Akhir yang tragis. Dimana kisah mereka, akan berakhir disini.
[Berlin Jerman, 29 Maret 2005]"Nah Eren, untuk saat ini kau sudah lumayan membaik dari yang sebelumnya. Kusarankan jangan banyak bergerak ya, Manis~"
Eren mengangguk, "Terimakasih Hange-san."
"Oi, sudah belum?"
"Eh? Memangnya kenapa?" Hange bertanya bingung, lalu mengerling jahil. "Ah aku tahu, kau ingin berduaan dengan Eren kan disini?~"
"Ck, jangan banyak membacot mata empat."
"Aww, apa aku benar?" Hange menggigit bibir gemas, lalu menoleh ke Eren. "Eren, jangan termakan rayuannya si Cebol ini ya. Kalau kau di 'ini-itu'kan olehnya, panggil saja aku. Aku akan dengan senang hati menghajarnya~"
Paras manis Eren menghangat.
Levi mendecih sebal, "Keluar sekarang atau aku yang akan menendang mu sekarang juga."
"Dasar Cebol tak sabaran!" Dengan begitu, Hange melipir kabur sebelum terkena 'Kick' andalan Levi.
Levi menghela nafas kasar, lalu menoleh ke Eren. "Jangan dengarkan dia. Anggap saja Anjing menggonggong."
Eren mendengus menahan tawa.
"Menurutku Hange-san orang yang baik kok."
"Hah? Oi, bocah. Katakan sekali lagi dan kupastikan kau akan menyesalinya seumur hidupmu."
Eren terkekeh, "Anda berlebihan, Sir."
Levi memutar mata," Aku tak berlebihan. Aku apa adanya, Bocah."
Eren terkikik geli. Levi hanya diam menatapnya.
"Oh ya ngomong-ngomong, apa aku diperbolehkan untuk keluar?" Ucap Eren sedikit berharap.
"Kau tahu jawabannya, Bocah. Tidak boleh."
Mendengar itu, Eren terdiam. Ia menunduk. Wajahnya yang muram membuat hati dingin Levi merana. Sebenarnya ia sedikit kasihan, mau bagaimana pun, Eren adalah seorang Bocah yang Hyperaktif. Pada dasarnya, Bocah yang kelewat Hyperaktif itu, tidak akan pernah diam walau sedang sakit sekalipun.
Levi menghela nafas, "Oke. Hanya sebentar."
Eren mendongak. Wajahnya berbinar, terlihat cerah dan manis disaat yang bersamaan.
"Terimakasih, Dokter Levi!"
Levi mendengus, ia tersenyum tipis.
"Tunggu disini, aku akan mengambil kursi roda dulu."
Eren mengangguk antusias.
Setelah beberapa menit menunggu, Levi pun datang dengan membawa kursi roda sesuai perkataannya.
"Bisa naiknya?"
Sedikit ragu, "Y-ya. Aku bisa."
Sesaat sebelum Eren berusaha menaiki kursi roda, Levi menahannya.
Eren mengerling bingung, "Eh?"
"Kalau tak bisa, jangan di paksakan. Kubantu kau naik." Levi sedikit berjongkok didepan Eren yang masih terduduk diatas Ranjang.
"Eh, T-Tak usah Sir. A-aku bisa kok."
"Cepat naik ke punggungku. Jangan membantah, atau kita tak jadi keluar."
Mau tak mau Eren mengiyakan. Ia tak mau kalau ancaman Levi sampai benar-benar terjadi. Akhirnya, Eren pun menaiki punggung Levi dengan perlahan. Wajahnya memerah malu. Sayang sekali untuk Levi, karna ia tak bisa melihat wajah merona Eren yang sangat manis dimatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa Yang Terikat Denganmu [RivaEre] END ✔
FanfictionLevi berprofesi menjadi seorang Dokter handal di Rumah sakit ternama. Entah kebetulan atau apa, ia bertemu dengan seorang pemuda misterius. Ia merasa sangat Familiar dengan pemuda itu. Setelahnya, Levi merasa seperti mengingat suatu kejadian yang te...