Stranger (2)

7 2 3
                                    

Jimin berjalan, berharap dapat menemukan sedikit pencerahan untuk kehidupannya. Ini mendekati hari ke dua semenjak kemarin. Rasanya sulit untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, terlebih dengan keterampilan pas-pasan. Dulu Jimin begitu mudah mendapatkan apa pun. Namun sekarang bahkan ia sendiri kesulitan, teman yang dulunya dekat menghilang entah ke mana. Mungkin inilah yang dinamakan takdir.

"Anu, itu...." Jimin menghela napas, lantas menoleh. Rasanya ia mengenal gadis ini.

Senyum Jimin mengembang. "Butuh pertolongan?"

Shin Yuna mematung. Rasa canggung meliputi dirinya. Jika saja keadaan tidak mendesak, mungkin hal ini tak terjadi.

"A-aku tersesat?" Yuna menggigit bibir bawah.

Jimin mengernyitkan keningnya. Berfikir bahwa sangat lucu jika mengatakan tersesat di kota Seoul. Ini bahkan belum sampai ke perbatasan.

"Tadi aku ketiduran, seharusnya aku turun di pemberhentian kedua, " ucap Yuna lagi.

Jimin kembali tersenyum, mungkin gadis ini benar-benar tak mengetahui seluk kota Seoul. Mengingat aksennya saja sudah berbeda.
"Kau ingin pergi ke mana?" tanya Jimin.

"Time Square Mall," jawabnya lantang.

Sekarang Jimin benar-benar ingin tertawa. Mall itu ada di sebrangnya. Ah ya, Jimin memiliki ide untuk berkenalan dengannya. Mengingat kecanggungannya, mungkin Shin Yuna tidak tahu jika Jimin tinggal di bangunan yang sama.

"Aku akan mengantarmu."

"Ah, tidak perlu. Aku takut merepotkanmu," tolak Yuna.

"Aku tidak setega itu membiarkan gadis cantik kesulitan."

Wajah Yuna memerah, ia tersipu mendengar pujian yang Jimin berikan. "Baiklah. Tapi, apa tidak masalah?" tanya Yuna ragu.

Jimin tersenyum lagi. "Tidak. Asalkan aku tahu namamu."

Kali ini Yuna tak memahami Jimin, kenapa harus tahu nama dirinya? Yuna tak menjawab ucapan Jimin.

Melihat sikap Yuna yang berubah drastis, akhirnya Jimin kembali berkata, "Aku harus tahu namamu, karena jika aku tidak mengetahuinya tidak ada jaminan untukku."

Dengan langkah santai Jimin melewatinya. Di dalam hati Jimin berteriak. Sungguh bodoh. Alasan terkonyol yang pernah ia katakan.

Seperti memahaminya Yuna menganggukan kepalanya. "Pria ini sangat aneh, tidak perlu mencurigaiku. Aku bukanlah teroris." Yuna bersuara dalam hati.

"Shin Yuna," katanya dengan gugup.

Yes.
Jimin berhasil menipu gadis ini. Gadis bodoh mana yang akan mengatakan nama beserta marganya kepada orang lain.

"Park Jimin, panggil saja Jimin." Bodohnya Jimin melakukan hal yang sama ketika menyebutkan namanya.

Mungkin sebenarnya mereka benar-benar canggung. Terlebih sikap Jimin yang terlalu berlebihan, dan Yuna yang pemalu. Jimin yang menjadi pemandunya tak berbicara apa pun. Ia hanya berjalan menuju ke sebuah gang kecil di samping restoran ayam. Yuna hanya mengikutinya tanpa tahu dirinya sudah dipermainkan.

Ketika mencapai sebuah bangunan kecil, Yuna ragu-ragu.
Seharusnya pergi ke Time Square Mall tidak sesulit ini. Bahkan jalannya pun tidak sesepi ini.

"Apa masih jauh? Jika iya, katakan seberapa jauh lagi?"

Jimin menghentikan langkahnya. Ia tersenyum kecil. Jimin sengaja mengambil jalan alternatif agar Yuna tidak mengetahuinya.

"Sejujurnya lumayan jauh. Jika menggunakan bus pun harus menunggu 2 jam lagi. Aku memakai jalan ini agar cepat sampai," katanya berbohong.

"Ya, aku paham," ucap Yuna.

Jimin menatap Yuna. Ia memiringkan kepalanya, lantas tersenyum.

"Ada apa?" tanya Yuna penasaran.

"Ah, tidak. Apakah semua gadis seperti ini?" Jimin kembali menunjukan sikap yang tak Yuna pahami.

Yuna tidak menjawab pertanyaannya. Ia mempercepat langkahnya. Tidak ada obrolan apa pun dalam perjalanan ini.

Jimin mengakui bahwa dirinya begitu takjub. Tidak ada rasa curiga sedikitpun padanya. Seharusnya Yuna meninggalkannya sedari tadi, dan tak Jimin sangka gadis ini masih mengikutinya. Jimin merasa bersalah atas sikap egoisnya. Seharusnya tidak melakukan kesalahan pada gadis sepolos Yuna.

Sekarang mereka sudah sampai di Yeongjung-ro. Meskipun di dalam hati Yuna merasa familiar, namun ia tak ingin mengatakan apa pun. Karena Yuna fikir, setiap tempat mempunyai kesamaan.

Jimin bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang betapa polosnya gadis yang sedang berjalan bersamanya. Shin Yuna, gadis seperti apakah dia? Apakah benar-benar polos atau bodoh? Rasa keingintahuannya melebihi apa pun.

"Sejujurnya aku sangat canggung. Tapi terima kasih sudah membantuku." Yuna tersenyum padanya.

Jimin hanya menggaruk tengkuknya, dan tersenyum kaku. "Ah, tidak masalah. Memang sudah seharusnya aku membantumu."

Yuna masih di depannya, dan berkata, "Apa kau memiliki waktu?"

Jimin memalingkan wajahnya ke arah berlawanan. Ia menggit bibir, nalurinya berkata jika dirinya sudah berhasil menjerat seorang wanita.

"Aku hanya ingin mentraktirmu makan. Itupun jika kau mau," kata Yuna.

Jimin berpura-pura tidak tertarik. Ia hanya memandang ke sebrang sana. "Sejujurnya aku ada janji dengan temanku."

Mendengar jawaban Jimin raut wajah Yuna mendadak masam. Kecewa, entah kenapa. Padahal jika dipikir lagi Yuna tidak mengenal pria ini. Dari kecil ia tak pernah ditolak ketika meminta apa pun.

"Ah, ya. Tidak masalah."

Jimin tersenyum kecil ketika melihat respon Yuna. Ia berinsiatif melakukan kebohongan untuk ke dua kalinya. Jimin berpura-pura menelpon seseorang, dan beberapa menit kemudian dia menghampiri Yuna.

Jimin menatap jam di tangannya. "Temanku akan terlambat. Mungkin aku bisa menerima tawaranmu," sahut Jimin.

"Aku harap tidak menyita waktumu," kata Yuna pelan.

"Kau sudah menyita waktuku sedari tadi," jawab Jimin spontan.

Pipi Yuna bersemu merah. "Maaf, lain kali aku tidak akan melakukannya lagi."

"Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Jadi, apa kau tidak masuk ke dalam?"

"Kita berdua bisa masuk bersama," kata Yuna lagi.

Jawaban Yuna kali ini membuat jantungnya berdebar tak karuan. Mungkin karena sudah lama tidak berkencan dengan wanita, Jimin bisa seantusias ini.

***

Gimana guys? Kalo kurang feel aku harap kalian ttep stay ya. Untuk awalan memang monoton. Thanks yang udah baca, dan komentar.
Please feedback membangun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang