01

27 24 6
                                        

"
Aku tak menyalahkan takdir yang telah mempertemukan kita, aku hanya akan menyalahkan diri sendiri jika tak mengerti  mengapa kita dipertemukan
"
-Alvira Maudya
.
.
.
..

Disini Alvira maudya! Aku, berada ditempat psikolog dimana aku sedang mengalami depresi berat. Aku mengikuti kemo, aku benci hal ini, aku benci dia, dia yang selalu menghantui pikiranku, dia yang meninggal kan ku secara tiba-tiba, dia yang merubah hidupku jadi lebih baik, tapi itu hancur dengan mudah setelah dia pergi meninggalkanku,  entah dia pergi kemana, atau bahkan mungkin dia sudah tiada, akan tetapi aku tetap tidak terima dia meninggalkan ku tampa pamit, tepat dihari pernikahan kami dia pergi begitu saja tanpa memikirkan diriku yang saat ini sangat membutuhkan dirinya. Aku benci dia, sangat benci, tapi entah mengapa aku selalu mengingat nya, ingatan tentang kebaikannya yang mampu Membuatku tidak bisa membenci dirinya, aku sangat merindukan dirinya, aku belum siap dia meninggalkan diriku. Aku belum siaaappp!!!!! Kumohon kembalilah.

"Devvvv, aku mohon jangan tinggalkan aku!!!  DEVAN."teriakku sejadi-jadinya.

"Lepaskan aku, Aku ingin pulang, aku tidak suka tempat ini, LEPASKAN."teriakku ingin lepas dari ikatan tali yang berada dikaki dan tangan ku ini.

"Kalau kalian tidak melepaskan ku, maka aku akan mencelakai diriku, LEPASSSS!" teriak ku yang kesekian kalinya, kali ini aku benar-benar mengamuk, diatas tempat tidur. Aku tidak bisa tenang berada ditempat ini, aku benci tempat ini.

Disaat aku sedang berteriak meminta dilepas, mereka datang, mereka yang selalu menyiksa ku, mereka yang selalu memberikan suntikan yang membuat ku hilang kesadaran, aku benci mereka, mereka memperlakukan ku layaknya binatang peliharaan. Aku benciii situasi ini.

"Kalian mau apa kesini, pergi, jangan mendekat, PERGI!!! "Usirku membentak mereka.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu."ujar salah satu orang yang datang bersama orang yang biasanya memberikan kusuntikan penenang padaku.

Aku menggelengkan kepalaku" tidak, tidak kalian semua jahat jangan mendekat,aku benci KALIAN!!! "Bentakku yang ketakutan.

"tidak, tenanglah aku akan melepaskan mu, tapi berjanjilah bahwa kau akan tenang setelah dilepaskan." ujarnya. Tapi aku tidak mudah percaya dengan apa yang dia bicarakan. Aku hanya pasrah toh dia tidak akan tidak memberiku suntikkan,  jadi aku hanya tenang saat pria itu mendekat, bahkan aku melihat dirinya membawa suntikan.

Dia mendekatkan tangannya pada tangan ku yang memar karena ulahku untuk melepaskan diri, tapi tetap saja itu selalu sia-sia. Tanpa ku duga, dia memang melepas kan ikatan tali yang berada ditangan dan kaki ku.

Aku menatap wajahnya, mataku bahkan bertemu dengan matanya. Sepertinya dia orang baik.

"Sudah kulepas ikatan yang ada dikaki dan tangan mu. Ku harap kau tetap tenang agar mereka tidak memberimu suntikan, dan agar kau tidak terikat oleh tali lagi." jelasnya padaku, entah mengapa aku menurut dan mengangguki ucapan darinya.

"Kalian boleh keluar dulu sebentar." ucapnya yang dituju untuk orang yang selalu memberi ku suntikkan.
Mereka patuh, mereka pun keluar.

Kini hanya ada aku dan dirinya, entah apa yang ingin dia lakukan atau katakan kepadaku. Aku hanya diam memandanginya dari belakang.

"Alvira maudya."ucapnya menyebut nama lengkapku. Aku sih tidak terkejut, ya wajarlah dia tau namaku, aku kan sedang menjalani kemo, mungkin dia psikolog disini.

"Anda memanggil saya."tanya ku penasaran.

"Aku akan menyembuhkan semua luka yang kau rasa.."aku mengernyitkan dahiku, aku masih tidak mengerti apa maksudnya.

"aku yakin kau pasti akan sembuh.."lanjutnya yang ternyata belum selesai bicara.

"Aku yang akan melindungimu disini.."aku hanya termangu tidak mengerti.

"aku berjanji tidak akan ada lagi yang bersikap kasar padamu disini."lanjutnya

"cuma aku hanya butuh satu darimu, kalau kau tak mau mengalami itu kembali. Kau hanya cukup tenang Oke!"Jelasnya yang menghadap tepat didepanku.

"Hey, Kau tidak perlu bingung seperti itu. Aku tau kau ingin cepat sembuh kan dari depresimu itu? Kalau iya maka kau harus mau menurut apa kata ku. Oke!"Ujarnya yang memegangi kedua bahuku,aku memandangi wajahnya.

"Apakah kita saling mengenal? "entah mengapa tanpa kusadari ucapan itu terucap sendiri, jujur aku memang penasaran. Kalo ku pikir-pikir sepertinya dia orang baik.

Dia tersenyum atas apa yang kutanyakan padanya tadi.
" Menurutmu? "tanya nya sambil menaikkan sebelah alisnya. Jujur aku terpesona akan dirinya, dia sangat manis dan tampan. Aku sangat menyukai senyuman yang dia berikan padaku.

Aku menggelengkan kepalaku.
"Kalau aku bertanya artinya aku tidak mengenali mu bodoh."ups aku kelepasan bicara, aku merutuki ucapanku yang terakhir, Tapi anehnya dia hanya tersenyum, dan mengacak rambutku. Dasar sudah tau rambutku acak-acakkan malah tambah diacaknya lagi.

"kau ternyata sangat manis ya! Apa kau sudah meminum obatmu? "tanyanya yang mengalihkan pembicaraan.aku merengut karena ucapanku diabaikan.

"Hey,  aku bertanya kenapa tidak dijawab?  Kok malah ngambek? "

"yang bertanya duluan siapa? Kau malah mengalihkan topik lain disaat aku bertanya." kesalku. Sedang dia tertawa melihat expresiku. Aku benci memangnya lucu apa.

"Okey aku akan menjawabnya. Aku tidak mengenalmu, dan ini pertemuan pertama kita."jawabnya sangat lembut. Bahkan aku sampai meleleh.

"Aku harap kau memang orang baik, bukan untuk berpura-pura baik, agar orang mengagumi mu."kataku untuknya. Entah mengapa dia menoleh disaat sedang mengambilkan obat dan minum untukku, memang tidak jauh tempatnya, bahkan dikamar yang kutempati memang sudah tersedia segalanya.

"Tenang saja, aku memang tulus ingin membantu mu! Kau tidak perlu khawatir."balasnya.

.
.
"
Waktu Adalah kemewahan yang tak bisa kau ulur ataupun kau putar kebelakang. Dan Aku disini akan membantu menghilangkan masalahmu!!
"
-Adimas Angkasa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HATI DAN PIKIRAN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang