Lelaki paruh baya berjalan menyusuri sudut ibukota, setapak jalan menjadi kawan terbaiknya. Sejumput puntung rokok menjadi rejekinya. Ia yang tak pernah sekalipun menoleh ke belakang, ingin pulang. Perjalanan berangkat dan perjalanan kembali tak pernah sama, ia mencurigai seluruh dunia berkonspirasi atas nasib naasnya. Hendak berkeluh kesah, tetapi ada rejeki lagi, sebongkah nasi bungkus di tong sampah nikmat sekali rasanya. Sekelumit berita di radio di pos hansip didengarnya tentang hinggar binggar pemilihan umum, dan iapun tersenyum. Apalah arti si bodoh miskin ini demi peradaban yang ingin di capai sang raja langit dan dunia. Beristrikan ampas kopi jagung, ia menempuh sekali lagi perjalanan ini, ia yang berkata dihatinya, ini perjalanan terakhirku, namun tak pernah berakhir.
Melintasi siang dan malam hingga dini hari, ibukota punya gaya, kekehnya dalam hati. Melangkahkan kaki dari Warung Buncit hingga Rasuna Said ini sungguh membuat takjub. Kelak kalau bertemu si bejat akan kuceritakan sampah yang kupungut untuk kulempar ke wajahnya, agar ia tahu bahwa perjalanan kasunyatan ini begitu indah dan ia tak disini. Kesal sekali 40 tahun tak pernah melihat bintang beralih, lelaki paruh baya melampiaskan laranya kepada majalah cabul yang disimpannya hampir separuh abad. Dilukiskan kumis dan jenggot di cabo bugil tersebut, dan iapun menempelkannya di halte-halte sepanjang perjalanannya. Lelaki paruh baya tak pernah memaafkan dirinya, satu dekade yang lalu esek - esek dengan si cabo hingga mangkat. Cinta gila, segila - gilanya gila.
Karena kelakuannya lelaki paruh baya ini bakalan tertangkap Gubernur yang waskita itu, tunggu saja subuh nanti pasti di sisir pamong praja. Yah, namanya juga waskita, dalam keadaan tertidur pun Gubernur tahu bahwa ada pemulung mesum dan dekil yang wara - wiri di kota tua ini. Gubernur juga bingung, mau diusir ke nusakambangan lelaki paruh baya bakalan gembira luar biasa, karena akhirnya bisa meneropong bintang beralih. Di dor sampai koit, keenakan masuk surga duluan, di sodomi banci juga tak ada yang mau karena pada tahu kalau lelaki paruh baya bokongnya kurapan, akhirnya Sang Gubernur berpikir untuk menaruhnya di pembinaan bersama cabo yang tobat. Sebagai satu - satunya lelaki di pembinaan tentunya lelaki paruh baya akan merasa seperti raja dan akan bertingkah santun pikir Gubernur waskita. Lelaki paruh baya ongkang - ongkang kaki di alun - alun, yang di tunggu hanya air panas untuk menyeduh ampas kopi jagungnya sebagai sarapan. Ogah kerja, ia akan di ciduk pagi ini untuk ikut pelatihan menjahit dan memasak, kalau tobat bisa vermak jeans atau jualan nasi goreng gerobak pikir sang Gubernur waskita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Tak Pernah Kembali
General FictionCerita tentang gelandangan korban pornografi