I'M FINE*[1]

131K 3.5K 99
                                    

Pukul 06.45 WIB, SMA GARUDA.

Cit... cit... cit...

Derap langkah kaki Alea menimbulkan suara yang berdecit karena bergesekan dengan lantai membuat para murid lainnya menoleh padanya tak suka. Pasalnya, suara berdecit itu dapat membuat ngilu pendengarnya. Alea tak memperdulikannya, ia terus memasang senyum manisnya sepanjang perjalanan menuju kelasnya. Ia sangat bersemangat hari ini.

“Assalamualaikum, manis.” sapa Alea saat telah tiba di kelas. Namun tak ada yang menyahuti dirinya. Sontak Alea mengerucutkan bibirnya kesal dan melihat ketiga sahabatnya yang sedang berkutat dengan buku dan pena.

“Kalian jahat banget sih! Masa salam Lea dicuekin? Dosa loh kata Pak Ustad!” ucap Alea kesal.

“Iya iya. Wa'alaikumsalam.” balas Anggi tetap berkutat dengan tugasnya.

“Yang be---”

“Isshh! Berisik tau nggak sih. Mending lo bantuin kita ngerjain tugas ini!” jawab Anggi kesal.

“Iya tu, betul.” sahut Angga sambil menyengir gaje memamerkan gigi putihnya.

“Hm, iya.” sambung Aldi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

“Emang kalian ngerjain apaan sih, serius banget?” tanya Alea bingung.

“Ya ngerjain tugas, sayang!” jawab Anggi nyolot.

“Lea tau, tapi tugas apaan? Perasaan gak ada tugas deh!” ucap Alea sambil meletakkan jari telunjuknya dikepala seakan sedang mengingat-ingat sesuatu.

“Kimia,” jawab Aldi singkat.

“Kimia? Kenapa dengan kimia?” ucap Alea bingung sambil memperhatikan Aldi yang tengah menulis.

“Tolong bego lo dibagi-bagi deh ya. Maksud si Al tadi, tugas nya itu kimia!” ucap Anggi yang mulai geram melihat tingkah Alea. Padahal sudah SMA tapi otak dan daya pekanya seperti bocah TK.

"Ohh, kimia." sahut Alea santai.

1 detik---

2 detik---

3 detik---

DUAR!

“APA? KIMIA! Astagfirullah, Alea lupa. Gimana ini? Bagi dong jawabannya keburu si bapak botak masuk!” teriaknya panik dan segera duduk dibangkunya lalu mengeluarkan buku dan pena.

“Eh, selo ae lu ah. Bisa budek gue denger suara lo kek toa masjid!” ucap Angga kesal sambil menutup kedua telinganya.

“Eh sorry sorry, Lea sengaja. Mana tugas nya, Al? Udah selesai belum? Alea mau pinjem.” ucap Alea sambil mengulurkan tangannya kepada Aldi, agar Aldi memberikan buku tugasnya.

“Nih! Tapi awas lo, jangan sama persis bisa mampus gue sama Pak Supri.” ucap Aldi sambil memberikan buku ditangan Alea yang terulur.

“Oke, siap pak bos ku!” ucap Alea seraya mengedipkan sebelah matanya.

“Paan tuh mata, pengen gue colok? Heh!” ucap Aldi sambil mengeluarkan smirk-nya.

“Idih sadis amat, hush hushh sana! Lea mau ngerjain tugas. Ganggu ih!” ucap Alea sambil bergidik ngeri.

“Hahahah--- iya iya. Yang cepet ngerjainnya, keburu Pak Supri dateng.” ucap Aldi sambil tertawa lebar lalu mengelus kepala Alea sayang.

“Iya, pak bos.” sahut Alea sambil menunjukkan sederatan giginya.

“Eleh lebay lo berdua. Kalo pacaran mending di luar aja sono! ya nggak, Gi?” ucap Angga sewot.

“Iya!” sahut Anggi.

“Siapa yang pacaran? Orang kita sahabatan, ya nggak Al?” jawab Alea.

“Iya, buruan kerjain tugas lo!” ujar Aldi sambil menyenggol tangan Alea.

“Waduh iya! kalian sih ngajakin ngomong, jadi lupa kan!” pekik Alea lalu bergegas memegang pena dan menulis dibukunya.

“Untung sahabat!” sahut Angga, Anggi, dan Aldi kompak.

Alea yang baru saja menuliskan angka satu dibuku, dikejutkan karena kehadiran Pak Supri. Dan dengan cepat ia menyembunyikan bukunya dan buku Aldi. Takut takut ketauan menyontek dan hukumannya akan lebih parah.

‘Hust! hust! Lea, buruan balikin buku gue!’ bisik Aldi panik.
Dengan berat hati Alea mengembalikan buku Aldi. ‘Gawat! Ya Allah lindungi Lea dari amukan Pak Botak, Ya ALLAH.’ batin Alea cemas.

“Selamat pagi anak anak.” sapa Pak Supri ketika baru memasuki kelas.

“Pagi juga pak.” jawab seisi kelas serempak.

“Baiklah, sebelum kita memulai pelajaran hari ini, terlebih dahulu kumpulkan tugas rumah kalian. Sekarang Sintya, tolong kumpulkan tugas teman-temanmu dan letakkan di sini!” ucap Pak Supri sambil menunjuk mejanya.

‘Kan bener kan! Ya Allah tolong Lea plisss,’ batin Alea memohon pertolongan.

“Baik, Pak.” jawab Sintya.

‘Subhanallah walhamdulillah walailahaillallah wallahu akbar. Ya Allah, tolonglah hamba mu ini.’ Alea berzikir dalam hati memohon pertolongan. Semua buku telah diambil oleh Sintya dan kini tinggal dirinya yang belum diambil.

Allahu akbar, Subhanallah, Lailahaillalah, Astagfirullah, Ya Allah~~’ segala bentuk zikir, ia lafadz kan dalam hatinya.

“Lea, mana buku lo?" tanya Sintya pada Alea.

GAME OVER!

“Hmm, I--itu Ti--Tinggal Sin. Kamu tolong jangan bilang sama Pak Supri yaa! Pliss! Entar Lea traktir bakso deh, suer.” ucap Alea pelan berusaha merayu sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada dan mengeluarkan muka memelasnya.

“PAK, ALEA GAK BAWA BUKU. TINGGAL KATANYA.” Ucap Sintya setengah berteriak.

Satu kalimat yang mampu diucapkan Alea pada batinnya saat ini, yaitu ‘hukuman! Lea datang!’ Alea yang sedari tadi pucat karna takut, lantas menengok pada ketiga sahabatnya sambil menunjukkan muka memelasnya. Sedangkan ketiga sahabatnya hanya menunjukkan wajah yang santai pura-pura tidak tahu seperti tak ada masalah.

Dan detik berikutnya---

“ALEXA KALLEA RAWNIE KELUAR SEKARANG! LARI LAPANGAN SEPULUH KALI DAN JANGAN MASUK KELAS SAMPAI JAM PELAJARAN SAYA SELESAI!” titah Pak Supri marah.

“APA SEPULUH KALI, PAK?” Teriak Alea cengo.

“Iya!” tegas Pak Supri.

“Gak bi--bisa kurang Pak?” ucap Alea gugup sehingga mengundang tawa seisi kelas.

“Gak ada tawar menawar, emangnya ini pasar. Sekarang CEPAT KERJAKAN!” ucap Pak Supri mulai marah kembali.

“Baik, Pak.” jawab Alea lesu dan berjalan gontai keluar kelas.

“Baiklah, anak anak sekarang kita mulai pelajaran kita! Buka halaman---"

I'M FINE! [*COMPLETED*]✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang