Part 3. Nenenin batu

1 0 0
                                    



Hai hai ketemu lagi sama Sagara dan Dinda. Ada yang kangen sama mereka nggak?








Sagara menatap dalam diam gadis disampingnya. Kata mantan sedikit mengusik rasa ingin tahunya tentang gadis itu.

Sebenarnya pertama kali Sagara melihat Dinda bukan ketika di kantin sekolah siang tadi, tapi kemarin malam. Ketika ia baru sampai dan ingin turun dari dalam mobil, ia melihat Dinda berdiri diam di lantai dua menatap kamar yang berada diseberang balkonnya. Sagara yang pada dasarnya cuek, tidak melihat lebih lanjut apa yang dilakukan gadis itu.

Ketika Sagara sampai dikamarnya dilantai dua, dia masih melihat Dinda berdiri diam menatap kamarnya. Untung gorden menjadi penghalang pengelihatan Dinda tentang adanya dirinya didalam kamar itu. Tidak lama kemudian ia melihat Dinda berjalan pelan memasuki ruangan yang Sagara perkirakan sebagai kamar Dinda.

"Kamu masih ada dendam sama pemilik kamarku sebelumnya atau bisa disebut mantan kamu?" Tanya Sagara penasaran.

"Enggak ada" sangkal Dinda.

"Terus kenapa kemarin malam kamu ngelihatin kamar aku seolah ingin membakar kamar itu".

"Kamu tahu?" Tanya Dinda malu. Mukanya memerah.

"Tentu saja. Aku ada didalam kamar ketika kamu ngelihatin kamar aku terus. Aku sampai merinding, kupikir kamu gadis cabul".

"Cabul apaan? Aku aja nggak tahu kamu ada di dalam".

"Jadi?" Tanya Sagara lagi.

"Apaan?".

"Udah lah. Malesin." jawab Sagara sambil berdiri.

"Mau kemana?" Tanya Dinda penasaran.

Sagara tidak menjawab. Berjalan pelan memasuki rumah Dinda, Dinda ikut berdiri dan berjalan mengekori Sagara memasuki rumahnya. Sesampainya di dalam rumah, Sagara menemukan mamanya sedang mengobrol dengan bunda Dinda di ruang tamu. Sagara menghampiri dua wanita paruh baya itu dengan pelan, jangan lupakan Dinda yang masih setia berjalan dibelakang Sagara.

"Ma, Sagara mau keluar dulu." Kata Sagara sambil memegang lembut tangan mamanya.

"Mau kemana? Pulang?" Tanya mama Sagara heran.

"Enggak, mau jalan-jalan bentar keliling komplek. Kemarin belum sempat keliling."

"Gara mau jalan keliling komplek? Biar ditemani Dinda aja ya, takutnya nanti kamu nyasar." Itu suara bunda Dinda yang menyahuti.

"Kok Dinda sih bun? Dinda mau tidur siang."

Tentu saja Dinda malas sekali harus menemani Sagara keliling komplek, yang ada nanti sepanjang jalan mereka lebih mirip orang asing. Diem-dieman. Ya walaupun mereka berdua belum bisa dikatakan sebagai teman, tapi ya kali jalan sama orang rasa jalan sama batu.

"Heh nggak boleh nolak. Sana pergi, temenin nak Gara keliling komplek." Usir bunda Dinda tanpa menerima bantahan.

Dengan langkah gontai Dinda mengikuti Sagara berjalan menuju gerbang rumah Dinda. Sepanjang perjalanan hanya suara Dinda yang terdengar sesekali menjelaskan jalan-jalan sekitaran komplek perumahan mereka. Sagara?, Tentu saja diam dan sesekali menggumam kecil.

"Kalau gang kecil itu nanti tembusnya ke kuburan, kalau gang depan itu buntu. Sepanjang gang depan itu paling cuma ada sekitaran 7-8 rumah." Terang Dinda sambil menunjuk gang yang ada di sebelah kirinya dan gang di depan mereka.

"Hmm." Gumam Sagara sebagai jawaban.

"Kak Gara sariawan? Sakit gigi? Dari tadi cuma ham hem ham hem doang. Udah capek-capek nerangin malah dijawab ham hem ham hem doang. Resek ih." Gerutu Dinda kepada pemuda yang masih setia berjalan disampingnya.

Oops!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang