Damn!

49 7 13
                                    

Malam ini hujan turun begitu derasnya membasahi bumi,  malam kelabu tanpa rembulan yang bersinar terang,  langit yang terlihat begitu polos tanpa satu saja bintang yang menghiasi.  Seolah semua enggan untuk bertemu dengan gadis yang kini tengah termenung di sebuah halte bus. Seperti tak ada satupun yang mau berpihak dengannya. Teman-temannya?  Menghilang begitu saja bagai ditelan bumi, setelah pengumuman kelulus SMA mereka pergi mengejar cita-cita masing-masing tanpa satupun yang mau memberinya kabar. Teman laki-laki yang selalu membuatnya nyaman pun pergi begitu saja setelah ia menolak cintanya.  Bukan maksud hati untuk menolaknya,  hanya saja ia tak mau persahabatannya hancur karena ada sebuah ikatan yang belum tentu ujungnya. Namun naasnya sekarang, justru karena hal itu ia menghilang dari hadapannya. Sedangkan orangtuanya?  Sibuk dengan pekerjaannya,  sampai lupa untuk pulang,  uang selalu memenuhi otaknya,  uang uang dan uang.  Seolah uang adalah anak kandungnya. Selalu dicari, selalu di hargai,  dan selalu dinanti kehadirannya. Teman kampusnya juga menyebalkan sekali,  tak ada yang tulus untuk berteman dengannya. Saat itu bahkan sampai sekarang ia sedang membutuhkan bahu untuk bersandar. Ia masih begitu terpukul atas kematian kakaknya beberapa waktu yang lalu.

Damn!  Tak sadar sebuah mobil melewati sebuah genangan air yang berada didepannya hingga membuat bajunya basah dan kotor dan juga sebuah buket bunga mawar putih yang sudah digenggam tangannya erat tentu juga ikut kotor. Kemudian mobil itu berhenti tak jauh dari dirinya, syukur deh kalo dia mau minta maaf. namun perkiraannya salah, justru pemuda rese itu berhenti hanya untuk memeriksa keadaan ban mobilnya.  Segera mungkin ia menghampirinya karena hujan sudah sedikit reda dan hanya menyisahkan sedikit gerimis.  Kemudian ia menendang ban mobil yang sedang diperiksa oleh pria tersebut.
Sontak pria itu terkejut.

"eh apa-apaan lu,  nendang mobil gue! " ucap pria tersebut

"lo yang apa-apaan! Gara-gara lo baju gue basah,  lo tau apa ini? Gara-gara lo bunga gue juga ikut basah,  asal lo tau aja cari bunga mawar putih tu gak segampang lewat di kubangan air!"

"maksud lo apaan!"

"gara-gara mobil lo lewat kubangan air tadi baju gue sama bunga gue kotor kena cipratan air"

"itu sih salah lo sendiri siapa suruh duduk disana. Yaudah sih gak usah basa-basi minta duit berapa lo?! "

"gak semuanya bisa diganti sama uang!  Gue gak butuh uang lo!" ucapnya nanar lalu meninggalkan pria itu yang masih menatapnya heran

****

Namaku Vanya Ratna Suryadewi. Bunga mawar putih,  itulah satu-satunya hal yang paling aku sukai. Bahkan aku selalu menghiasi vas dirumah dengan bunga mawar putih.  Dengan hal begitu, mungkin banyak orang yang menganggapku aneh dan misterius. Tapi percayalah aku bukan orang seperti itu,  hanya saja bunga mawar putih menurutku penuh arti.  Warnanya putih menampakkan keanggunan dan keindahan. Seperti hal yang belum pernah tersentuh dan masih polos untuk mengerti apa itu cobaan hidup. Selalu menampilkan keindahan, meskipun banyak duri yang menancap.  Walaupun ujung-ujungnya akan menghitam dan layu. Oleh karena itu aku sangat marah saat bunga yang susah sekali ku dapatkan ternodai begitu saja oleh cipratan air kotor. 

"Non Vanya udah dapet bunganya non? Ini yang divas ruang kamar non udah layu" ucap Bik Irah selaku ART di rumah Vanya

"nggak bik,  tadi udah dapet, tapi kotor kena cipratan air. Terus Vanya buang" ucap Vanya lesu

"yaudah besok bibik aja yang cari ya non" ucap bik irah

"iya deh bik. Makasih ya bik."

Kemudian Vanya menuju ke kamar tidurnya,  ruangan itu didesain cukup mewah. Namun bukan kemewahan lah yang diinginkannya.  Melainkan kasih sayang kedua orangtuanya yang kini telah pudar. Setelah sepeninggal kakaknya yang bertepatan saat awal Vanya memasuki dunia perkuliahan,  orang tuanya memang jarang pulang.  Boro-boro pulang untuk menjenguknya seminggu sekali saja, bahkan sekedar memberi kabarpun mereka tak sempat.  Mereka seperti sudah tak menganggap Vanya itu ada. padahal Vanya hanya ingin merasakan hangatnya keluarga ini lagi,  meskipun tanpa sang kakak. Karena yang merasa kehilangan bukan hanya orangtuanya,  tapi vanya juga merasakan.  Ditambah lagi keluarga yang seharusnya saling menguatkan justru mereka menambah beban pada Vanya.  semenjak Kakak tersayangnya Vanya yang bernama Aldo itu meninggalkannya untuk selamanya. Orangtuanya begitu terpukul dan mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Mereka juga sering bertengkar memeperdebatkan dan saling menyalahkan akan kematian kakaknya itu. Kak Aldo meninggal saat Vanya hendak memasuki dunia perkuliahan dikarenakan sebuah kecelakaan. Disini semua orang tak rela kehilangan kak Aldo,  namun mengapa Papa dan Mama harus menelantarkan Vanya yang juga berstatus sebagai anaknya.  Memang kehidupan Vanya enak,  uang mengalir begitu derasnya di kartu ATM vanya,  namun bantinnya sungguh tersiksa dengan keadaan ini.  Tak ada yang mau mendengarkan keluh kesahnya,  tak ada bahu yang bersedia menjadi sandaran hidupnya,  tak ada tangan yang mau terulur untuk mengusap air matanya.  Tak ada lengan yang mau merangkul dan memberi kehangantan kepadanya.  Tak ada sedikit saja humoran teman-temannya untuk melupakan sejenak saja tentang kepedihannya. Lalu kapan snow white akan bangun dari mimpi buruknya?

*****

Sinar matahari mulai menyelusup melalui celah-celah tirai kamarnya. Pantas saja, bahkan jam bekker di atas nakas sudah menunjukan pukul setengah 7 pagi. Ia sampai melewatkan waktu subuh.  Vanya memang terkadang sholat, tapi itu terkadang. Bukan apa-apa, itu karena kakak tersayangnya dulu selalu menyuruhnya sholat, jadi dengan sholat ia akan merasakan kakaknya tengah tersenyum menatapnya,  meskipun entah dimana.  Namun sholatnya selalu terburu-buru,  pikirannya melayang entah kemana, karena ia tak tau filosofi sholat yang sebenarnya.
Vanya menyibakkan tirai di jendela rumahnya,  menghirup udara sedalam-dalamnya lalu mengeluarkan nya bersamaan dengan kegundahan hatinya.  Cakrawala terlihat begitu angkuh, seolah memamerkan keadaannya yang cerah dihiasi sang surya, dan langit biru yang menghentang luas juga disertai burung-burung gereja yang melintas sambil bernyanyi merdu. "Kenapa kalian terlihat begitu bahagia tanpa sedikit saja beban?  Sedangkan aku? Ahh ini nggak adil" gumam Vanya

Usai menikmati udara pagi, Vanya beranjak menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat kuliah. Kelasnya di mulai pukul sembilan pagi, meskipun hari ini hanya ada satu kali pertemuan dengan dosennya,  ia tetap bersikukuh untuk berangkat,  ia tak ingin lama-lama lagi menjadi seorang mahasiswa dan tak ingin lama-lama bertemu dengan orang-orang munafik di kuliahnya. Kini Vanya tengah berada didalam mobil,  ia sengaja berangkat mengenakan menggunakan mobil almarhum kakaknya,  ia rindu mobil itu, mobil bmw putih yang telah mau menjadi saksi kebahagiaan keluarga kecilnya dulu, apa arti ini semua?!  Rumah mewah,  mobil mewah,  barang mewah tapi kalian biarkan hati ini kedinginan,  hati ini sunyi, menggigil butuh belaian dan kasih sayang keluarga. 

Mah,  pah aku rindu kalian yang dulu.....
Aaakhhh Mamah..  Papah..  Kak Aldo..  Aku rindu kaliann!!
Aku rinduu saat kita bersama....  Aku rindu usapan tangan mamaa, aku rindu sifat jail kak aldo aku rinduu motivasi papahh..
Aku rindu kita menaiki mobil yang sama sambil berbicara, tertawa,  bahkan menyanyi. Namun lihat,  mobil ini hanya menyisahkan aku sendiri!!
Kenapa kakak gak ajak aku aja kak.. Hiks.. Hikss.. Hikss..

Bersambung.....

Dont forget to votmen 😘😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang