1. BUDI DAN LILIANA

37K 250 1
                                    

PANDAAN 2014

Acara resepsi sudah hampir selesai, para undangan antri foto bersama pengantin sesuai urutan yg dipanggil oleh MC. Turun dari panggung, Budi sudah tidak tahan lagi, lidahnya terasa pahit, panggilan tubuhnya untuk merokok. Setelah menoleh kesana-kemari, diapun beranjak menuju pintu ke arah balkon. Dinginnya angin malam membelainya, Budi melangkah ke ujung balkon dan menyalakan sebatang rokok, menghisapnya nikmat, sambil menikmati temaram lapangan golf di bawah cahaya bulan purnama.

Suara batuk menyentakkan lamunannya. Budi menoleh ke arah suara itu, seorang perempuan di awal empat puluhan, langsing, cantik, dan tampak sexy dibalut gaun panjang berwarna merah off shoulder. Kulitnya yg putih mengintip di sela-sela selendang di bahunya. Garis wajahnya tegas, ada kesan sedikit sombong. Perempuan itu merasa ada yg memperhatikannya, dia menoleh, dan Budi tercekat, "Liliana." desisnya.

Perempuan itu tersenyum, mengulurkan tangan menghampirinya, "Apa kabar, Budi?" kelihatannya dia senang karena Budi masih mengingat namanya.

"Kabar baik," Budi menjabat tangan Liliana. Hangat, sangat berbeda dengan dinginnya suasana sekitarnya.

"Sendirian?" berbarengan bertanya, lalu tawa mereka berderai.

Selalu menyenangkan bertemu dengan kenalan lama. Kecuali Liliana, Budi menambahkan ke dalam pikirannya. Tapi tak urung merekapun mengobrol, mengupdate informasi tentang mereka yg terputus selama hampir 21 tahun. Dan angan Budipun melayang ke masa 21 tahun sebelumnya.


SURABAYA 1993

"Ayo dimakan," bu Benny menyilakan Budi makan dengan ramah. Tapi kerongkongan Budi rasanya seperti tersumbat, susah sekali menelan makanan. Di hadapan Budi duduk bossnya, bapak Benny dan istrinya. Mereka berdua orang baik, dan sangat baik kepadanya.

6 bulan sebelumnya, mereka juga makan malam bertiga seperti ini, tapi suasananya lain, waktu itu Budi deg-degan tak sabar menunggu pak Benny menyampaikan maksudnya. Tidak biasanya beliau mengundang makan karyawannya seorang diri, biasanya beberapa orang, supaya penuh 10 orang di satu meja bundar. Untuk promosipun selalu begitu, memberikan pujian di depan karyawan lain, memberikan motivasi berprestasi.

Akhir dari acara makan malam pertama bertiga itu membuat Budi galau. Pak Benny bermaksud menjodohkan Budi dengan putrinya, Liliana, padahal diam-diam Budi sudah berpacaran dengan Endang, karyawan pak Benny di perusahaan yg lain, anak buah Liliana.

Handoyo, teman kerja sekaligus teman sekosnya, tertawa terkekeh-kekeh mendengar curhatnya. Handoyo dijodohkan dengan Lisa, keponakan pak Benny, dan dalam waktu dekat akan menikah. Menurut Handoyo, cinta bisa dipupuk, cinta bisa datang kemudian, seperti pepatah Jawa, witing tresno jalaran saka kulina.

Lisa dan Liliana tipe perempuan yg sama. Mestinya cantik, tapi nilai kecantikannya turun karena tubuhnya tidak selangsing foto model. Lisa tinggi besar, tapi Liliana lebih pendek, sehingga Lisa lebih menarik.

Handoyo berusaha membuka wawasan Budi, kalo mengejar cinta Endang, dia akan jatuh bangun memenuhi nafkah keluarga, tapi dengan menikahi Liliana, dia tidak usah pusing tentang uang. Jabatan pimpinan perusahaan otomatis ada di tangannya, rumah mewah dengan sopir dan pembantu pasti tersedia. Setelah itu, kalau tidak puas urusan tempat tidur, kan bisa jajan di luar, Handoyo menambahkan dengan tawa terbahak-bahak.

Budi menurut, selama 6 bulan dia berusaha menjalin hubungan dengan Liliana. Tapi siapalah dia, dan siapa Liliana. Budi merasa diperlakukan seperti bodyguard oleh Liliana yg manja, bukan calon suami. Belum lagi, sebenarnya Budi suka perempuan yg agak binal sedikit, yg bukan hanya bersedia diraba-raba, tapi juga mau balas menggerayanginya. Semua itu ada pada Endang. Tapi dengan Liliana, hidupnya kembali ke jaman Siti Nurbaya. Bak lyric lagu Aryati, memegang ujung jari Liliana saja sudah membuatnya merasa berdosa.

LILIANAWhere stories live. Discover now