10. PENUTUP

4.8K 96 8
                                    

No Place

Backstreet Boys

I've been to Paris, made my way down to Rome
Seen the sun setting on the beach in Mexico
But I could care less, 'cause I was all alone
And there ain't no way to touch your body over the phone

I've been all around the world, done all there is to do
But you'll always be the home I wanna come home to
You're a wild night with a hell of a view
There ain't no place, ain't no place like you
There ain't no place, ain't no place like you

You're my daybreak, you're my California sun
You're my Memphis, New York, New Orleans all rolled into one
In the city, the country, the mountains or sea
Wherever you are, baby, that's where I wanna be

I've been all around the world, done all there is to do
But you'll always be the home I wanna come home to
You're a...

Denpasar

Sudah gelap waktu Budi sampai di rumah, Lidia sedang berlibur di Jember, di rumah orang tua Budi, Endang tidak memberitahu ada acara, seharusnya ia ada di rumah, tapi mengapa rumah gelap gulita?

Budi membuka pintu dengan kunci yg dibawanya. Ia membiasakan diri membawa kunci, supaya tidak merepotkan bila pulang terlambat dan Endang sudah tidur. Dinyalakannya semua lampu, dan terakhir di kamar tidur, ia melihat Endang menelungkupkan wajahnya di meja rias, ia menangis.

Budi memeluknya, lalu memegang dagu Endang, dihadapkan ke wajahnya, ada apa? Endang tidak menjawab, memberikan sebuah amplop, hasil USG. Budi tidak mengerti isinya, tapi dilihatnya di situ beberapa angka yg diakhiri dengan mm, milimeter.

"Ada kista di rahimku, lebih dari satu." kata Endang berurai air mata. "Aku takut operasi."

Budi memeluknya, merasa bersalah telah mengabaikan Endang bertahun-tahun. Lebih dari satu kista, berarti sudah lama kista itu tumbuh.

Setelah Endang tidur, Budi melepaskan pelukannya, dan membuka laptopnya, browsing tentang kista.


Surabaya

Minggu berikutnya mereka pindah ke Surabaya, Budi dimutasi menjadi manager PT. Nusantara.

Di Surabaya, Budi mengantarkan Endang ke beberapa dokter kandungan dan onkologi, mencari second, thirth, dan entah opinion ke berapa. Hampir semua dokter menyarankan operasi, beberapa menyarankan kemoterapi. Endang menolak semuanya, ia tidak mau dioperasi, ia tidak mau kemoterapi.

Banyak saran yg masuk, mulai minum rebusan air daun sirsak, baking soda, singkong kukus, vegetarian, jamur maitake, purtier, dan sebagainya. Kemudian tak sengaja ia membaca seorang teman facebook sharing tentang diet alkali.

6 bulan setelah Endang diet alkali, ia check up lagi, ada satu kista yg hilang, beberapa yg mengecil. Dengan gembira ia menunggu Budi pulang kantor, untuk menyampaikan kabar gembira ini. Budi memeluknya, mengangkat tubuh Endang, membawanya berputar, seperti yg biasa dilakukannya kepada Lidia. Dan saat itu ia baru menyadari, betapa entengnya berat badan Endang, ia menggendongnya tanpa kesulitan.

Budi menurunkan Endang, menatapnya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Tak ada lagi Endang yg gendut, di hadapannya berdiri Endang yg ramping, seperti Endang semasa gadisnya.

"Berapa kilo?" sinar matanya menyiratkan kekaguman.

"Dua puluh." Endang memonyongkan bibirnya, "Kabar gembiranya bukan aku langsing, tapi kistaku berkurang."

"Aku rindu Endangku yg ini." Digendongnya Endang ke kamar, Endang melingkarkan kedua tangannya ke leher Budi, menyandarkan kepalanya ke dada Budi.

Setahun kemudian, Budi dan Endang menjenguk Liliana di RKZ, Liliana baru melahirkan seorang anak laki-laki, bermata biru, Luke di sampingnya tersenyum bahagia.

"Aku segera menyusul," kata Budi mengelus perut Endang yg sedang hamil tujuh bulan. Mengingat terapi yg dijalani Endang untuk hamil Lidia, kehamilannya ini adalah sebuah mujizat.

"Semoga laki-laki." kata Liliana.

"Sudah USG, memang laki-laki." Endang menjawab.

Mereka telah berdamai, sekarang mereka berteman baik.

TAMAT

LILIANAWhere stories live. Discover now