Matahari baru muncul dengan malu malu cakarnya belum menancap penuh.
Cakrawala dikejauhan masih ragu menunjukan warna.Alex berjalan disebelah rianti menuju bangunan yang dicat hijau pucat.
Halaman sekolah itu telah dibuka dan beberapa anak berusia sekitar15 tahun melangkah disebelah orangtua mereka dalam balutan seragam putih biru
Hari pengambilan nem dan rapor .Rianti melihat wajah alex yang bersemangat dan Tersenyum.Putranya selalu rajin belajar.
Hanya saja ia jarang bermain dengan putra sebayanya Entah mengapa.Tidak pernah ada yang berkunjung kerumah,atau sekedar menelpon,dan alex juga tidak pernah bercerita tentang mereka. Rianti pernah menanyakannya hanya saja ia menjawab dengan tenang
''aku sudah menyelesaikan semua tugas sekolahku semua disekolah dirumah aku hanya akan mengurus rumah ayah dan ibu''
Laras,Teman sekelas alex yang berambut pendek dan bermata sipit lewat bersama ibunya.Sintia melambaikan tangan padanya dan alex membalasnya.
''Temanmu?'' alex mengangguk.
Mereka melewati gang yang membatasi halaman depan dengan bahagia dalam sekolah. Tempat itu agak redup karena ubinnya berwarna hitam dan tersekesan dingin
''permisi!permisi!permisi!'' Toni,Seorang anak berperawakan gemuk yang digandeng ayah dan ibunya setengah berteriak.
Rianti menoleh kesamping untuk memberi jalan ia tersentak melihat Hendri,salah seorang klien tetapnya.
Pria bertubuh gemuk itu sedang tertawa disebelah anak dan istrinya.ia terlihat sanagt berneda ketika sedang mabuk dan berada didiskotik.
''Kesini manis!Hei! Lakukan seperti apa yang aku mau! Kamu nggak akan mencari wanita lain,kan? Nanti omsetmu turun!''
pria itu menjabak rambut Rianti
Rianti mengedikkan kepala pelan,berusaha mengeyahkan fikiran tentang pria itu dan pekerjannya.Pemandangan yang ia lihat sekarang sanagt berbeda dengan yang biasa ia lihat. Ia tidak pernah membayangkan laki laki yang dilayani bersama keluarga mereka. Ia tidak pernah membayangkan apapun, karena ia tidak cukup peduli.
Tiba tiba Hendu menoleh dan melihat rianti.Keningnya mengernyit saat likirannya berusaha mengumpulkan informasi tentang wanita dihadapnnya.
Saat informasi itu berubah menjadi gambaran nyata, ia merasa bagai menelan empedu pahit. Matanya membelalak dan langkahnya terhenti.
Istrinya nyaris terjatuh''pa? Kenapa? Papa kenal ibu itu?'' tanya istrinya mengeritkan kening.
Hendri segera sadar dan menggelengkan kepala.
''Tidak! Tidak! Papa pikir teman kantor papa ternyata papah salah, Kau berteman dengan dia?'' Hendri sekarang menunjuk alex''iya pa,kadang aku mebagikann makananku dengan dia''
''untuk apa?" hendri menyembur marah tiba tiba
Toni mengeryit.''kasian pa dia selalu tidak bawa beka dan duduk sendirian dilinggir kelas''
''iya pa kan bagus anak kita belajar berbagi''
akhirnya mereka tidak mempermasalahkan itu dan berbegas.
Sepertinya ia salah memilihkan sekolah untuk anaknya,pikir Rianti.Tapi sekolah ini tak jauh dari rumah dan tempat kerjanya. Rianti mengenali beberapa wajah yang tak asing baginya...mereka memandanginya dengan tatapan sama
Jijik dan terkejut
Seakan akan hanya dirinya yang melakukan dosa itu. Seakan akan ia yang menyeret mereka untuk bersamanya. Padahal,mereka yang memilih dirinya.Mustika berusaha membesarkan hati dan mengeratkan ganggaman tangan alex tanpa sadar alex memperhatikannya
''ibu,itu kelas aku'' menunjuk kesebuah kelas paling ujung ketika sudah dikelas itu sudah disii beberapa murid dan irang tua mereka.
Mustika melihat dua kursi kosong dekat pintu ''lex duduk sini ya''Tiba tiba,seorang anak laki laki bertubuh tinggi,berkeringat karena habis bermain bola dilapangan,dan berlari kedepan alex
''Om disana bilang sama temannya,kalau dia pernah liat mamah kamu kerja didiskotik''
Keheningan merebak ditempat itu-terutama dikalangan orangtua murid.
Darah alex mengalir cepat''apa maksudmu?''Rianti memejamkan mata. sebuah kesalah Ia datang ketempat ini.
''katanya,mama kamu we ter...es.'' mata kecilnya mendelik delik kelangit ruangan mencoba mengingat kembali ucapan yang ia dengar.''Rodrikus?!'' seorang wanita bertubuh kurus menghampirinya dengan panik. ''kamu disini rupanya.''
ia mengambil tangan rodrikus dan pamit dari situ tidak sadar ia menaruh bom atom bagi alex.
''maaf ya, mudah mudahaan anak saya ngga nakal''.ucap ibu sianak tersebut.
Guru walikelas mereka melangkah masuk
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dewa Hermes
AdventureSebuah kisah cinta penuh tragedi Ketika Seorang Pembunuh Bayaran Profesional yang tergabung dalam sebuah misi Rahasia namun Mengalami Trauma yang sangat mendalam ketika istri yang dicintainya terbunuh didepan matanya, Ketika ia memutuskan untuk ber...