Epilog

753 103 19
                                    

Sekitar pukul dua belas siang, mereka berempat langsung menggelar karpet di samping pohon besar yang ada di taman. Segala makanan bunda keluarkan dari tas, membuat ayah serta dua bocilnya bertepuk tangan kegirangan.

Akhirnya makan siang.

Setelah berjalan jalan setengah hari di taman yang penuh akan patung dan badut sebagai penghias, mereka berteduh dan menikmati makanan yang bunda buat.

Selagi menata makanan dan mengambil piring, mata Guanlin yang tadinya terfokus pada mainnya beralih, ke arah salah satu anak yang menoleh kanan kiri. Tubuhnya terdorong dorong di antara kerumunan, matanya sudah basah karena menangis.

Tanpa izin pada ayah bunda, Guanlin berdiri, meninggalkan mainannya dan cepat cepat berlari ke arah anak tersebut.

Menarik ke pinggir jalan agar tidak terdorong dorong arus orang yang ridak beraturan.

Guanlin selaku yang lebih tinggi disini memeluk anak itu erat. Tubuhnya gemetaran, air matanya makin mengalir dan berkali kali memanggil orangtuanya.

Seketika Guanlin paham, anak ini hilang.

Pelukannya di lepas, menatap mata anak tersebut dalam dalam --lebih tepatnya jatuh karena tanpa di sadari ia bisa melihat galaksi dalam matanya, indah.

"Emang mama kamu kemana?"

Gelengan lemahnya buat Guanlin makin iba. Bibirnya bergetar, tanda tangisnya akan pecah lagi.

Namun tindakan Guanlin selanjutnya mampu buat lawan bicaranya terbungkam. Bahkan niat awal ingin menangis tidak terlaksana sama sekali.

Satu kecupan mendarat di atas bibirnya, dan pelukan menyusul setelahnya.

"Setiap aku nangis, mama selalu cium sama peluk aku. Katanya bisa nenangin. Bener sih, hehe. Semoga dengan ini kamu bisa tenang ya, habis itu kita cari mama kamu sama sama"

Anggukkan pelan dan tangan yang memeluk Guanlin jadi jawaban.

Entah dorongan dari mana, ia mendongak, menatap Guanlin yang sedang menoleh kesana kemari entah apa tujuannya.

"Kamu ganteng ya, hehe"

Lantas Guanlin menunduk, tertawa karena omongan Jihoon dan suara Jihoon yang serak karena sehabis menangis.

"Udah banyak yang bilang gitu, sih. Oh iya, nama aku Guanlin, kamu siapa?"

"Aku Jihoon. Di peluk kamu enak ternyata, ya"

Guanlin tertawa lagi, lalu makin mengeratkan pelukannya.

"Iya emang, pelukan itu bikin tenang. Makanya nanti kalo kamu sedih, minta peluk aja sama mama papa kamu"

Mengangguk, Jihoon tenggelamkan kepalanya pada dada Guanlin, tersenyum dalam diam.

"Aku panggil kamu Linlin, boleh?"

Anggukkan serta senyuman Guanlin jadi jawaban, buat Jihoon makin tersenyum lebar.

¤¤¤

Dua anak kecil serta satu yang lebih besar itu sedang di ruang informasi. Soal kehilangan Jihoon sudah di umumkan tadi. Dan ini lima menit setelahnya.

Yang paling besar mencolek Guanlin, lalu memasang ekspresi bertanya.

"Temen aku, bang Yoongi gak usah kepo"

Lalu mengangguk setelahnya. Yoongi terlalu malas untuk mengulang pertanyaan. Toh, dia tidak kepo kepo amat, jadi biarlah.

Kepalanya di sandarkan. Sebetulnya ia malas ikut ikut Guanlin kesini. Namun yang namanya Guanlin dan segala alibinya, bunda memaksa Yoongi untuk ikut sampai kesini.

Jihoon masih menggigit bibir bawahnya gelisah, berkali kali melihat ke arah pintu masuk. Siapa tahu orangtuanya datang.

Guanlin menepuk pundak Jihoon pelan, lalu merentangkan tangan, berniat beri pelukan.

Namun satu suara menginterupsi, buat mereka bertiga menatap ke arah orang yang berada tak jauh dari mereka.

"Hyungseob, nanti di masa depan, aku sama kamu bakal ngalamin hal rumit. Nah, bareng sama anak anak itu! Yang disana! Itu yang tiga lagi duduk disana, Seob!"

Lantas buat mereka mengernyit bingung.

Kok tiba tiba main tunjuk begitu?

"Apaan, sih? Kita kan tadi cuma lawan main game doang! Aku pengen hadiahnya, tapi malah kamu yang menang! Udah sana, pergi! Aku males liat kamu, kebayang hadiahnya terus!"

"Hyungseob, inget nama aku, dong! Nama aku Woojin! Aku aja inget nama kamu, masa kamu enggak?!"

"Ih, bodo amat! Aku gak peduli nama kamu siapa juga, kan nanti kita gak ketemu lagi ini! Udah sana kamu ke mama kamu, aku mau ke kamar mandi gak usah ikut ikut!"

Dan total buat tiga anak yang sedang duduk di kursi tunggu terbengong heran.

Kan mereka tidak saling mengenal, kenapa harus mengalami hal rumit bersama mereka?

Tapi Yoongi si manusia paling tidak peduli memilih tidak peduli, lalu memejamkan mata.

Namanya juga bocah, gak usah di anggap serius ucapannya.










































▪▪▪

사랑해~❤!

2019년  4월  23일

Panophobia [PanWink] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang