29

81.2K 3.1K 37
                                    

Berita tentang kecelakaan pesawat itu membuat keluarga Arkan maupun Qira shock. Mereka tak bisa membendung tangisnya saat Qira dan Arkan belum ditemukan.

Tiga hari berlalu. Akhirnya polisi mengumumkan bahwa ada sebelas orang yang masih selamat, meskipun dalam kondisi tidak sadarkan diri. Sisanya meninggal dan belum ditemukan.

Syukurlah Arkan dan Qira adalah salah satu korban yang selamat. Sudah dua minggu keduanya dirawat di ruma sakit. Arkan baru saja sadar dua hari yang lalu. Sedangkan Qira masih belum sadar hingga saat ini.

Kini Arkan berada ditempat Qira dirawat. Dia sangat takut, kejadian beberapa bulan yang lalu terulang lagi. Sungguh Arkan tidak ingin kehilangan Qira.

Arkan membulatkan matanya saat dia tau jemari Qira bergerak.

Arkan keluar dari ruangan tersebut untuk mencari Eza. Kebetulan sekali Eza berada disekitar ruangan Qira di rawat.

"Qira sudah sadar!"

Mendengar perkataan Arkan, Eza langsung melangkahkan kakinya menuju keruangan Qira di rawat. Sementara Arkan menghubungi keluarga Qira.

Eza melakukan beberapa pemeriksaan. Kini Qira sudah siuman.  Arkan dan orang tua Qira bernafas lega saat Qira membuka matanya kembali.

"Qira kenapa, Mah, Pah?"

Nadhira menghampiri putrinya. Mengusap lembut kepala putrinya.

"Kamu kecelakan pesawat, sudah dua minggu kamu tidak sadarkan diri."

Qira merasa binggung. Dia sama sekali tidak mengingat kejadian tersebut.

Qira menatap laki-laki yang berdiri disebelah orang tuanya. Qira merasa tidak asing dengan laki-laki itu. Tapi dia siapa? Qira tidak ingat.

"Mah, Rey mana?"

Jantung Arkan rasanya ingin berhenti saat Qira mengucapkan kalimat itu. Eza menatap Arkan, kemudian laki-laki itu hanya menggeleng menjawab isyarat dari tatapan Eza.

Hari dimana Arkan siuman.

Setelah Arkan siuman, dia langsung menemui Qira. Memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. Lamunan Arkan buyar saat Eza menghampirinya.

"Ada yang harus saya sampaikan kepada kamu. Ini soal Qira."

Arkan bangkit dari duduknya. Menatap Eza lekat. Dia tidak ingin mendengar kalimat buruk dari Eza lagi, Arkan tak ingin kejadian beberapa bulan yang lalu terulang.

"Qira pasti selamat, gue yakin itu!"

"Kemungkinan Qira selamat memang besar. Namun benturan pada kepalanya bisa mengakibatkan hilang ingatan."

Arkan terdiam untuk beberapa saat. Bagaimana jika Qira terbangung dengan tidak mengingatnya?!

"Apa itu udah pasti?"

"Itu masih belum pasti. Kita bisa melihat ketika Qira sadar. Saran saya ketika dia kehilangan ingatnya, jangan memakaksanya untuk mengingat karena itu akan berakibat buruk. Kemungkinan ini tidak akan terjadi dalam kurun waktu yang lama."

Arkan menghela nafas kasar. Dia menatap Qira yang masih terbujur di ranjang.

"Aku harap ketika kamu sadar, kamu masih ingat aku."

"Sekarang tahun berapa?" Tanya Eza kepada Qira.

"2016."

Dugaan Eza ternyata benar. Qira kehilangan sebagian ingatannya. Yang jelas Qira bukan hanya tidak mengingatnya namun juga tidak mengingat Arkan.

Tanpa mendengar penjelasan dari Eza, orang tua Qira sudah mengerti arti dari tatapan Eza. Karena memang sebelumnya Eza sudah menyampaikan hal ini.

"Hal apa yang terakhir kamu ingat?" Eza kembali bertanya kepada Qira.

"Pertunangan saya dengan kekasih saua Reyland."

Arkan memejamkan matanya mendengar itu. Hatinya terasa sakit saat Qira tidak mengingatnya. Ingin sekali Arkan mengatakan jika bukan pertunangannya dengan Rey yang harus Qira ingat, namun rencana pernikahan mereka! Namun Arkan tak bisa melakukan hal itu. Dia tak ingin Qira tersiksa dipaksa untuk mengingat.

Arkan sudah tak kuat lagi mendengar hal itu. Dia memutuskan keluar dari ruangan tersebut. Qira hanya menatap kepergian Arkan dengan tatapan bingung. Dia penasaran siapa laki-laki itu.

"Kenapa kalian ga jawab pertanyaan Qira? Reyland kemana?"

Qira menatap penuh tanya kearah orang tuanya. Nadhira tak bisa berucap apapun, dia takut kematian Reyland akan kembali melukai hati putrinya

Nadhira meminta Nathan, suaminya untuk memberi tau Qira.

"Reyland sudah meninggal dua tahun yang lalu sayang."

Qira menatap Nathan tak percaya. Bagaimana Reyland bisa meninggal? Ketika dalam ingatannya kemarin dia baru saja bertungan dengan Reyland.

"Itu semua ga mungkin Pah, Rey ga mungkin meninggal!"

"Sekarang 2019 sayang. Kamu hilang ingatan, yang kamu ingat hanya memori sebelum pertunangan kamu dengan Rey. Itu sudah tiga tahun yang lalu. Dan kamu harus bisa menerima itu sekarang."

Qira termenung, jadi dia kehilangan ingatannya. Kenapa rasanya begitu hambar. Dia memang merasa kaget saat dia tau Reyland meninggal. Namun kenapa rasamya kosong, Qira memang sedih. Tapi bukan sedih seperti ini yang harusnya Qira rasakan. Bukankah dia sangat mencintai Reyland?

Qira kembali berfikir. Sebenarnya apa yang sudah terjadi selama ini?

***

Arkan hanya menatap Qira dari luar ruangan. Kenapa Qira harus kehilangan ingatkan tentangnya ketika wanita itu sudah mulai mencintainya.

"Mas.."

Arkan menoleh saat ada seseorang yang menepuk bahunya. Dia adalag Ayesha, adiknya.

"Qira udah sadar?"

Arkan mengangguk.

"Terus kenapa lo masih disini?"

"Dia lupain gue, Sha. Ketakutan gue selama ini terjadi."

Arkan mengucapkan hal itu dengan senyum miris. Ayesha bisa merasakan kesedihan di mata kakaknya. Ayesha benci keadaan seperti ini. Ayesha benci saat Arkan merasa sedih seperti ini.

"Dia lupain gue, Sha."

Arkan memeluk Ayesha erat. Seakan melampiaskan kesedihannya. Ayesha menepuk-nepuk punggung Arkan untuk menenangkannya.

"Gimana kalau Qira ga akan inget sama gue?" Arkan melepaskan pelukannya.

"Apa lo akan nyerah?"

"Ga akan. Gue akan selalu disisi dia, mau dia inget sama gue atau gak."

Ayesha tersenyum, begitu tulusnya perasaan Arkan kepada Qira.

"Perasaan lo, yang akan membuat Qira mengingat semuanya. Jangan pernah ada niatan untuk menyerah, karena sedetik aja lo berfikir akan hal itu, lo akan kehilangan Qira. "

My Crazy CEO (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang