Part 1. Dinda dan Kanda

2 2 1
                                    

Selamat datang di imajinasi aku..
Semoga kalian suka sama imajinasi romantis ini






Sinar matahari menerobos melalui sela-sela jendela yang masih tertutup rapat. Tubuh itu masih terlelap dengan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya, hanya beberapa helai rambut yang menyembul keluar dari balik selimut. Tidak terganggu sama sekali dengan suara berisik didepan kamarnya.

Duk duk duk

"Dinda ini udah siang, kamu sekolah nggak sih nak?" Teriakan wanita terdengar dari depan pintu kamarnya, jangan lupakan gedoran yang bisa menyebabkan pintu roboh.

Duk

Duk

Duk

" Dindaaaa!!! Bunda hitung sampai tiga ya, kalau kamu nggak bangun juga jangan harap hari ini dapat uang jajan ".

" Satu "

"Dua"

Tubuh yang terbaring diatas kasur itu mulai menggeliat pelan, tanda kesadaran mulai menyergap dirinya.

"Ti.."

"Dinda bangun bunda, Dinda udah bangunnn!" Gadis itu berteriak sambil mencoba membuka matanya.

"Anak gadis kok bangun siang-siang. Cepetan mandi, 15 menit kamu udah harus turun sarapan" suara bundanya bertambah lirih yang artinya bunda sudah pergi dari pintu kamarnya.

Gadis itu mengerjabkan matanya, menyesuaikan pengelihatan setelah kesadarannya yang mulai terkumpul.
Tak berapa lama gadis yang akrab di panggil Dinda itu turun dari ranjang dan berjalan memasuki kamar mandi.

*
*
*

"Kamu kesiangan. Nggak usah sarapan dirumah nanti telat. Udah bunda buatin bekal" kata bundanya sambil memasukkan kotak bekal kedalam ransel sekolahnya.

"Tapi aku lapar bunda" rengek Dinda dan mencoba mengeluarkan lagi kotak bekal dari dalam tas, tapi belum sampai kotak bekal itu keluar tangan Dinda sudah di tepis sama bundanya.

"Siapa suruh kamu bangun telat, jangan bilang kamu begadang nonton drama korea semalaman?" Omelan dan pelototan bundanya menjadi salah satu menu sarapan Dinda setiap harinya.

Dinda manyun dan mengambil gelas susu yang terletak didepannya, mulai menyesapnya pelan-pelan karena masih panas.

"Nggak bun, nggak salah hehehe" cengir Dinda.

"Kamu ini. Lama-lama bunda cabut juga wifi rumah biar kamu gak bisa nonton terus, kamu itu udah mau kelas 3. Nilai masih berantakan, disuruh les nggak mau. Kamu itu sebenarnya mau jadi apa sih nak" omelan bundanya masih berlanjut disepanjang pagi.

Bahkan ketika mengantar Dinda sekolah omelannya masih belum juga kelar. Tapi Dinda tidak pernah memusingkan semua omelan bundanya. Yang perlu diingat adalah jangan membantah, kalau dibantah hmm Dinda yakin omelannya akan berlanjut sampai tahun depan.

"Kamu denger kata bunda kan? Pulang sekolah jangan keluyuran. Kita ke rumah tetangga baru sebelah rumah."

Dinda mengulurkan tangan untuk salim pada sang bunda, lalu merapikan sedikit rambut sebahunya dan mengambil tas sekolahnya. Sambil turun dari mobil, Dinda menyahut dengan malas.

"Iya bun, nanti Dinda langsung pulang naik ojek online".

"Ya udah. Nanti pulangnya hati-hati".

"Iya. Bunda juga hati-hati ya nyetirnya". Kata Dinda seraya melambaikan tangan dan segera bejalan menuju gedung kelasnya.

*
*
*

"Siang banget Din, pasti abis begadang nih". Sapa Rara teman sebangku Dinda yang udah duduk manis dibangkunya.

Oops!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang