06. Shot Through Your Heart♡

20K 622 40
                                    

Aku kebangun jam 2 pagi. Daddy di meja belajarnya, baca buku. Daddy udah disana dari jam 11 tadi.

Aku turun dari kasur, ngeliatin Daddy baru ngapain. Oh, nyari materi penelitian.

"Itu deadlinenya kapan, Dad?"

"Ga ada deadline, sebelum di DO aja pokoknya."

Enak juga ya, ga perlu buru-buru. "Terus Daddy mau ngumpul kapan?"

"3 bulan lagi."

Hah!? Masih lama banget.

Daddy narik aku ke pangkuannya. Aku nurut aja, terus aku pegangin tangannya biar Daddy meluk aku. Hehehe anget...

"Nanti diperiksa dosen ya, Dad?"

"Nanya terus kaya polisi," Daddy nempelin dahi di leherku. Dad... nafasnya... geli banget di punggung... hm aku pura-pura kuat aja deh daripada digodain :(

"Engga Baby, mau nyicil aja biar sekalian selesai hari ini."

Lewat berapa menit, Daddy mau baca bukunya lagi. Aku tahan tangannya. "Tugas ini kurang berapa banyak?"

"2 halaman lagi. Kenapa sih?" tanya Daddy.

Berarti ga urgent kan ya. Tinggal sedikit pula. "Berarti masih bisa diselesein besok kan? Ayo tidur aja, daripada migrain!" kataku. Aku tepok-tepok lututnya agak keras, maksa.

"Sssst no little space, I hate that."

Malah dikata little space tuh gimana deh. Anak kecil ga akan marahin papanya tidur jam berapa :(

"Makanya Daddy jangan baca buku terus! Ayo tidur sama aku!" Aku tempelin sticky notes ke buku-buku Daddy. "Nih, tandain gini biar gampang dicari. Topik terakhirnya apa? Tulis di notes. Ayo dong, mau begadang sampe jam berapa sih."

Aku sodorin bolpoin ke Daddy, tapi ga diambil.

"Ga mau," kata Daddy. Dia masih senderan di leherku.

"Daddy! Coba apa alesannya harus selesai sekarang? Dosen Daddy mau cuti? Kerjaan lagi banyak bulan ini? Penelitiannya ada masalah?" aku maksa.

"Engga juga sih."

Daddy diem-diem batu juga ya. Aku sampe kudu bujuk Daddy dulu, marahin dulu dari A sampe Z, dongengin, tapi untungnya Daddy nyerah waktu dicubit pahanya. Huh kaya anak TK.

Aku perhatiin Daddy waktu nulisin notesnya. Isinya yah gitu deh, aku sendiri ga paham. Pokoknya istilah-istilah ilmu komunikasi, sama studi kasusnya.

Aku narik Daddy ke kasur setelah notesnya selesai ditulis.

Aku langsung dorong dia sampe jatuh di kasur. Hehehe barbar sih, tapi daripada keburu kabur kan.

Ga perlu waktu lama sampe aku ikut tiduran di sampingnya.

"Tidur ya, Dad," kataku. "Jangan maksain badan."

Daddy meremin mata. Dia mijet-mijet pelipisnya, tangannya agak lemes. Tuh kan, Daddy udah capek :(

Aku baru mau nawarin buat mijet kepala Daddy, waktu dia bilang, "ngomong-ngomong, Baby, aku dapet laporan dari cleaning service..."

Mataku melebar. "Dad, ini udah pagi," aku nyela.

"...tadi ada yang ngerusuh di lantai 4," Daddy ga dengerin aku. "Terus tadi kamu minta dijemput di toilet lantai 4, keluar-keluar nangis. Kenapa tuh?"

Aku kira bisa menghindar dari topik ini. Soalnya tadi siang aku diem aja, dan Daddy yang tadinya tanya-tanya jadi ikut diem juga. Siapa yang tau kalo staff mall bakal lapor...

"Dad," kataku sambil nunduk, "iya maaf aku belom jadi beliin es krim. Ntar aku beliin. Kalo ketemu cleaning servicenya aku juga bakal minta maaf. Jadi, udah kan ya?"

"Bagus, bagus. Tapi sebagai pemilik mall, Daddy mau tau."

Aku nelen ludah. Aku liatin Daddy sebentar. Daddy masih nungguin aku ngomong.

"Ih... kok jadi sombong gini sih," aku pura-pura kesel.

Daddy ga nanggepin. Kayanya emang bukan waktunya buat bercanda :(

Kalo dijelasin, aku harus cerita masa laluku juga. Jujur, aku gamau lagi bahas pengalaman buruk. Bikin sedih aja.

Lagian akhir-akhir ini aku udah mulai seneng karena temenku di kampus sama Scarlet baik-baik. Aku pengen bisa seneng sepenuhnya lagi, tanpa kebayang abuse.

"Okay, I get it, jadi ceritanya privasi," kata Daddy. "Gini aja, kamu kasih tau Daddy, dia staff mall bukan?"

Aku geleng. "Bukan, Dad."

"Temenmu?"

"Ya... temen," kataku ragu, karena sebenernya sih mantan aja, bukan temen lagi.

Daddy ngusap kepalaku. "Aku gatau situasinya, tapi kalau kalian ada masalah, semoga cepet selesai ya, Baby."

Aku ngeliatin Daddy. Ini selalu berhasil bikin aku meleleh, kalo aku bener-bener gamau, Daddy ga maksa. I guess I made a good choice to stay with him for 6 months...

"Aku usahain itu ga akan terjadi lagi, Dad," kataku sambil benerin selimut.

Daddy ngangguk, tangannya masih ngelusin rambutku. "Kalo terjadi lagi, kamu dapet denda. Beliin soft serve sebulan."

Kenapa sih Daddy tuh cute.

"Aku bayar deh," aku senyum.

"Udah, katanya tadi suruh tidur. Good night, Babe," katanya sambil matiin lampu.

Entah kenapa keinginan buat peluk Daddy kuat banget, tapi aku tahan. Daddy lagi capek, mungkin lebih baik dia cepet-cepet istirahat tanpa diganggu. "Sleep tight."

Sorry, I still can't tell the truth, and thank you for being so understanding :')

❤❤❤❤

Lama banget ga update, akhirnya bisa update juga huhuhu hope you like this chapter!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sugar Baby♡ || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang