Nama lengkapnya adalah Mariyah binti Syama’un dan dilahirkan di dataran tinggi Mesir yang dikenal dengan nama Hafn. Ayahnya berasal dan Suku Qibti, dan ibunya adalah penganut agama Masehi Romawi. Setelah dewasa, bersama saudara perempuannya, Sirin, Mariyah dipekerjakan pada Raja Muqauqis.
Saat itu muslimin mengadakan perjanjian Hudaibiyah dengan kaum kafir Quraisy. Karena status gencatan senjata ini, yang artinya tidak ada perang, maka dimanfaatkan oleh Rasulullah untuk melakukan ekspansi dakwah ke negara-negara tetangga, yaitu negara Persia, Romawi, dan Mesir. Dengan mengirimkan surat seruan dakwah yang dibawa para diplomat islam.
Rasulullah mengirim surat kepada Muqauqis melalui Hatib bin Baltaah, menyeru raja agar memeluk Islam. Raja Muqauqis menerima Hatib dengan penuh penghormatan.Lalu meminta Hatib menjelaskan pribadi Rasulullah dan sifat sifatnya. Sebagai raja dari negara nasrani, Muqauqis tahu betul bahwa ada tanda-tanda dari injil mengenai kedatangan nabi terakhir. Dan Muqauqis menyadari.. bahwa Hatib, utusan yang datang padanya bukanlah utusan sembarang raja, tapi utusan dari seorang Rasul.
Namun, karena kultur nasrani sudah mengakar kuat di kalangan masyarakatnya, meski mengakui kebenaran, Muqauqis tidak bersedia memenuhi ajakan Rasulullah karena ia khawatir respons negatif dari rakyatnya yang fanatik terhadap Nasrani. Akhirnya.. Raja Muqauqis menyerahkan surat balasan yang isinya mengakui kenabian Muhammad, tapi tidak bisa memenuhi seruan. Dan beserta surat itu Muqauqis mengirimkan 2 jariyyah (gadis muda pilihan dari keluarga baik-baik) untuk Rasulullah yaitu Sirin dan Mariyyah , seorang budak bernama Maburi serta hadiah hadiah hasil kerajinan dari Mesir.
Di tengah perjalanan Hatib merasakan kesedihan hati Mariyah karena harus meninggalkan kampung halamannya. Hatib menghibur mereka dengan menceritakan Rasulullah dan Islam, sebagai seorang yang terpelajar tentu Maria ikut mengenali tanda-tanda kenabian yang tercantum dalam al kitab (Injil), sehingga ia menerima islam dengan sukarela.
Maka ketika sampai ke Madinah, Maria dikabarkan telah memeluk islam, dan Rasulullah pun memiliki visi dakwah yang jauh ke depan. Maka diperistrilah Maria ini, seorang keturunan Mesir yang kelak akan menjadi pembuka jalan bagi islam di Mesir dan menyerahkan Sirin kepada penyairnya, Hasan bin Tsabit.
Makanya dalam sejarah, kita tahu, Mesir seluruhnya menerima islam di bawah diplomasi Amr bin Ash yang kemudian jadi gubernur di Mesir. Hal itu tentu tidak akan terjadi jika tidak ada sosok awal yang berislam yaitu Maria. Mesir menerima islam tanpa perang sama sekali. itu terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab.
Meski saat itu Mesir belum mau memenuhi ajakan Rasulullah, Rasul tau...kelak mesir akan menerimanya. Salah satunya diupayakan dengan menikah dengan seorang gadis Mesir.
Dan Rasulullah pernah berkata kepada sahabat-sahabatnya "Suatu saat kalian akan diterima di Mesir. Maka saat itu terjadi, perlakukanlah mereka selayaknya saudaramu, kerabatmu. Mereka punya hak perbesanan (sebab Maria sudah jadi istri Rasulullah)"
Mariyyah dinikahi Rasulullah pada tahun 7 hijriah. Rasulullah memperlakukan Mariyah sebagaimana beliau memperlakukan istri-istri beliau yang lainnya. Abu Bakar dan Umar pun memperlakukan Mariyah layaknya seorang Ummul-Mukminin.
Allah menghendaki Mariyah al-Qibtiyah melahirkan seorang putra Rasulullah setelah Khadijah r.a. Betapa gembiranya Rasulullah mendengar berita kehamilan Mariyah, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia.
Mariyah mengandung setelah setahun tiba di Madinah. Kehamilannya membuat istri-istri Rasul cemburu karena telah beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun.
Rasulullah menjaga kandungan istrinya dengan sangat hati-hati. Pada bulan Dzulhijjah tahun kedelapan hijrah, Mariyah melahirkan bayinya yang kemudian Rasulullah memberinya nama Ibrahim demi mengharap berkah dari nama bapak para nabi, Ibrahim a.s. Kaum muslimin menyambut kelahiran putra Rasulullah dengan gembira.
Akan tetapi, di kalangan istri Rasul lainnya api cemburu tengah membakar, suatu perasaan yang Allah ciptakan dominan pada kaum wanita.Aisyah bahkan saking cemburunya tidak mau mengatakan bahwa Ibrahim mirip Rasulullah.
Beberapa orang dari kalangan golongan munafik menuduh Mariyah telah melahirkan anak hasil perbuatan serong dengan Maburi, budak yang menemaninya dari Mesir dan kemudian menjadi pelayan bagi Mariyah. Akan tetapi, Allah membukakan kebenaran untuk diri Mariyah setelah Ali ra. menemui Maburi dengan pedang terhunus. Maburi menuturkan bahwa dirinya adalah laki-laki yang telah dikebiri oleh raja.Pada usianya yang kedelapan belas bulan, Ibrahim jatuh sakit sehingga meresahkan kedua orang tuanya. Mariyah bersama Sirin senantiasa menunggui Ibrahim. Suatu malam, ketika sakit Ibrahim bertambah parah, dengan perasaan sedih, Nabi bersama Abdurrahman bin Auf pergi ke rumah Mariyah. Ketika Ibrahim dalam keadaan sekarat, Rasulullah bersabda, “Kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah, wahai Ibrahim.”
Tanpa beliau sadari, air mata telah bercucuran. Ketika Ibrahim meninggal dunia, beliau kembali bersabda,
“Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan perintah yang haq, janji yang benar, dan masa akhir kita yang menyusuli masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas kematianmu lebih dari ini. Kami semua merasa sedih, wahai Ibrahim… Mata kami menangis, hati kami bersedih, dan kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang menyebabkan murka Allah.”
Demikianlah keadaan Nabi ketika menghadapi kematian putranya. Walaupun tengah berada dalam kesedihan, beliau tetap berada dalam jalur yang wajar sehingga tetap menjadi contoh bagi seluruh manusia ketika menghadapi cobaan besar. Rasulullah mengurus sendiri jenazah anaknya kemudian beliau menguburkannya di Baqi’. Dua tahun setelahnya Rasulullah wafat sehingga umur rumah tangannya dengan Mariyyah 3-4 Tahun.
Setelah Rasulullah wafat, Mariyah hidup menyendiri dan menujukan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Dia wafat lima tahun setelah wafatnya Rasulullah, yaitu pada tahun ke-46 hijrah, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Khalifah sendiri yang menyalati jenazah Sayyidah Mariyah al-Qibtiyah, kemudian dikebumikan di Baqi’. Semoga Allah menempatkannya pada kedudukan yang mulia dan penuh berkah. Amin.
![](https://img.wattpad.com/cover/169905780-288-k141912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biografi Istri-Istri Rasulullah
SpiritualDibalik Lelaki yang kuat terdapat istri yang hebat . Rasulullah shalallahu alaihi wasallam merupakan sosok penyeru dalam kebaikan , beliau melewati masa dakwah yang begitu panjang dengan penuh rintangan . Namun semua itu terasa ringan tatkala ada is...