Levi Ackerman sangat jarang mencari udara segar. Perhatiannya selalu ke pekerjaan. Kerja. Kerja. Kerja. Walaupun kebersihan masih dinomor-satukan.
Pekerjaannya sebagai Dokter, membuatnya semakin tahu merawat dan menjaga diri. Tidak seperti dirinya yang dulu lagi.
Merokok. Minum alkohol. Ah, apalagi?
Yang lalu biarlah berlalu, kita jalani saja hidup yang baru ini. Perkataan itu dikutip dari sahabat dekatnya, Farlan Church.
Kini, ia butuh udara segar. Setelah sekian lama tak kunjung menghirup udara segar dari alam. Ia yang biasanya, menghirup udara berbau obat-obatan dan darah. Maklum, ia seorang Dokter.
Tak perlu jauh-jauh keluar dari Rumah sakit, ia hanya perlu berjalan sedikit dari ruangannya berada, menuju Taman. Tempat sejuk tersebut tak terlalu banyak dihuni orang-orang. Jadi ia bisa sedikit bersantai dengan tenang.
Tempat duduk yang ingin ia duduki, sudah ada yang menempati. Tidak apa, lagipula tempat duduk tersebut lumayan panjang. Pasti muat untuk di duduki oleh dua orang.
"Keberatan aku duduk disini?"
Pemuda itu menoleh, merasa diajak berbicara. Lalu ia menggeleng. "Tidak. Ini tempat duduk umum. Siapapun boleh mendudukinya." Pemuda itu tersenyum kearahnya.
Levi tergugu. Tak pernah sekalinya ia melihat seseorang tersenyum sangat manis kepadanya.
"Kau, seorang pasien disini?"
Pemuda itu menggeleng, "Sudah bukan lagi."
"Oh."
"Dan anda, seorang Dokter disini?"
Levi menoleh padanya, "Ya."
Pemuda itu mengerjap, "Baru pertama kalinya aku melihat seorang Dokter duduk bersantai di Taman."
"Memangnya tak boleh?"
"Err, tidak sih. Maaf, aku melantur"
Levi mendengus.
"Umm, bolehkah aku bertanya?"
"Tidak ada yang melarangmu bertanya, Bocah."
Pemuda itu sedikit terkekeh. Merasa geli dengan jawaban yang dilontarkan Pria disampingnya ini.
Ia berdeham, "Sudah berapa lama anda menjadi seorang Dokter?"
Levi tampak berfikir sejenak, "Kira-kira sudah 10 Tahun."
Bocah itu mengangguk-angguk, "Dari umur berapa?"
"Dua puluh."
"Wah, masih sangat muda sekali."
"Ya. Kenapa? Masalah?"
"Tidak. Aku sangat kagum, masih muda sudah bisa menjadi Dokter." Ujarnya berbinar.
Levi tertegun--lagi. Senyum itu. Tatapan yang berbinar itu. Mengekspresikan kekaguman yang tak dibuat-buat. Polos apa adanya. Mengingatkannya kepada seseorang yang ia sukai dulu.
Memang sedari awal, ia sangat Familiar dengannya. Wajah itu. Mata itu. Senyum itu. Badannya yang ringkih itu. Rambut Brunette-nya. Semuanya sangat mirip.
Mirip dengan seseorang yang ia Cintai dulu. Spontan, Levi bertanya;
"Siapa namamu?"
Pemuda itu menoleh--lagi. Kali ini ia tersenyum. Jenis senyum yang tak ingin dilihat semua orang.
"Eren."
____________
Btw, ada yg mau join gc wa wattpadku? Yg minat bs DM saya di wattpad ya ^^ kirim nmr wa mu, nanti ku invite ke grup. Trimakasih :)
Voment! ^^
Shitaackerman
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa Yang Terikat Denganmu [RivaEre] END ✔
FanfictionLevi berprofesi menjadi seorang Dokter handal di Rumah sakit ternama. Entah kebetulan atau apa, ia bertemu dengan seorang pemuda misterius. Ia merasa sangat Familiar dengan pemuda itu. Setelahnya, Levi merasa seperti mengingat suatu kejadian yang te...