Catatan Penulis.
Kisah ini fiksi, tapi glamping di tepi danau Batur itu nyata. Penulis sangat ingin ke sana, tapi terhalang kondisi fisik.
Terima kasih kepada ibu Sukma yg berkenan meluangkan waktu menjawab pertanyaan penulis dengan informasi detail yg diperlukan untuk setting episode ini. Yg berminat glamping, silakan kontak Bali Reservasi, dengan ibu Sukma 0878 6187 3745. Makasih.
Surabaya 2013
Mertua Erik meninggal, Mulyadi melayat bersama Martha. Di perjalanan pulang, Martha menceritakan pembicaraannya dengan salah seorang kakak ipar Yenny, mereka akan bercerai. Mulyadi terkejut. Dia tak pernah lengah memantau kegiatan Liliana, dan setahunya, Liliana tak pernah lagi berhubungan dengan Erik, bahkan tidak dekat dengan lelaki manapun.
Keesokan paginya, Liliana baru selesai meditasi dan akan berenang ketika Mulyadi menghampirinya di tepi kolam renang.
"Kamu mau jadi istri kedua Erik?" tanyanya to the point.
Liliana mengernyitkan kening dan memandang heran, what an idea!!
"Kata Martha, Erik ingin bercerai, dia butuh sex, sementara Yenny sekarang frigid."
"Itu bukan urusanku." Kata Liliana.
"Bukannya kau dulu hampir jadi orang ketiga di antara mereka?"
"Dulu," kata Liliana membuka kimono mandinya.
"Bukannya kamu gak ingin jadi perawan tua?"
"Aku belum tua!" kata Liliana ketus, dan menambahkan, "Siapa bilang aku masih perawan?" Liliana tertawa lalu menceburkan diri ke dalam kolam. Mulyadi membuka handuk yg membelit pinggangnya dan terjun menyusul Liliana.
"Apa maksudmu kamu sudah tidak perawan?" tanyanya menyelidik, "aku akan minta pertanggungjawabannya."
"Bukan urusanmu!" Liliana berenang menjauh, berenang sepuluh kali bolak-balik dan keluar dari kolam renang.
'Tunggu, Li." Mulyadi memegang pergelangan kakinya. "Budi? Mohan? Erik?"
"Atau Pierre?" Mulyadi tidak pernah suka dengan Pierre.
"Someone when I was in Australia." Lebih enak dijawab begitu, jadi Mulyadi tidak akan melakukan sesuatu yg tidak disetujuinya.
"Is it that bad, an idea to be second wife?" tanya Mulyadi, "kakek toh juga punya dua istri."
Liliana tidak menjawab, dipakainya kimono handuknya, dan masuk ke dalam rumah.
Liliana segera menyelesaikan makan paginya saat Mulyadi turun sarapan. Ia tak mau bicara dengan Mulyadi, cepat-cepat ia berpamitan berangkat ke kantor. Martha sudah keluar sejak pagi, mengantar kedua anaknya sekolah. Bapak dan ibu Benny masih sarapan.
Mulyadi menyampaikan ide menjodohkan Liliana sebagai istri kedua Erik, tanpa menceraikan Yenny.
"Mama tidak setuju." Kata bu Benny, "Lalu Liliana akan tinggal dimana? Sekota dengan istri pertama? Apa kata orang, Mul? Nenekmu kan di Surabaya, istri kedua kakekmu di Balikpapan, tidak banyak orang tahu kakekmu punya dua istri."
"Papa juga tidak setuju," Kata pak Benny, "Selain itu Erik kepala produksi di pabrik tempatnya bekerja, tidak ada gunanya di perusahaan kita."
"Papa masih mencampurkan bisnis dengan perkawinan?" Mulyadi bertanya dengan nada pahit.
"Sama-sama jadi istri kedua, mending dengan Budi," kata bu Benny mengalihkan pembicaraan.
"Benar," pak Benny mengangguk setuju, "Budi bisa tinggal di Surabaya, anak istrinya tetap di Bali. Budi bisa memajukan perusahaan kita."
YOU ARE READING
LILIANA
RomanceWARNING!!! Ditulis untuk pembaca dewasa, banyak adegan sex, yg belum cukup umur, silakan tutup! Liliana ditulis sebagai cerpen, endingnya dibiarkan menggantung, supaya pembaca bebas melanjutkan kisahnya dengan imajinasi masing-masing. Atas doronga...