Part 3

29.5K 1.3K 48
                                    

Rifat' POV

Saung Mang Didin. Sebuah rumh mkan yang tak bisa dibilang sederhana. Menilik dari areanya sendiri yang memang cukup luas. Fasilitas yang lumayan lengkap, mulai dari area permainan anak baik indoor maupun outdoor, Musholla yang muat untuk lebih dari 10 orang, lahan parkir yang luas, wastafel di tiap gazebo, sampai toilet yang tersebar di beberapa titik strategis yang tentunya sangat mempermudah para pengunjung saat ingin menggunakannya tanpa perlu waktu yang lama hanya untuk menunggu antrian. Di beberapa sudut bahkan dihias dengan berbagai tanaman yang diatur sealami mungkin untuk memberikan kesan sejuk dan indah. Dan tentu saja di zaman yang haus akan konten ini, sudut-sudut itu selalu menjadi spot foto favorit para pengunjung untuk nantinya dijadikan konten di akun media social masing-masing.

Aku memilih berkeliling sebentar sembari menunggu Naura menghabiskan waktunya bersama teman-temannya. Bukan mau mengasingkan diri, hanya saja aku ingin memberikan waktu pribadi kepadanya tanpa perlu merasa sungkan karena keberadaanku. Lagipula, aku tidak tertarik dengan isi obrolan mereka yang tak jauh-jauh dari travelling dan healing. Bukan berarti aku tidak suka jalan-jalan, hanya saja semua tergantung partner yang tepat.

Dan lagi, aku sama sekali tidak membenci ciptaan tuhan, hanya saja melihat beberapa teman Naura yang cukup unik, ku rasa tidak perlu lagi bagiku untuk memaksakan diri. Sebut saja Fauzi. Lelaki dengan postur setegap itu kadang tanpa sadar melakukan gerakan spontan khas perempuan saat terlarut dalam obrolan. Seperti berteriak histeris, sedikit melambaikan tangan bahkan sesekali aku memergokinya merengek seperti kebanyakan perempuan. Ada juga Lana. Gadis biasa dengan gaya busana yang luar biasa. Penggemar anime dan segala sesuatu berbau negara Jepang. Mungkin bagi siapapun yang sudah lama mengenalnya, hal itu menjadi hal yang lumrah. Tapi bagiku yang tak setiap hari bertemu degannya, cukup membuatku terperangah saat melihat gaya buasanya yang bisa berubah-ubah setiap harinya. Naura pernah bercerita kalau Lana seorang cosplayer. Jadi dia telah memperingatkanku jauh-jauh hari untuk tidak kaget saat melihatnya. Kalau hari ini dia menjadi seorang superhero Wanita, bisa jadi besok dia menjadi karakter musuhnya. Seperti saat ini misalnya, bahkan saat berkegiatan sehar-haripun dia tidak pernah ketinggalan dengan segala riasan uniknya. Entah apa nama karakter yang tengah ditirunya. Seperti sosok vampir dengan pakaian serba hitam sampai jilbabnya pun dibentuk sedemikian rupa. Sungguh butuh mental dan nyali yang tidak main-main.

Aku tersentak saat tiba-tiba saja seseorang menyeruduk punggungku. Dengan segera aku berbalik badan untuk menegur siapapun itu. Namun pemandangan di depanku kini mengurungkan niatku. Seorang gadis tengah terjerembab dengan posisi setengah tengkurap. Dia mengaduh sambil berusaha bangun dari posisinya. Aku nyaris saja mengulurkan tangan menawarkan diri untuk membantunya saat menyadari siapa sosok di depanku ini sebenarnya. Lagi-lagi gadis ini.

"Maaf-maaf mas, saya nggak sengaja. Saya lagi buru-buru dikejar... Astaghfirullahal adzim" Pekiknya tiba-tiba saat mengenaliku.

"Ah, itu... Maaf saya harus ke... Pulang. Iya, maaf sekali lagi. Assalaamualaikum" Ucapnya sambil berancang-ancang untuk segera melarikan diri.

"Waalaikumsalam... Mau ke mana? Buru-buru banget kayaknya" Ucapku menjawab salamnya sambil menahan ujung baju di sekitar lengannya.

"Ah... Tolong kak, maaf yang waktu itu. Iya saya tau saya salah. Maaf, tolong biarin saya pergi" Ucapnya sambil memelas.

"Enak aja maaf-maaf. Kamu nggak lupa kan, waktu itu kamu seenaknya aja nuduh orang sembarangan. Kamu fikir aku laki-laki model apa sampai ngintip-ngintip di toilet?" Cecarku yang membuatnya langsung menunduk pasrah.

"Ya... Mana ku tau kalau itu toilet PRIA. Aku kan nggak sempet baca waktu itu. Lagian juga kakak nggak rugai apa-apa kan? Nggak sampe digebukin orang juga" Jawabnya seenaknya.

Be My Real Gus!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang