya Kinta saat sudah sampai di kamarnya. "Dia pasti bukan orang asli indonesia, liat aja bola matanya yang ijo sama warna kulitnya yang putih pucat," gumam Kinta yang masih membahas tentang bola mata cowok tadi.
...
"Neet!" Panggil Kinta saat bertemu dengan Kiara didepan pagar sekolah.
"Hoi,"
"Ke kelas bareng kuy, gue mau cerita sama lo," ajak Kinta.
Saat sampai dikelas, Kinta pun menceritakan tentang Rey. Cowok dengan mata hijau yang dari semalam membuat Kinta jengkel bukan main.
"Jangan-jangan dia yang ada dibengkel waktu itu Kin?" Tanya Kiara.
"Tau ah, pokoknya gue benci sama dia. Dia ngancurin mood gue makan es krim Neeet," keluh Kinta sambil mencubit pipi Kiara yang lumayan gembul.
Tak lama setelah itu pelajaran dimulai, pelajaran yang sangat Kinta senangi. Bahasa Indonesia.
Kelas Bahasa Indonesia telah berlalu, tak terasa murid kelas XI IPS 2 juga telah melewati pelajaran biologi. Itu tandanya tinggal satu pelajaran lagi setelahnya kelas akan selesai, itu adalah pelajaran matematika. Astaga, kenapa matematika harus tercipta? Membuat kepala Kinta pusing saja.
"Onet sayaang," panggil Kinta dengan muka yang di buat imut. Pertanda ingin meminta sesuatu.
"Mau apa?" Tanya Kiara sambil memutar bola matanya malas.
Kinta membalasnya dengan cengiran lalu berkata, "bolos."
"Ah skuy lah, males juga gue sama MTK."
"Lewat tembok belakang oke?" Pinta Kinta sambil mengedipkan matanya yang dibalas dengan anggukan oleh Kiara.
...
Dua gadis yang memutuskan untuk bolos itu kini sedang berada di cafe langganan mereka. Saat sedang asik minum cappucino kesukaan Kinta dan Kiara, ada cowok yang tiba-tiba datang membawa satu kursi dari meja sebelah dan duduk disamping Kinta.
"Hei ketemu lagi!" Sapa cowok itu pada Kinta.
"4L!" Kata Kinta jengah.
"Apa?" Tanya cowok itu bingung.
"Lo lagi-lo lagi!" Jawab Kinta dengan nada tinggi. Cowok itu adalah Rey, orang yang ditemui di halaman supermarket kemaren.
"Gue belum tau nama lo soalnya," balas Rey santai sambil bermain ponsel.
"Kemaren lo udah sebut nama gue," jawab gadis yang mood nya tiba-tiba berubah jadi mendung karena laki-laki yang baru datang tersebut.
Rey hanya membulatkan mulutnya, memasukkan HPnya pada saku celana lalu beranjak pergi begitu saja. Sebelumnya dia mengatakan. "Adek kelas jangan keseringan bolos."
Kinta dan Kiara yang melihat itupun terpatung dengan perilaku cowok yang bahunya telah menghilang dibalik pintu cafe.
"Cowok itu Kin?" Tanya Kiara memastikan. Kinta hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Cool ya Kin, matanya bagus pula" puji Kiara dengan nada yang sangat menjijikkan. Kinta yang melihat kelakuan sahabatnya itupun bergidik ngeri lalu menyeruput cappucinonya yang tinggal setengah. Setelahnya dia beranjak pergi dari cafe. Tak lama Kiara menyusul saat selesai menghabiskan minumannya.
...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Boyfriend
Fiksi RemajaBenar kata orang, first love memang sangat sulit untuk dilupakan. Kinta adalah bukti nyata dari pernyataan tersebut. Usaha seorang gadis yang terjebak masa lalu dengan seseorang yang telah pergi untuk selamanya. Tidak mudah untuk melupakannya begitu...