Satu

38 5 0
                                    

Nayla Shafira. Gadis dengan mata bulat berwarna hitam legam itu sedang memandangi suasana di sekitar taman kota yang cukup ramai di sore hari.
Ia baru saja pulang dari kampusnya dan tepat saat ini ia sedang  menunggu seseorang untuk menjemputnya .
Sudah hampir sejam dia menunggu , tapi orang yang di tunggunya itu nampaknya datang terlambat.

Ia melirik arloji di lengan kirinya . Sudah pukul 4 lewat 30 menit.

Menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya kasar , Nayla mencoba kembali mengecek ponselnya untuk mencari tahu sudah berada di mana orang itu sekarang.

Belum sampai menekan tombol panggilan di ponselnya , suara langkah kaki seseorang mengalihkan perhatiannya dari ponsel

Nayla cukup kesal sebenarnya, tapi setelah ia menatap wajah lelah dan pucat laki-laki itu , ia jadi tidak tega untuk marah malah senyuman yang ia suguhkan .

" Hei, Maaf ya , Ra. Seperti biasa aku telat "

Nayla lagi-lagi hanya tersenyum tipis dan mengangguk-anggukan kepalanya , seolah ia juga sudah sangat mengerti dan memaklumi laki-laki yang sekarang ikut duduk di sampingnya itu.

" Tidak apa-apa. Aku tahu kamu sedang sibuk-sibuknya di kantor , oh ya , wajahmu pucat sekali , kamu sakit ? ".

" Aku cuma sedikit lelah, kamu benar , pekerjaan di kantor benar-benar menumpuk minggu ini ".

Namanya Harris. Lengkapnya Al-Harith Jung.
Laki-laki berusia 24 tahun yang sudah 2 tahun ini mengisi hari-hari Nayla di London.
Dan bagi Nayla mengenal Harris bahkan bisa jadi bagian dari hidup laki-laki berlesung pipi itu adalah hadiah yang tidak pernah ia sangka-sangka , dan sejauh ini Nayla bersyukur hubungannya dengan Harris selalu baik-baik saja.

" Yasudah , ayo , kita langsung pulang saja yah ? ".

Akhir-akhir ini Nayla tahu kalau Harris memang sedang sibuk-sibuknya di kantor , terkadang ada perasaan tidak enak karena tanpa sengaja ia selalu merepotkan Harris , padahal ia tidak pernah meminta untuk di jemput ke kampus.
Pemuda itu yang selalu ingin menjemputnya dan melarang Nayla untuk pulang dengan kereta atau bis umum , kalau di pikir-pikir juga jarak antara kampus dan asramanya tidak begitu jauh tapi Harris yang memang selalu tidak bisa di tentang keinginannya , membuat Nayla pasrah saja.

" Loh , aku baru saja duduk tapi sudah minta pulang , tunggu sebentar ! ".

" Tapi ini sudah sore , memangnya mau apa lagi ? , Kamu juga harus istirahat , besok kan pasti pekerjaanmu lebih banyak ".

Harris menatap Nayla dan terkekeh ,
Perempuan asal Indonesia itu memang tidak pernah berubah dari dua tahun lalu , tetap lugu, menggemaskan dan apa adanya.

" Aku masih ingin bercerita denganmu tentang hariku di kantor , Shafira "

" Kamu sudah terlalu sering cerita dan pasti topiknya itu-itu saja , tentang atasanmu yang bossi lah , teman kantormu yang menyebalkan dan jangan lupakan tentang Abi yang selalu mengawasimu ".

Nah , baru saja dalam otaknya berencana ingin mengeluarkan uneg-uneg itu lagi tapi tebakan Nayla selalu benar.

"Ehm.Ok. Fine . Kamu memang selalu bisa membaca pikiranku.

Nayla hanya mengangkat bahu ,  yang ia inginkan sekarang hanyalah cepat sampai ke asrama , karena badannya sudah terlalu bau keringat , dan ia juga tidak ingin Harris pulang telat ke rumahnya .

" Jadi mau disini dulu ? , Yasudah mau cerita apa ? ".

" tidak jadi deh , sudah tidak mood , kita mampir ke cafetaria saja, bagaimana ? ".

Kalau bukan karena sayang, rasanya Nayla ingin sekali memaki laki-laki di hadapannya ini , hobi sekali bertingkah menyebalkan.

" Tapi ini sudah sangat sore ,Harris. Aku mau pulang ke asrama saja , lagipula pasti kamu juga sangat capek, kan ?".

Sparks Love In LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang