Epilog - Seungmin

1.2K 126 13
                                    

enjoy reading




Epilog
— SEUNGMIN —

Bagaimana cara menghilangkan sebuah penyesalan?

[Seungmin POV]

Sulit untuk berkata-kata ketika menatap pemuda itu memelukku dengan segala rasa hangatnya, tubuhku bergetar hebat saat bibir tebalnya membisikan ucapan manis.

Bagaimana bisa dia menyukaiku yang adalah seorang pria? Selain itu, aku pernah menyakitinya.

"Min?" tanya Hyunjin saat dengan paksa kulepaskan pelukanya, senyumanya memudar, tersirat wajah kecewanya kembali.

"Aku—"

"Aku bisa memberimu waktu untuk memikirkan pernyataanku.." ucapnya.

Senyuman diwajah Hyunjin kembali merekah, membuatku makin merasa bersalah padanya. Harusnya aku mempertanggungjawabkan semua perbuatanku. Seperti yang dikatakan kak Minho barusan.







Flashback

Aku terisak di rooftop seorang diri, menekuk lutut dan memendamkan wajahku diantaranya.  Begitu menyesalkah diriku akan hal itu? Membuat seseorang kehilangan masa depanya sendiri, Membuat semua orang merasa sakit karena candaan.

Segampang itukah orang mencari kesenangan dengan korban orang lain?

Hanya karena aku sebal pada seseorang, aku membuat kehidupan orang lain terpuruk. Apakah tuhan pernah memberikan wahyu seperti itu?

Aku ingat saat pertamakali aku mulai merasa bahwa rasa sakitku harus dimiliki semua orang, saat itu aku tidak juga puas.

Karena dengan pelampiasan.

Aku tidak menemukan kebahagiaan.

Waktu merenung sudah cukup untukku, namun seribu rasa bersalah padanya tak kunjung hilang tampa sepatah kata. Nyatanya, Rasa gengsi masih saja memenuhi benakku. Rasa malu tidak bisa begitu saja hilang walau ucapan maaf kuberikan selama ini tulus.

Aku tidak juga cukup layak untuk merasa dimaafkan, dengan hanya diam dan memandang para korban—atau bahkan sengaja membiarkan mereka merasa sakit—selama ini aku merasa jiwaku bukan lagi diriku.

Aku Kim Seungmin, bukan raja tiran sekolah.

"Kau melamun?" suara hangat itu membuatku menoleh, tampak pemuda tampan dengan almamater rapinya.

Lee Minho, pemuda dengan marga yang sama dengan Felix dan Minhyung yang barusaja bertragedi.  Bagiku sosoknya adalah seorang perkasa yang angkuh, kupu-kupu dalam sekolah yang punya tempat dimata sekolah dan mempunyai kedudukan yang tinggi. Selama ini, aku mengenalnya dari Felix—pemuda itu mengajaknya untuk bergabung menemui kebahagiaan—ya kupu-kupu angkuh juga butuh hal itu, karena menjadi panutan tak semudah yang dibayangkan.

"Kak Minho ..." sapaku dengan lesu. Mood memang selalu menjadi penghalang dalam obrolanku dan mereka.

Minho duduk disebelahku, ia mengusak rambutnya yang rapi. "Kita sama-sama sadar, sayangnya kau dan mereka lebih telat daripada kami." ucapnya.

Tentu aku paham maksudnya, mereka tidak menjauhi kami tanpa alasan yang jelas.

"Chan, pemuda itu juga punya segudang masalah di keluarganya, dia punya seorang adik yang selalu jadi korban saat ayahnya marah, Ibunya depresi dan bunuh diri. Kami dekat karena itu dia selalu bercerita padaku..." Jelas Minho.

"Kalian menjauhi kami agar tidak membuat kesalahan yang sama?" tanyaku.

Minho mengangguk, "Mencari kebahagiaan dengan jalan seperti ini bahkan tidak dibenarkan didalam kitab manapun Min, sekuat apapun kamu mencari dalilnya, kamu gak akan nemuin kalau menindas suatu kaum itu akan memberimu kesenangan."

Dear Hyunjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang